Bab 10 Diam-diam.

1047 Kata
"Hebat ya tu orang! kenal ama Dosen yang kejam!" gerutu dalam hati Feli saat itu. Sampai terlihat pak Dosennya pergi dan nampak Bodyguard nya itu datang menghampiri Feli. "Yuk..." ajak lelaki itu disana. "Kok yuk? mau kemana?" tanya Feli pada lelaki itu. "Emang kamu nggak mau pergi? yaudah!" ucap Re saat itu disana. Dan nampak gadis itu segera beranjak dari tempatnya dan menyusul lelaki yang sudah berjalan sampai pintu ruangan. "Eh... kok kamu kenal sama Dosen itu sih?" tanya gadis itu yang penasaran. "Oh... dia? kenal lah... teman aku." Sahut Re lagi. "Eh... kok dia manggil kamu Za sih? emang nama kamu siapa sih?" tanya Feli yang saat itu membuat Re menghentikan langkahnya disana dan segera menoleh menatap kearah gadis di sampingnya itu. "Hemz... Reiki." Jawab lelaki itu singkat. Dimana ia tidak ingin memberi tahu keseluruhan namanya pada gadis itu. "Oh... oke, kalau kamu nggak mau ngadih tahu juga terserah aja sih..." dengus Feli disana. Lalu gadis itu berjalan duluan di depan Re. Keduanya menuju kearah kantin kampus. Rei mengekori gadis itu disana. Sampai... terlihat benerapa gadis yang tengah berkerumun dan tengah mengantri makanan disana menatap kearah Feli dan juga Re. Sembari berbisik disana. Namun keduanya tidak tahu apa yang mereka bisikkan. Dan Feli sangat terganggu akan hal itu. Namun kelihatannya Re tidak sama sekali. Feli seperti biasa hanya mengambil bakso dan air mineral kemasan botol. Lalu membawanya duduk di salah satu kursi panjang yang muat dua orang, terbuat dari kayu dengan meja yang menyatu disana. Nampak Re mengambil duduk di depan Feli. "Hya! kenapa kamu duduk di depan aku? hemz... gara-gara kamu kan aku jadi bahan pembicaraan begini?" ucap gerutu Feli saat itu dengan nada lirihnya disana. Namun Re nampak cuek dan tidak menanggapinya. Hingga gadis itu segera mendengus sebal seketika. "Hei apa aku nampak seperti kuman? kenapa juga kamu setius nanggapi petkataan orang tentangmu?" ucap Re saat itu dengan acuhnya. Feli yang mendengar ucapan lelaki di depannya itu pun segera menatap tajam kearahnya. "Kamu tidak tahu hebatnya kekuatan gosip!" balas Feli disana. Dan Feli tidak tahu apa yang lelaki itu alami sebelum ia memutuskan untuk kembali ke Negara asalnya. Ia jelas tahu apa yang namanya gosip dan apa yang disebut dengan kekuatan gosip. Karena karena gosip tersebutlah sahabat baiknya mati bunuh diri. "Ash... aku nggak nafsu makan." Ucap Re saat itu sembari meletakkan alat makannya dan beranjak pergi begitu saja tanpa memberi tahu ia akan kemana. "Sial!" dengus Re saat ia teringat kembali dengan kejadian yang menyedihkan itu. Dan saat lelaki itu melewati gerombolan para gadis. Salah seorang disana tengah menyetopnya. "Hei tampan!" ucap seorang gadis pada Re. Laly berjalan mendekat kearah lelaki itu, seakan menghadang Re disana. Re pun mau tidak mau menghentikan langkahnya. Meski saat itu ia acuh tak acuh pada gadis tersebut. Nampak pula tiga orang teman su gadis tersebut yang datang kearahnya. "Kamu temannya si Fe ya?" tanya gadis itu segera. Namun Re segera menggeleng tanpa bersuara saat itu. "Bagus! kalau kamu bukan teman dia. Karena dia tuh cewek nggak bener! jangan sampai kamu ikut-ikutan nggak bener!" ucap gadis yang lain yang berusaha menimpali ucapan temannya. Re memang bukan sahabat atau pun teman dari Feli. Tapi dia adalah bodyguardnya gadis itu. Re segera mengangkat kedua tangannya dan bersedekap begitu saja. "Tampan... gimana kalau kamu temenan sama kita aja? kita juga bisa kok ajak kamu ke klub dan juga ke bar... atau... kamu mau ke diskotek? kita juga sering nongkrong disana kok, sama kayak Feli.dan teman-temannya yang urakan itu." Ucap salah seorang disana lagi yang membuat Re beranjak dari tempatnya. Re pergi begitu saja tanpa menyahut sepatah kata pun dari ucapan para gadis tersebut. Dan tepat di lorong dekat toilet. Beberapa anak gadis juga tengah membicarakan Feli disana. Awalnya Re tidak mau ambil pusing dengan mendengarkan pembicaraan itu. Namun kedua telinga Re saat itu mendengarnya. Mau tidak mau lelaki itu pun mendengarkannya. "Eh... denger-denger si Feli tuh gara-garanya nolek beberapa pria kampus... sengaja karena mau mempermainkan mereka. Dan lagi... dia kan anak malam... temenannya aja sama anak-anak yang nggak jelas. Tuh... liat aja ntar pas pulang kuliah. Pasti di jemput sama temennya. Aneh ya anak orang kaya. Ninggalin semua temannya di kampus... eh... malah milih anak jalanan. Nolak pangeran kampus... akh... malah milih bersama dengan anak-anak nggak jelas! kan nggak tahu kalau lagi mabuk dia diapain aja! ih ngeri tahu nggak!" ucap beberapa gadis itu dengan saling bersahutan. "Gila! emang kali ini aku dukung Feli kalau nggak mau temenan sama cewek yang modelnya ngomongin orang di belakang. Bener Feli mending nggak usah punya temen kalau begitu caranaya. Tapi... kalau soal anak-anak urakan itu! emb... aku juga nggak bisa tinggal diam." Ucap dalam hati Re yang tiba-tiba simpati pada Feli yang tanpa ia sadari. Hingga datanglah seorang lelaki yang baru masuk kedalam toilet lelaki dan tepat berada di sebelah Re. Lelaki itu lumayan tampan. Ia turut mencuci tangannya di wastafel depan kaca cermin lebar di depan keduanya. "Baru jadian ya sama si Feli?" tanya lelaki itu pada Re. Nampak Re hanya mengacuhkannya saja dan terus menggosok tangannya. Dan saat Re akan pergi. Lelaki tersebut sudah menghadangnya dengan menekan salah satu bahu Re disana. "Gue bicara sama lu! jawab!" ucap lelaki itu disana. "Apa?" tanya Re yang memang tidak tahu pertanyaan apa yang orang itu lontarkan. "Lu baru pacaran sama Feli? gue liat lu jalan sama dia terus!" ucap lelaki itu disana. "Bukan! gue bukan pacarnya!" ucap jawaban singkat Re untuk pertanyaan aneh itu. "Asal lu tahu ya! tu cewek emang jual mahal! karena keluarganya kaya! tapi... kayaknya lu dekat sama dia ya?" tanya lelaki itu lagi pada Re. "Nggak juga!" jawab Re singkat. "Boleh minta tolong nggak?" tanya lelaki itu lagi. Dan keluarlah ketiga teman lelaki itu dari dalam ruang kamar mandi. "Apa?" tanya Re. "Masukin nih kedalam minumannya, ntar gue kasih imbalan buat lu. Dan... tentunya giliran juga lah... gimana?" tanya lelaki itu sembari memberikan bungkusan serbuk pada Re. Namun lelaki itu hanya menatapnya dan tidak mengambilnya. "Alah... jangan sok alim deh! tampang kayak lu itu udah kebaca... kalau lelaki tampan itu doyan begituan! lu juga pasti lagi ngincer si Feli kan? alah...blu nggak tahu aja dia tuh temenannya sama anak blangsak... pasti juga udah di garap ama mereka. Ayo... bantuin kita... ntar pasti kuta bagi kok! tenang aja!" ucap lelaki itu yang entah mengapa membuat Re merasa ingin memukul saat itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN