Sebelum baca, jangan lupa tambahkan ke perpustakaannya ya. Author usahakan rajin upload dan juga bakalan tetap upload cerita yang lainnya.
Siang ini Sarah mendapatkan kabar dari Arkan—kakak Anila yang menghubunginya ketika ia sedang beristirahat makan siang. Sudah sebulan lebih kejadian yang di mana menimpa Nila karena perbuatan pemilik hotel tempat ia bekerja itu melakukan hal yang buruk. Sarah yang setiap kali ada waktu mengunjungi Nila di rumahnya. Tapi setiap kali dia ke rumah Nila, tetap saja perempuan itu tidak mau berbicara sama sekali dengannya.
Sarah mencoba untuk mengerti bahwa Nila marah karena kejadian seperti itu tidak seharusnya menimpa Nila di hotel. Tapi itu semua karena perbuatan bosnya yang sudah melakukan tindak kejahatan. Sarah memegang semua ucapan pria itu yang mengatakan bahwa dia akan bertanggung jawab mengenai apapun yang terjadi pada Nila nantinya.
Ketika tiba di rumah berlantai satu dan tidak terlalu luas. Sarah memejamkan matanya berusaha berdoa kepada sang pencipta agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya terjadi pada Nila. Sarah memang menjelaskan bahwa waktu itu bosnya telah melakukan tindak kejahatan kepada Nila. Sarah juga menjelaskan mengenai bosnya yang akan bertanggung jawab kepada Nila jika terjadi sesuatu. Orang tua Nila yang waktu itu tidak berani melaporkan tindakan tersebut ke pihak berwajib karena takut jika Nila hamil dan justru yang melakukan hal tersebut berada di penjara dan Nila akan dicoreng namanya dengan buruk sekalipun dia adalah korban.
Nila tidak ingin berbicara kepada siapapun yang datang. Bahkan mereka masih bisa membungkam apa yang terjadi pada Nila. Tidak mungkin keluarganya sendiri membeberkan bahwa Nila pernah dinodai oleh bosnya sendiri dan akan tercoreng namanya di kampung halamannya sendiri. Sekalipun Nila waktu itu merupakan korban dari pemerkosaan tersebut, tetap saja bahwa namanya akan buruk dan di tandai sebagai perempuan yang sudah ternoda sebelum waktunya. Pandangan orang-orang yang membuat orang tua dan kakaknya mengurungkan niat untuk melaporkan kejadian itu. Kali ini kakaknya menuntut tentang tanggung jawab kepada bos Nila.
Ketika Sarah melangkahkan kakinya untuk masuk ke rumah Nila. Dia menemukan kakak Nila baru keluar dan langsung menariknya ke dalam rumah. Lengan Sarah terasa begitu sakit, tapi dia mengerti bahwa itu adalah hal yang wajar untuk emosi seorang kakak yang ingin menjaga adiknya tapi justru di rusak oleh orang lain.
Arkan langsung menarik Sarah ke ruang tamu yang di mana orang tua Nila sudah menunggu, "Sekarang apa yang akan dilakukan oleh bos kamu?" belum juga Sarah duduk. Tapi pertanyaan itu sudah menyerang Sarah.
"Saya bakalan bilang ke bos saya,"
"Iya, kamu harus bilang sama dia. Dan satu lagi, dia nggak sekadar tanggung jawabi atas apa yang dia perbuat. Tapi, dia juga harus tanggung jawabin janin yang ada dikandungan Nila!"
Sarah membekap mulutnya ketika mendengar kakak Nila menjelaskan mengenai janin. "Nila hamil?"
Orang tuanya terdiam. Sarah mencari jawaban dari apa yang sebenarnya terjadi kepada Nila. "Puas? Bos kamu sudah puas?" tanya Arkan dengan tatapannya yang dingin kepada Sarah. Ia merasa kerdil ketika berhadapan langsung dengan orang tua Nila kali ini. Tidak seperti biasanya.
"Tanggung jawabin juga Nila yang nggak bisa ngomong sama sekali, itu karena perbuatan bos kamu,"
Sarah semakin tidak percaya dengan hal ini. Trauma yang menyedihkan bahkan sampai membuat Nila tidak bisa bicara hingga saat ini. Sarah pikir bahwa selama ini Nila menjauhinya. Ketika dia membawa Nila pulang juga waktu itu Nila hanya terdiam tanpa mau berkada apa-apa lagi. Kali ini pertanyaan yang terlintas dipikiran Sarah terjawab sudah.
Satu pemikiran yang sampai sekarang ini mengganggu Sarah. Ia takut jika bosnya tidak mau bertanggung jawab dan tidak menerima keadaan Nila yang sekarang tidak bisa bicara. Siapa sangka jika kejadian itu membuat suara Nila hilang. Sarah mengingat terakhir kalianya dia bicara dengan Nila adalah malam di mana dia memerintahkan Nila merapikan kamar Faraz waktu itu.
"Nila di mana?" Sarah ingin sekali bertemu dengan Nila. Dia ingin memberitahukan banyak hal kepada Nila juga mengenai niat Faraz yang memang akan bertanggung jawab apapun yang terjadi.
Arkan adalah kakak yang paling sabar yang pernah ditemui oleh Sarah. Pasalnya dia tidak mencampuri urusan itu lebih jauh lagi. Karena dia pernah dilarang oleh orang tuanya agar masalah Nila jangan sampai ketahuan oleh orang lain dan bersabar menunggu keputusan dari Faraz tentang tanggung jawabnya yang sudah dijanjikan itu.
Sarah diantarkan ke kamar Nila dan melihat perempuan itu berada di kamarnya sambil makan. dengan tatapan yang begitu kasihan dia langsung mendekati Nila dan perempuan itu berdiri menyambutnya lalu memeluknya dengan erat. Memang beberapa kali dia datang, Nila hanya melihatnya sekilas. Lalu pergi lagi tanpa berbicara sedikitpun.
"Apa kabar?" tanya Sarah dan ketika sudah berada di kamar Nila. Arkan keluar dari kamar dan langsung menutup pintu membiarkan keduanya bicara terlebih dahulu.
Nila berdiri untuk mengambil buku serta bolpoin yang kini menjadi alat komunikasinya. Rasa sedih Sarah tidak bisa dibayangkan lagi ketika mengetahui bahwa Nila tidak bisa bicara semenjak kejadian itu.
Nila kembali lagi dan duduk disamping Sarah sambil menuliskan sesuatu di bukunya.
Beberapa lama kemudian Sarah mengatakan bahwa Faraz akan bertanggung jawab. "Kamu tenang aja ya! Faraz pasti tanggung jawab dan nikahin kamu kok,"
Nila menyodorkan bukunya, "Jangan bilang kalau aku nggak bisa ngomong?" tulis Nila di buku tersebut yang membuat Sarah mengangkat sebelah alisnya.
"Kenapa? Kenapa aku nggak boleh bilang?"
Nila merebut kembali bukunya. "Aku nggak mau kalau dia nggak terima aku dalam keadaan seperti ini, kumohon. Kalau memang dia mau tanggung jawab aku nggak masalah kalau harus kembali lagi ke rumah ini yang penting bayi ini tetap lahir. Aku nggak mau gugurin, kedua aku nggak mau kalau dia lahir tanpa Ayah," kata Nila di dalam buku itu. Tapi risiko nanti akan ditanggung oleh Nila jika dia tetap seperti itu.
"Nila, bagaimanapun juga Faraz harus tahu kalau kamu nggak bisa ngomong karena perbuatan dia,"
Nila tersenyum dan menuliskan lagi. "Terserah kakak aja, apapun yang terbaik. Tapi aku takut Faraz nggak mau terima," Nila masih bisa tersenyum disaat hatinya hancur seperti itu.
Sarah melepaskan buku tersebut dan langsung memeluk Nila dan mengusap punggung Nila. "Aku janji bakalan dapatkan hak kamu,"
"Jangan bilang kalau aku nggak bisa ngomong karena trauma akibat pemerkosaan itu," lanjut Nila dibuku catatannya yang semakin membuat hati Sarah sakit karena membaca tulisan itu.
"Kenapa lagi sih?"
"Karena dia nggak bakalan mau tanggung jawab. Setelah tanggung jawab, aku mau tinggal di sini sama orang tua aku dan juga kakak aku. Ketika dokter mengatakan bahwa Nila hamil. Kemudian dokter juga bilang jangan sampai menggugurkan yang mungkin saja ini adalah kesempatan untuk punya anak. Dan ketika menggugurkannya nanti. Aku takut Tuhan nggak ngasih kesempatan lagi buat punya anak," tutup Nila di dalam buku tersebut yang membuat Sarah mengangguk memahami apa yang dimaksud oleh Nila.