Dinni masih saja menatap dengan gelisah keluar jendela. Sebenarnya dia sudah ingin pulang sejak 30 menit yang lalu. Tapi tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya. Sesekali suara sambaran petir juga terdengar menakutkan. Kilatan petir dan suara desau angin begitu memekakkan telinga. Jarum jam kini sudah menunjukkan pukul 20.00 malam dan Dinni kini menjadi semakin resah. Suara desau angin tiada henti terdengar. Sepertinya di luar sana sedang terjadi badai. Reyhan pun juga menjadi bingung sendiri. Jikalau masih mempunyai mobil seperti dulu, tentu dia akan langsung mengantar Dinni hingga sampai di halaman rumahnya. “Hujannya seperti tidak mau berhenti,” bisik Dinni dengan suara lemah. Reyhan meneguk ludah. “Coba saja tunggu sebentar lagi, tapi jika badainya tidak juga reda ... kamu bisa