Saat cinta dengan sekuat tenaga menghantam jati, apalah daya, jatipun roboh bersama kekuatan yang dibuat agar menjadi tangguh. Jati laksana matahari, merasa terkuat, namun awan mampu menghalang sinarnya agar tidak sampai dibumi. Awanpun menang, mengalahkan keangkuhan matahari. Malampun menutupnya dengan selimut dingin, membuat orang-orang lelap.
Jati, tumbang. Tidak ada lagi cerita keangkuhannya. Yang ada dia adalah Jati, sepohon Jati yang telah dikenal kekuatannya dan daya gunanya.
Jati adalah teman dari Jeruk Purut (Berdasarkan search google, ada filem mengenai hantu Jeruk Purut. Membuat penulis males memakan nama tokoh ini). Jati juga berteman dengan Randu, Bambu. Mereka dekat. Mereka bertiga tidak memiliki visi yang sama.
Terjebak dalam lingkaran perteman yang mebuat mereka nyaman satu sama lain.
Saat gelombang makin tinggi, Mereka terpisahkan dikemudian hari. Namun mereka masih sama. Berteman dalam nafas kesamaan, kenyamanan.
Kalau sudah nyaman jalan terus, biarkan semua menjadi bagian dari kehidupan yang memang dijadikan rasa-rasa hidup. Rasa yang menemani rasa sulit menjadi lebih mudah. Rasa menjadikan mereka mau untuk bersabar untuk bersama. Rasa yang tercipta dengan sendirinya. Rasa yang membuat semua baik-baik saja. Bila saja rasa tersebut dapat diaduk, bisa bertaruh kopilah, hal yang bisa mengambarkan. Jika ingin bergeser menjadi rasa lain, teh akan mewakili dari semua. Santai, namun bisa dinikmati semua.