Bab 4 Pertemuan denganmu.

1014 Kata
Apa saya kurang meyakinkan bapak?" Tanya Re saat itu pada lelaki di depannya. Mengingat piagam penghargaan itu hanya kertas saja. Dan belum piala dan medali yang ada lumayan banyak di dalam kamarnya. "Emb... nak, bukannya bapak tidak percaya. Sebenarnya..." ucap Adam Darmawan tertahan karena Re sudah mengambil ponselnya dan memperlihatkan video bela dirinya pada lelaki itu lagi. Agar lelaki itu percaya padanya. "Cukup nak, bapak percaya... bapak tahu itu. Masalahnya... yang butuh bodyguard bukanlah bapak. Melainkan putri bapak. Bapak tidak bisa mengawasinya lama. Bapak selalu keluar Kota, keluar Negri... jadi bapak tidak sempat mengawasinya." Ucap pak Adam yang saat itu membuat Re terdiam. "Oh ya... kamu kenapa malam-malam ada di jalanan? dari pakaian kamu... jam tangan kamu... serta sepatu kamu, bapak lihat semua barang ber merk. Apa... bapak nggak boleh curiga?" tanya Adam lagi disana. Lelaki paruh baya itu ingin memastikannya. "Akh... emb... ini..." ucap Re tertahan karena ia bingung mau menjawab apa pada lelaki itu. "Aku harus jawab apa ya? masak iya aku mau bilang kalau aku lagi lari dari rumah? akh... lelaki macam apa yang bisa bela diri tapi malah lari dari rumah?" ucap dalam hati Re saat itu. "Akh sudahlah... penting ada yang nampung. Dari pada nginep hotel juga papa bakalan tahu..." ucap Re saat itu yang akan berkata jujur. "Sebenarnya... emb... saya kabur dari rumah pak... akh... biasa masalah perjodohan. Saya nggak bisa pak... itu kalau bapak percaya, kalau tidak ya... saya nggak apa-apa pak... ini lagi mau cari tempat bermalam. Nunggu taksi online datang." Ucap Re jujur disana. "Emb... kalau bapak ajak kamu pulang... apa... nanti bapak nggak ada yang nyariin? atau jangan-jangan bapak akan di datangi jago pukul?" tanya Adam pada lelaki itu. "Tenang pak... kalau masalah adu pukul... biar Re yang maju." Canda lelaki itu pada Adam. "Yaudah nak... mungkin kita berjodoh... jadi... ikut bapak pulang." Ucap Adam lagi. Dan Re pun segera mengikuti apa yang lelaki itu inginkan. Re pun masuk kedalam mobil Adam dan ikut pulang malam itu juga. Beberapa saat perjalanan akhirnya keduanya sampai di rumah. "Hemz... lumayan besar juga ya rumahnya..." ucap Re saat itu. "Ada kamar tamu kosong nak... kamu bisa pakai kamat itu ya... besok kita pikirkan lagi tempat kamu." Ucap Adam pada lelaki itu. Dan Re segera masuk kedalam kamarnya. Ia tidak tahu putri Adam seperti apa. Sampai... malam itu berlalu begitu saja dan pagi menjelang. Seperti biasa pagi itu Re bangun pagi dan mulai joging. Meski banyak yang mempertanyakan siapa Re sebenarnya. Para asisten rumahbtangga, pak kebun, semua berasumsi masing-masing. Dan Re juga bukan tipe lelaki yang mau membuka dirinya itu siapa pada orang lain. Atau orang baru. Re saat itu berolahraga di tepian kolam renang rumah Adam. Sedangkan saat itu pula nampak putri adam yang hanya mengenakan kaus oblong dan celana dalaman pendek sampai pangkal paha . Ya... dia adalah Felisia. Gadis itu adalah putri satu-satunya Adam Darmawan. Saat itu Fe tengah mengambil air minum dari almari pendingin. Lalu tatapannya seketika tertuju pada sosok lelaki gagah dengan kaus dalaman dan celana panjang yang tengah berolahraga disana. Sesaat Fe mengamatinya tanpa kedip. "Bi... emb... itu satpam baru apa supir baru bik?" tanya Fe asal-asalan pada bibi asisten rumah tangganya. "Anu non... itu... sepertinya orangnya tuan deh, soalnya... dia keluar dari kamar tamu non." Ucap bibi yang menjelaskan. "Oh... oke..." ucap Fe lagi. Lalu Fe pun segera berjalan mendekat kearah lelaki tersebut. Hingga lelaki itu menoleh lalu berbalik dan menatap ke arahnya. "Akh... ganteng banget kamu?!" ucap dalam hati Fe sembari melongo disana. Namun Re tidak terkejut saat itu. Ketika ia melihat gafis cantik itu menatapnya. Karena bagi Re gadis cantik itu relatif. Namun yang bisa menggetarkan hatinya belum ada. Ditambah lagi saat itu ia tidak sedang dalam masa pencarian pacar. Melainkan dalam masa pelarian. Ia belum bisa menerima jika ia harus berakhir dengan sebuah perjodohan. Meski itu baru pemikiran papa dan mamanya saja. Nampak Re mengamati gadis di depannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Re pun segera mengambil pakaian lengan panjangnya dari kursi yang ada di samping kolam. Ia lalu membawanya menuju ke arah Fe lagi. Dengan segera Re mengalungkan pakaian lengan panjang itu ke pinggang Fe. Fe yang terkejut seketika menumpahkan minuman yang ada di gelasnya itu ke rambut Re. "Apa-apaan kamu! hemz... kamu ini ngapain? jangan lancang deh! satpam baru apa supir baru? nggak tahu kamu siapa aku?" ucap Fe saat itu disana. Dan nampak Re tidak mau menanggapinya. "Anak gadis itu lebih baik kayak lontong... jangan malah kayak bakwan. Atau... ouh... kamu bukan gadis lagi ya! oke percaya bi..." ucap Re yang membuat Fe melongo dengan kedua mata melotot saat itu. "Apa kamu bilang? bi? bibi? kamu panggil aku bibi?" ucap Fe dengan dengusan marahnya. Namun lagi-lagi Re tidak menanggapi. Lelaki itu malah sibuk mengeringkan rambutnya yang basah. Bukan basah karena keringat, melainkan karena guyuran air dari gelas yang gadis di depannya itu pegangi. Teelihat Re pergi begitu saja dari tempatnya. Membuat Fe ingin marah disana. "Loh... Re... sudah bangun?" tanya Adam saat itu. Rupanya Adam sedari tadi sudah mengamati tingkah keduanya. Tingkah Re dan anak gadisnya. Pikir Darmawan, lelaki itu tidak akan jatuh cinta pada putrinya. Karena baru pertama kali melihatnya saja nampak Re tidak berselera. Pikir Adam lelaki itu memang hanya mencari tempat berteduh dan bisa pergi kapan saja yang ia mau. Namun Adam terlanjut terpikat oleh Re. Karena ketangkasannya dan bela diri yang ia dalami. Membuat Adam ingin menjadikan Re anak buahnya yang patuh. "Akh... iya om... biasa, udah kebiasaan sih..." ucap Re yang lalu turut duduk disana. Nampak Adam mengamatinya. "Kamu habis berenang Re?" tanya Adam. "Nggak om, tuh... habis di siram bibi." Ucap Re asal-asalan. Ia tidak tahu jika wanita yang tadi menyiramnya adalah putri Adam. "Bibi? bibi yang mana?" tanya Adam pura-pura. "Tuh om..." ucap Re sembari menunjuk kearah Fe yang masih berkacak pinggang menatap ke arahnya. "Kamu ini! ya itu putri om! emang dandanannya kayak gitu Re, akh... nggak tahu lah." Ucap resah Adam saat itu. Barulah saat itu Re terkejut disana. "Apa?!! putri om? hah..." ucap Re saat itu. "Maaf om... Re nggak tahu... sungguh! om mau suruh Re keluar nih ceritanya?" tanya Re lagi yang memastikan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN