Jalan Hidup

1064 Kata
Cerita ini cocok ditulis tengah malam sebelum tidur. Nunggu malam dulu baru menulis cerita ini ... Apakah saya perlu memperkenalkan diri kepada pembaca yang budiman? Saya rasa, Iya jawabanya. Perkenalkan nama palsu saya Jeruk Purut. Sedih banget rasanya memberi nama Jeruk Purut. Its Ok. Ini adalah fiksi. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebagai tokoh utama dalam cerita ini. Saya bergender cewek dengan usia 20+. Kerjaan di dalam kamar guling-guling alias nganggur. Aneh, diusiaku seperti ini saya masih mendapat suplay dari mama & papa foundation. Menurut kalian gimana, apakah ini masih sah? Selama ini saya tidak menolak mendapat suplay, karena itu sumber rejeki saat ini. Akhirnya, saya berkenalan dengan ini App dan saya mulai dig money. Its feel good. Terimakasih kepada temanku. Maaf, atas nama privasi saya tidak bisa sebut nama kamu dengan jelas disini. You are good. Rasanya aneh memulai menulis, ada saja hal yang menganggu. Terutama bagian ide, dan akhirnya membuat saya curhat. Sebagai Jeruk Purut, saya akan berusaha membuat anda menikmati kisah yang tertuang disini. Saya belum tahu kisah apa yang akan saya ceritakan. Jeruk Purut terlahir dari keluarga Jeruk-jerukan (rasanya ngakak, saya menulis kalimat ini). Karena saya Jeruk Purut, saya ngak mungkin terlahir sebagai putri tunggal, pewaris kekayaan tunggal. Keluarga saya banyak. Atas nama privasi tidak saya sebutkan jumlahnya saat ini. Jadinya, dirumah saya selalu rame. Ada aja yang bikin ribut. Tenang kalau sudah tidur semua, hihihi. Emak saya hanya satu. Bapak saya juga satu. Saat ini saya sedang berkuliah di salah satu PTN terbaik di Indonesia dan itu biasa saja, bagi saya. Malahan saya berharap segera lulus saja dan memulai kehidupan baru yang berbeda. Sebagai pelajar, saya merasa bodoh. Kurang berpengalaman. Masih menyukai hura-hura. Hura hura adalah kamu menghabiskan uang dengan hal-hal yang kamu sukai tanpa bekerja mendapatkan uang. Hihihi. Menyedihkan atau tidak nasib saya? Kenapa saya diberi nama Jeruk Purut oleh penulis s****n ini? Seharusnya dia memberiku nama yang lebih baik. Sesuai pasaran 2021. 2021-2022-2023-2024-2025 Jadi apa saya nanti, tentu saja saya akan tetap menjadi Jeruk Purut gegara si Penulis. Siapa sih dia? Tentu saja dia akan memberikan kisahnya kepada saya. Hmm nasib menjadi tokoh dalam cerita seperti ini. Terima nasib terus. Gimana kalau saya yang jadi penulis dan dia jadi tokoh cerita saya. Saya bakalan kasih nama Cacing Lurus. Wkwkwkwk. Karena saya sudah terlanjur menjadi alias Bernama Jeruk Purut, saya akan mulai kisah saya disini. Jalan hidup, sesuai dengan judul episode ini …. Jalan hidup itu tidak boleh disesali, karena itulah yang terjadi. Jadi sebelum kita membuat keputusan sebaiknya kita berpikir baik dan buruk dan kalau memang terjadi tidak sesuai keinginan bersabarlah, karena itulah sejatinya kehidupan. Kalau memang ingin hidup enak, ya di surga. Bagi orang-orang yang percaya akan surga. Bagi yang tidak, mereka memiliki opini sendiri dimana kehidupan yang enak. Saya tidak tahu. Sebagai Jeruk Purut, kalian tentu belajar biologi, seperti itulah asal saya. Jadi Mama dan Papa yang juga seperti Jeruk Purut (ini hanya fiksi, Ma, Pa jangan diambil hati). Mereka menikah karena angin atau karena kumbang saya belum tanyakan ini kepada mereka. Lahirlah saya. Saya menjadi Seperti ini. Kami hidup di kebunnya orang, tepatnya dibelakang rumahnya orang. Orang itu bernama palsu bapak Rudi, bapak Duri. Saya merasa bahagia pada saat itu, karena saya Jeruk Purut dan orang tua saya juga mirip dengan saya, Jeruk Purut pula. Saya merasa tidak miskin. Saya merasa tercukupi. Saya merasa beruntung hidup di belakang rumah Bapak Duri ini. Selayaknya tetangga dia sering berbagi kepada kami untuk beberapa hal, ada baik-baik dan ada buruk-buruk. Maklum Bapak Duri ini juga manusia biasa-biasa aja. Bukan setengah Dewa dan bukan juga setengah Jin. Keluarga kami juga ya biasa-biasa saja, karena kami juga bukan setengah Jin dan bukan setengah Dewa. Masa kecil, saya bermain-belajar-bermain-bermain-bermain. Kayak anak kecil lainnya. Masa remaja, saya bermain-belajar-bermain-bermain-bermain-bermain. Sama kayak anak remaja lainnya. Masa dewasa, saya bermain-belajar-bermain-bermain-bermain-bermain-bermain. Tidak sama dengan orang dewasa lainnya. Cerita selesai, guys. Tidak ada yang menarik untuk diceritakan. Bermain adalah hal yang seru jadi saya bermain terus. Bagaiaman pendapat pembaca yang budiman, kalau orang dewasa bermain terus dengan alasan itu adalah hal yang seru? Mengerikan Apa yang seru dari kehidupan ini, yang pantas dibagi kepada para pembaca sekalian? Rasanya kehidupan pembaca lebih seru dibanding dengan kisah sepohon Jeruk Purut. Karena Jeruk Purut adalah tokoh fiktif, jadi saya bisa bolak-balik agar menjadi seru. Hahahaha. Setelah kelelahan bermain dan menikmati semua. Si Jeruk purut ini sadar, dan mulai mempertayakan dirinya sendiri. Kenapa dia menjadi Jeruk Purut? Untuk apa semua ini? Akhirnya dia mulai melihat kehidupan dengan cara berbeda. Apa saja yang telah Jeruk Purut kuasai. Ngapain saja selama ini. (Guys saya lelah menulis kata Jeruk Purut, mulai sekarang saya akan menyingkatnya menjadi JP saja, bukan Jupe ya)? Merenung-merenung-merenung-merenung Apa yang JP sukai? Bermain-main. Kalau main terus tidak ada hasilnya, jadi gimana? JP butuh duit yang banyak, sepertinya JP sudah mulai tumbuh dewasa. Memikirkan kehidupan yang sesungguhnya, padahal masih mau main. JP mulai memikirkan, apa-apa saja yang menyenangkan dan menghasilkan duit. Setidaknya saya mulai berusaha keluar dari zona nyaman. Tituttituttituttitut. Dorrr Tidak terjadi apa-apa dengan kehidupan JP, dia masih suka hura-hura. Masih suka bermain-main. Masih suka apa saja yang membuat dia senang. JP gagal menjadi dewasa lagi. Hahahaha. JP belum siap menjadi dewasa. …. (Tokoh JP kok jadi ngeri begini, tidak sesuai harapan pembaca dan penulis). Namanya juga Jeruk Purut, jadi konyol kehidupannya. Padahal jeruk purut sudah punya tugas dan fungsi sesuai dengan aturan ilahi, kenapa ketika jadi tokoh cerita kehidupannya jadi suram begini. Ok, guys. Kita akan buat tokoh JP ini bersenang-senang dengan segala aturan mainnya. …. Udara sejuk, sesejuk air. Langit sedikit sekali cerah, tepatnya remang-remang. Bintang malam masih saja dilangit berkelip-kelip. Belum jadwalnya menghilang. JP masih dibalik selimut. Malaikat kecil yang bersemayam dihatinya, membangunkan untuk sembahyang. “Tunggu, tidur ini terlalu indah untuk ditinggalkan”. Pagi hari. burung-burung masih berkicau menambah merdunya pagi hari yang mulai memanasi bumi. Sedikit hangat. JP menggeliat, membuka mata. Subuh lewat begitu saja. JP bangun, menuju toilet, membersihkan diri. Mengambil air wudhu di pancuran, airnya yang masih sejuk sisa malam. Menyegarkan pori-pori tubuhnya. Dibasuhlah tangannya, dihilangkan dosa-dosa yang sering dilakukan lewat tangan. Disapu wajahnya agar senantiasa cerah, bercahaya. Dibersihkan kakinya agar selalu menuju jalan yang benar. Sesungguhnya saya masih tetap bertuhan Allah, saya masih menjadi umat nabi Muhammad dan tetaplah saya menjadi orang-orang yang baik. Diambilnya mukena, digelar sajadah. Dan sembahyang. Ya, Tuhan saya mengganti shalat subuh yang telah berlalu. Habis shalat, masih merasa berdosa kepada Tuhan. Maafkanlah, Hamba.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN