Laporan Xatho

1332 Kata
Angkasa belum mendapatkan penginapan malam ini, terpaksa dia bermalam di rumah Regha.  Temuan informasi soal tempat hiburan itu segera ia transfer ke Oyan di markas pusat. Dia meminta pencarian data menyeluruh segala apapun tentang tempat itu dan juga sejarah, aktivitas dan keuangan kelompok dagang Naga putih. Dia menginginkan semuanya dilakukan tidak lebih dari satu hari, berarti paling lambat besok malam semua informasi itu harus sudah sampai kepadanya. Tiga orang agen intelejen segera pergi begitu Angkasa selesai memberi perintah. Mereka menghilang dengan cepat. "bisakah aku matikan lilinnya sekarang?" protes Regha, dia muncul dari ruangan lain rumahnya.  Angkasa tertawa. Dia merubah ekspresinya dengan cepat, dari sangat dingin dan serius ketika memberi perintah intelejen, menjadi kembali ceria di hadapan Regha. "tidak, jangan sekarang.. hei, kurasa kau punya satu hutang padaku!" protes Angkasa sambil bercanda.  "hutang?" Regha merasa tidak pernah berhutang apapun pada Angkasa, kenapa dia tiba-tiba menagihnya? "bagaimana kau bisa berakhir disini? Apakah mereka mengusirmu dari rumah lagi?" Angkasa mencoba menggoda teman lama nya itu.  "hei hei hei! Sejak kapan mereka tega mengusirku? Dan aku tidak pernah diusir dari rumah!" kali ini Regha tersinggung. Angkasa melihat setumpuk kertas diatas meja kecil dihadapannya. Itu kertas jawaban ujian hari ini.  "kau menjadi guru sekarang?" cetus Angkasa heran. Lalu dia membaca beberapa soal dan jawaban yang dia pegang. "Ya, kau tau aku tipe orang yang mudah bosan. Anggap saja ini liburanku." Regha mendekati Angkasa lalu duduk disampingnya. "hei, kau tau? Hari ini aku bertemu mahasiswa langkah!" "kau menanyakan soal semacam ini pada mahasiswamu?"  Angkasa sedikit terkejut setelah membaca kertas itu, pertanyaan tentang Benang Merah, Vocksar, perang pemberontakan, semua hal itu adalah masalah yang sensitif bahkan tidak dibahas dalam kukrikulum pendidikan. Ekspresi Angkasa berubah serius sekarang. "aku hanya melakukannya untuk bersenang-senang sedikit di hari pertamaku mengajar. Tidak boleh?" bantah Regha ringan.  Dia tidak ingin meneruskan keseriusan Angkasa. Regha paham mengapa respon Angkasa seperti itu, karena orang yang sekarang duduk dihadapannya ini adalah sang aktor utama dari sejarah hebat yang sangat sensitif itu. cerita tentang Benang Merah dan Vocksar saat ini masih termasuk dalam kategori informasi terbatas intelejen kerajaan, tidak dipublikasikan kepada publik. Angkasa, sebagai ketua pusat intelejen kerajaan turut andil menjaga kerahasiaan informasi itu. "baiklah baiklah.." Angkasa merubah suasananya lagi.  dia kembali cair. "aku akan pura-pura tidak tahu soal ini. tapi segera musnahkan kertas jawaban ini setelah kau mengoreksi semua." "kau memang yang terbaik! Hahaha" Regha benar-benar lega.  Lalu Regha mengganti topik, dia memang sangat suka menceritakan hari-harinya pada Angkasa, sekalipun Angkasa tidak pernah berbuat hal yang sama padanya. "kupikir tidak semua orang tidak tahu tentang Vocksar ataupun informasi detail Benang Merah." Regha memulai ceritanya. "maksudmu ada mahasiswamu yang bisa menjawabnya?" Angkasa mulai tertarik mendengarkan. "Ya. ada satu, mahasiswi. Dia membuatku cukup terkesan hari ini. dengan tanpa rasa takut dia protes di hadapanku, berani sekali aku mengungkit masalah Benang Merah lalu menanyakan Vocksar pada mahasiswa tingkat 1? Bagaimana mungkin seorang dosen memberikan pertanyaan yang bahkan gubernur provinsi saja belum tentu bisa menjawabnya? Ooohhh dia benar-benar berani!" Regha menjeda sebentar ceritanya. "dimana menariknya?" protes Angkasa. "dia mengatakan kebenaran, kau memang salah memberikan pertanyaan semacam ini pada mereka! mahasiswa tingkat 1? Ahahha yang benar saja!"  Angkasa tertawa mengejek sikap Regha yang konyol dimatanya. "dia tahu tentang Vocksar." Seru Regha,  sangat ampuh menghentikan tawa Angkasa. suasana berubah serius lagi. Angkasa terperanjat dari kursinya. Matanya langsung menatap tajam ke Regha.  Regha melanjutkan, "disaat mahasiswa lain mungkin baru pertama kalinya mendengar kata Vocksar, kata yang sangat asing untuk mereka pastinya. Dia sudah menilai bagaimana Vocksar hidup. Dari matanya aku melihat kebencian yang begitu dalam saat dia mengatakan 'Vocksar hanya bangsa pembantai'. Bukankah itu aneh? Dia bahkan tidak tinggal di ibukota, dan seharusnya dia masih berusia 16 atau 17 tahun saat Vocksar bangkit. Bukankah kebangkitan mereka dirahasiakan dari dunia pendidikan? Lebih dari itu, kalaupun orang mengetahui tentang Vocksar seharusnya mereka mengagumi bangsa itu sekarang karena berjasa besar untuk kerajaan. Aku meneliti sejarah, tidak satupun tulisan mengenai Vocksar ada, kecuali tulisan dengan huruf dan bahasa Vocksar yang tidak semua orang bisa membacanya. Hanya dari tulisan itu sejarah Vocksar tersimpan." "jadi, maksudmu.. " Angkasa masih mencoba menerka  "pertama, ada kemungkinan dia bisa membaca tulisan Vocksar. Kedua, dia pernah bertemu dan memiliki pengalaman bersama Vocksar, dan ketiga, dia ada disana saat semua kejadian itu berlangsung. Karena sepertinya dia juga paham mengenai Benang Merah. Aku curiga siapa dia sebenarnya.." "semua prediksimu tidak mungkin terjadi Regha, kau sudah memeriksa latar belakangnya? Apa dia punya akses melakukan itu semua?" tanya Angkasa. dia aslinya penasaran juga. "sayangnya aku belum memeriksa latar belakangnya. Ini baru hari pertamaku Angkasa! namanya Ara. Mahasiswi yang baru saja aku ceritakan padamu." Jawab Regha singkat. "Ara?" Angkasa mengulangi perkataan Regha, dia sedikit terkejut. Lalu tersenyum. "jadi itu dirimu Naviza.. tentu saja kau tahu semuanya. Jika itu kau, maka semua prediksi Regha benar-benar terjadi." Regha melanjutkan ceritanya, "dan satu hal lagi yang membuatku terus bertanya. Selama ini dia terkenal paling bodoh di kelas bela diri." "oh benarkah?" Angkasa menjadi semakin antusias dengan cerita Regha. Nadanya seperti meragukan pendapat Regha.  "kau salah besar Regha.. dia hanya tidak ingin menunjukan kemampuannya saja. Pemilik gelar Migliore menjadi mahasiswa tingkat 1? Tentu saja akan aneh kalau tiba-tiba dia sungguhan bertarung di hadapan teman-temannya." Angkasa semakin dan semakin antusias, dia sangat menikmati pembicaraan ini. "tidak benar!" Regha membantah sangat keras. "bagaimana mungkin siswa terbodoh bisa menggunakan jurus tingkat 1 pertahanan lay up yang hanya diajarkan di sekoah tinggi ilmu pedang? Bahkan dia bisa memukul lawannya dengan gerakan itu hanya dalam satu menit." "jadi menurutmu dia justru mahasiswa terhebat?" Angkasa mencoba memancing Regha. "kau tertarik padanya, sudahlah katakan semuanya padaku.. benarkan?" Angkasa mulai menggoda Regha lagi. Regha jadi canggung dengan pembicaraan ini. "hentikan. Aku tidak akan membicarakan apapun denganmu lagi!" "waahh kupikir ada yang baru saja marah." Angkasa menanggapi regha dengan canda.  Dia tidak ingin Regha semakin penasaran pada latar belakang Naviza. Dia ingin membuat Regha bimbang dan ragu pada penilaiannya dan sesegera mungkin melupakan cerita hari ini. tiba-tiba ruangan jadi gelap dan suara pintu ditutup dengan keras. Regha marah. Angkasa mulai memejamkan matanya, hari yang panjang.  "Naviza.. kenapa kau membenci Vocksar.. pasti ada alasan yang kuat dia melakukan itu. apa yang dilakukan Vocksar padamu, haruskan aku menanyakannya langsung? Kau pasti sangat merindukanku Naviza.. maafkan aku, maafkan aku.. Bagaimana keadaanmu malam ini? kau pasti sangat menderita.. siapa yang mengirim pengganggu itu padamu? Mereka orang Vocksar. Siapa yang berani memerintahkan orang Vocksar pergi membunuhmu?"  Angkasa terlonjak karena pemikirannya. Orang Vocksar? Bagaimana jika otak dibalik kejadian lima tahun lalu adalah Vocksar? Tapi siapa..  "siapa yang harus aku curigai? Sepertiga dari pasukan intelejen adalah Vocksar, hampir seluruh pasukan khusus pengawal Raja adalah Vocksar. Mereka telah membuktikan kesetiaan mereka pada raja dan kerajaan. Ada yang berkhianat di dalam keluarga Vocksar! Mungkinkah mereka juga terhubung dengan pelarian Benang Merah? Atau dengan Guldora? Siapapun orang itu, dia akhirnya bisa menemukan keberadaan Naviza. Jika dia muncul lagi untuk membunuh, apa alasan dan motifnya melakukan ini? Naviza dalam bahaya sekarang, aku tidak bisa hanya mengawasinya dari jauh lagi," ֎֎֎֎ Masih di hari yang sama, tengah malam, Xatho melaporkan hasil tugasnya pada seseorang di balik tirai. Xatho membungkuk dan melapor dengan nada bicara sangat sopan. Ternyata memang benar dugaan Angkasa, ada yang bos lain yang memiliki kuasa memerintah Vocksar. "malam ini Angkasa menemui Naviza, setelah lima tahun berlalu akhirnya kami menemukan keberadaannya berkat Angkasa. kami gagal membunuhnya, maafkan kami, pada kesempatan selanjutnya akan aku pastikan dia sudah mati." Lapor Xatho "Angkasa, dia mengenalimu?" "tidak, kami tidak saling bertemu. Tapi dia yang datang dan menyelamatkan Naviza dari kematian. Saat ini Naviza terluka parah, dia dalam kondisi lemah, kesempatan berharga ini tidak akan kami sia-siakan." Lanjut Xatho.  "hindari tatap muka dengan Angkasa. dia tidak boleh menemukanmu." Pembicaraan selesai.  Xatho keluar dari ruangan dan kembali ke kantor pasukan khusus pengawal raja. Malam ini gilirannya memimpin pasukan jaga malam. Xatho saat ini memegang jabatan penting di istana, dia dipercaya sebagai ketua pasukan khusus pengawal raja yang membawahi sekitar seratus orang prajurit khusus yang semuanya adalah orang Vocksar.  Ide membuat Pasukan khusus untuk mengawal raja adalah cetusan Angkasa, dia khawatir jika sewaktu-waktu ada teror pembunuhan raja lagi. keamanan dan keselamatan raja adalah yang terpenting, perlu orang-orang berkemampuan khusus untuk terus berada di sekitar raja dan memastikan keselamatannya. Pasukan khusus menerima perintah langsung raja, mereka tidak terikat dengan struktur pasukan istana ataupun kerajaan. ------------- Wooo siapa bos nya si Xatho yang memerintahkan membunuh Naviza selama 5 tahun ini? :O ayoo saran2nya dan votenya hehehe
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN