Jalan kaki ke pasar

1196 Kata
Setelah kembali ke kamarnya, Kiara membalas pesan dari teman-temannya. Ternyata malam ini Jessica, Livi dan Sella sedang menghadiri pesta. Ketiganya menyayangkan ketidakhadirannya. Pesta itu diadakan di kapal. Salah satu teman mereka akan melamar kekasihnya. Dan pesta itu dirancang untuk kejutan tersebut. Saat itu, Kiara mendengar suara mobil. Dia melihat ke jendela, terlihat Reval mengendarai mobilnya keluar dari halaman rumah. "Dia pergi!" Kiara juga ingin bermain keluar. Dia semakin bertekad untuk membeli mobil. Sebenarnya ada cara lainnya, yaitu sewa, tapi sewa juga akan menjadi mahal jika dalam waktu yang lama. Sedangkan dia berniat menghabiskan waktu sangat lama di Bali. Saat itu tiba-tiba handphonenya berdering. Ternyata Sella yang menelponnya. "Apa pestanya belum dimulai?" Kiara tidak mendengar suara musik, hanya suara berisik orang berbicara. "Belom. Gue lagi mau tunjukin sesuatu!" Setelah itu hanya suara berisik sebelum panggilan di pindahkan ke panggilan video. Kiara melihat wajah Sella setelah menerima panggilan. Gaun putih dan rambut pendek Sella yang di-curly. "Lo sangat cantik dengan rambut Curly, apakah tema pesta malam ini putih?" Kiara bertanya setelah melihat ada seorang laki-laki lewat dengan kemeja warna putih. "Enggak! Kebetulan aja kita pakai warna samaan putih. Tunggu, gue mau tunjukin Lo sesuatu!" Kiara semakin penasaran. Dia menunggu dengan sabar, saat Sella membawa ponselnya berjalan. Jadi gambar yang terlihat sangat random, menunjukkan kalau pesta itu dihadiri oleh banyak kenalannya. "Lo liat deh, itu Jordi juga ada di sini. Tapi ekspresi wajahnya sangat buruk! Tadi juga dengar-dengar, Jessica bilang dia ketipu apa gimana gitu! Katanya nominal uangnya mencapai ratusan juta" Sella mengenal Jordi melalui Kiara, dan sebelum mengambil sikap, dia ingin menanyakan pendapat Kiara. Jika Kiara masih peduli, dia akan mencoba bertanya tentang apa yang terjadi. Tapi jika Kiara benar-benar sudah tidak peduli, maka dia akan pura-pura tidak mendengar apapun. Kiara tidak menyangka Sella akan memberitahunya tentang Jordi. Padahal dia sudah menjauh dari Jakarta, agar tidak lagi terpikirkan tentang laki-laki itu. Melihat wajah Kiara menjadi tidak terlihat baik, Sella jadi sedikit merasa bersalah. Dia hanya sedikit khawatir saat mendengar tentang Jordi ditipu, karena bagaimanapun Jordi menjadi dekat dengan mereka selama pacaran dengan Kiara. Sekarang dia jadi sedikit menyesal. "Jangan marah, Ara. Tadi Jessica dan Livi udah cegah gue untuk gak kasih tahu Lo. Tapi gue yang bodoh!" Sella langsung mengakui kesalahannya, dia khawatir kalau Kiara tersinggung oleh kebodohannya. Kiara hanya menghela nafasnya. Dia mengerti niat Sella. Dia dan Jordi baru putus lebih dari dua hari, jadi mungkin Sella berpikir dia masih akan menunjukkan kepeduliannya pada Jordi. Mempertimbangkan tiga tahun kebersamaan mereka. "Dia pernah cerita tentang gabung investasi bareng temennya. Gue gak nanya lebih jauh, karena Jordi biasanya selalu penuh perhitungan. Tapi Sella, gue benar-benar udah gak mau peduli lagi dengan Jordi. Bahkan jika dia jatuh miskin dan jadi gembel, gue udah gak peduli!" Kiara menegaskan tentang sikapnya terhadap Jordi. Ini juga untuk dirinya sendiri, agar tidak terbawa perasaan lagi dengan hal-hal yang menyangkut laki-laki itu. Sella melihat mata Kiara yang merah dan menjadi kesal. Dia tahu temannya itu sudah sangat benci dengan Jordi. "Oke, lo lanjutin tidur gih. Sorry ya Ara!" Kiara menunjukkan senyumnya, dia tahu Sella hanya peduli padanya. "Aero dah balik kan ke Jakarta?" "Anak itu, dia balik besok. Katanya malam ini mau ketemuan sama temennya yang juga akan berpartisipasi dalam event!" Sella kembali ingat dengan kekesalan adiknya, karena tidak berhasil menemukan keberadaan Kiara. "Oh, anak itu benar-benar suka maen. Gue aja kaget, dia tiba-tiba nyusulin ke Bali!" Kiara ingat bagaimana anak itu begitu perhatian seperti orang dewasa di depannya. Sella hanya nyengir. "Adek gue kan terobsesi sama Lo. Dia langsung pergi begitu denger gue bilang Lo ke Bali. Jangan khawatir, gue udah suruh dia cepetan balik kok!" "Ya, udah. Gue matiin ya!" Kiara menutup panggilan video dan ekspresi wajahnya langsung berubah. Dia melemparkan dirinya ke tempat tidur. Air matanya tiba-tiba saja mengalir. Tidak sulit untuk membenci Jordi, tapi sulit untuk melupakannya. Saat tadi Sella memberitahunya tentang Jordi yang ditipu, dia hampir saja ingin bertanya lebih jauh. Tapi setelah ingat kalau mereka sudah berakhir, dia menekankan dirinya untuk tidak lagi peduli. Malam itu Kiara tidur masih dengan perasaan tidak nyaman, sehingga saat bangun tidur, moodnya juga masih turun. Dia sedikit tidak bersemangat. Seperti merasakan kekosongan. Ketukan di pintunya membuatnya dengan enggan melihat keluar. Yah, sudah pagi, bahkan langit juga sangat cerah begitu dengan senyum di wajah ibunya Reval. Buru-buru, Kiara membenahi rambutnya dengan tangan. Sambil membalas senyuman ibunya Reval. "Pagi buk!" "Pagi!" Ibu tersenyum sambil memberikan secangkir teh dan roti di atas nampan. "Nanti jadi mau ikut ibu ke pasar?" "Jadi buk. Tapi Kiara mandi dulu ya!" "Iya, santai aja masih pagi. Minum tehnya, juga makan rotinya. Ibu tidak masak, nanti kita cari sarapan di pasar aja!" "Iya, makasih buk!" Kiara merasa hangat dengan perlakuan ibu Reval yang begitu perhatian. Padahal dia hanya penyewa, tapi ibu memperlakukannya dengan baik. Melihat punggung ibunya Reval yang kembali ke rumah, dia jadi rindu ibunya sendiri. Jika ibunya masih hidup, dia juga pasti akan seperti Reval yang suka menemani ibunya memasak. Yah, meskipun mamanya juga orang yang baik, tapi dia begitu dekat. Mungkin karena mereka tidak terhubung dengan darah. Kadang dia juga sedikit iri pada Asyla. Saat Asyla sengaja menggoda mamanya di rumah, mereka tampak harmonis. Tiba-tiba saja dia malah mengingat Asyla. Sepertinya butuh waktu lama baginya untuk tidak lagi terhubung dengan perasan terhadap orang-orang itu. Saat Kiara sedang bengong di pintu sambil memegang nampan, Reval menyapa dari dalam mobilnya. "Bengong aja. Sana mandi! Jangan buat ibuku menunggu!" Reval menegur sambil lanjut melajukan mobilnya keluar. Kiara mencibir, laki-laki itu melambaikan tangan seperti sedang mengejeknya. Reval kalo lagi make seragam polisi, kenapa jadi terlihat menyebalkan? Seperti yang dikatakan ibunya Reval, dia minum teh dan makan rotinya dulu. Sambil bermain-main dengan handphonenya. Tidak ada kegiatan lain, dia hanya memberi kabar pada ayahnya, dengan mengirimkan foto segelas teh dan roti. Juga mengingatkan ayahnya agar makan dengan baik. Baru berapa hari berpisah, dia sudah merindukan ayahnya. Padahal saat di rumah juga, mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Hanya bertemu di pagi dan malam hari. Setelah menghabiskan tehnya, Kiara langsung pergi mandi. Dia tidak mengganti bajunya, masih dengan baju yang dipakainya semalam. Lagi pula, bajunya sendiri masih di ember cucian. Dia belum mendiskusikan tentang mencuci baju dengan pemilik rumah. Apakah akan mencari jasa Loudry atau meminjam mesin cuci dari pemilik rumah untuk dia gunakan. Hal yang tidak disangka-sangka oleh Kiara adalah mereka ke pasar dengan berjalan kaki. "Kenapa gak naik taksi buk?" "Nanti pulangnya naik taksi. Sekarang jalan kaki aja, sekalian olahraga. Lagian cuma satu kilometer jarak rumah ke pasar, ibu bisa sekalian ngenalin lingkungan sini ke kamu!" Ibunya Reval terlihat sangat energik, dibandingkan dengan Kiara yang tidak pernah berjalan sejauh itu. Untung saja, Kiara juga kadang-kadang pergi olahraga tenis, jadi fisiknya tidak terlalu lemah. Ibunya Reval banyak mengajaknya mengobrol sepanjang perjalanan. Menceritakan tentang apapun yang mereka lewati di jalan, seperti tour guide. "Nah, itu pasarnya. Tapi kita tidak pergi ke arah sana. Kita pergi ke toko baju di sana dulu. Yuk, nanti bisa sekalian kamu ganti bajumu. Pasti tidak nyaman kan?" Ibu sangat pengertian, dia melihat kalau gaya pakaian yang diberikan putranya tidak cocok untuk Kiara, jadi berpikir Kiara juga mungkin agak kurang nyaman memakainya. Tersenyum malu, Kiara juga tidak mengelak. Dia menggandeng tangan ibunya Reval untuk pergi ke toko baju. Berbelanja membuat moodnya naik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN