"Salah, maksud Baim, Tante jadi pacar Baim aja, mau gak? Kalau sama Papa udah terlalu tua." Kikan tidak tahan hingga akhirnya ia tertawa terbahak-bahak sampai aku melihat ada air mata di sudut matanya. "Kalah cepat pasti yang tua. Kenapa selalu begitu, yang tua gerakannya lambat. Beda sama anak SD!" Kali ini mama yang menambahkan. Aku diserang dua wanita dan satu lelaki yang sangat pintar, sedangkan Kikan masih terus tertawa sambil memangku Maura. "Kamu sama anak-anak dulu ya, aku mau mandi." "Iya, Pak." Aku masuk ke dalam kamar, sedangkan Kikan sudah diserbu oleh dua anakku dan ibuku. Semoga saja ia tidak kapok untuk datang ke rumah dan semoga ia tidak pingsan begitu pulang dari sini. Aku tersenyum mendengar suara tawa Kikan dan juga mama. Ada juga pekik Maura. Sepertinya Baim kembal