Di dalam kamar sebelah, Luke masih duduk santai di tepi ranjang tempat tidurnya. Merasakan keheningan yang melanda hatinya, merasakan sepi yang mendalam karena tidak seperti sebelumnya saat berada di dalam mobil. Pria itu segera melepaskan dasinya dan menggulung kemejanya, menatap keluar jendela yang menghadap ke arah kota. Beberapa lampu kota sudah mulai dinyalakan dan berkelap-kelip di bawah sana, namun pikirannya ternyata tidak berada di sana. Pikiran pria itu terpaku pada satu nama, yaitu Clara. Seorang gadis yang sudah mulai dikenali lebih dekat dalam beberapa waktu terakhir ini. Luke memijat tengkuknya yang terasa lelah karena begitu sangat lama berkendara. “Kenapa Clara selalu ada di dalam pikiranku, akhir-akhir ini, ya? Apakah ini … cinta? Tapi … rasanya sangat tidak mungkin, ak