BAB 2

1166 Kata
"Pokoknya lu harus nanggung kehidupan gue selama gue miskin!" Ucap laki-laki itu seenaknya. Adrian mendengus sebal, bukan masalah uang yang dia pusingkan. Hanya saja, Dimas menumpang dirumahnya? Bisa gawat keselamatan istrinya. "Lu kan bisa tinggal di Apartemen lu! Kalau masalah kerjaan lu tenang aja." Dimas meringis. "Semuanya disita Yan. Semuanya! Lu denger gak dari tadi gue ngomong?" Lisa datang membawakan minum untuk tamu yang tidak diharapkan Adrian itu. "Makasih Lisa." Ujar Dimas manis sekali. Langsung mendapatkan pukulan tepat dikepala. "Apaan sih Yan, pukul-pukul? Kalau gue jadi bego gimana?" Sungutnya. "Gak usah sok imut di depan istri gue!" Dimas terkekeh melihat kecemburuan Adrian. Kemudian tesenyum geli, lagi pula Dimas sudah tidak memiliki perasaan lebih pada Lisa. Hanya menyenangkan saja menggoda Adrian. "Kenapa lo gak ke tempat Diandra aja sih? Biasanya juga lo kalau kabur kesana?" Dimas mendesah. Entah kenapa laki-laki itu juga mencurigai Diandra sepupunya itu. Itulah kenapa lebih baik dia jadi gelandangan daripada meminta bantuan wanita tomboy itu. "Kalau disana gue gak bisa perjuangin Dewi. Sumpah gue cinta banget sama dia." Ucap Dimas beralasan. Adrian tersenyum. Sejak dulu Dimas adalah orang yang tidak mudah mencintai seseorang. Dia biasanya tidak mau disusahkan perihal wanita. Melihat bagaimana perjuangan laki-laki itu sekarang, bahkan sampai rela dikeluarkan dari keluarga. Adrian merasa Dewi adalah orang paling beruntung di dunia. Tidak ada yang mengenal Dimas sebaik Adrian begitupun sebaliknya. "Tinggal sama gue aja yuk, sekalian gua ajarin lu berkebun?"Lisa langsung berlari menghampiri Nancy membuat Adrian menahan kawatir. "Lisa jangan lari-lari! Inget ada baby." Lisa meringis menyadari kecerobohannya. Dia lupa kalau sekarang ada baby di perutnya. "Baby?" Ucap mereka bertiga bersamaan. Adrian tersenyum lebar dengan sangat bangga. "Iya dong, gue mau jadi ayah." Semuanya tersenyum bahagia. Begitu juga Dino yang langsung memberikan pelukan hangat pada Lisa. "Gak usah lama-lama kali peluknya!" Nancy tertawa. Semua orang di cemburui oleh Adrian tak terkecuali Dino kakak kandung Lisa sendiri. "Dasar Cemburuan." Cibir Dino. Diikuti oleh kekehan Dimas. "Selamat yah, semoga sehat baby dan bundanya." Kali ini giliran Nancy yang berbicara kemudian memeluk Lisa dengan hangat. "Gue boleh peluk juga gak?" Adrian langsung mengepalkan tangannya di depan Dimas sambil menatapnya horor. Lisa terkekeh geli. Suaminya memang nomor wahid perihal cemburu. "Gue serius loh masalah kasih tumpangan. Kebetulan bisnis perkebunan gue emang baru merintis jadi gue butuh partner yang ngerti bisnis." Dimas tampak berfikir. "Menurut gue bagus juga ide Dino, sekalian lu buktiin sama orang tua lo kalau lo bisa berdiri sendiri tanpa bantuan mereka. Gue yakin kalau lo miskin si Lina bakalan menjauh." Adrian menambahkan. "Lina kaya gimana sih orangnya?" Nancy mulai penasaran dengan seorang wanita yang berhasil membuat Dimas berantakan. *** "Buatin gue indomie!" Sebungkus indomie rasa ayam bawang tiba-tiba saja sudah mendarat, tepat mengenai kepala Dewi. "Alviiinnnnnn!" Geramnya marah. Laki-laki itu terkekeh sambil melepas dasinya dan kembali melemparkannya kepada Adiknya itu. "Buruan gue laper, lo mau jadi adik durhaka?" Ucapnya semakin menyulut kekesalan Dewi. "Lo kakak Durjana." Alvin terbahak mendengar kalimat terakhir Dewi. Memang sangat menyenangkan melihat adiknya kesal seperti ini, daripada melihatnya menangisi laki-laki b******k itu. Dengan bersungut sungut marah, Dewi beranjak dari sofa lembut dan nyaman yang menjadi temannya menonton acara gosip. Menuju dapur untuk memasakan kakak durjananya Indomie. Sekesal apapun Dewi pada Alvin, tidak akan berani membantah perintah kakaknya itu. Karena percayalah, laki-laki itu akan sangat menyebalkan jika dibantah. "Bikinnya yang ikhlas woy! Awas kalau gak enak!" Dengan sengaja Dewi menjatuhkan panci yang tergeletak di samping kirinya. Menyebabkan bunyi memekakkan. "Kalau mienya enak, gue bantuin lo ngalahin Dimas." Pergerakan Dewi terhenti. Jantungnya berdetak tidak biasa hanya dengan mendengar nama laki-laki itu disebut. "Kalau lo berani usik dia, gue berhenti jadi adik lo." Alvin berdecak kesal. Setelah seburuk inipun kelakuan laki-laki itu, adiknya masih saja membelanya. "Kita liat aja nanti." Ucap Alvin Santai. Tapi tidak sesantai itu di telinga Dewi. Wanita itu sangat tahu bagaimana cara Alvin menyelesaikan masalah. Sebenci apapun Dewi pada Dimas sekarang, bukan pilihan yang tepat menjadikan Alvin sarana untuk membalas dendam. Lagipula Dewi juga sudah berniat untuk berjuang hingga Akhir. "Gue serius! Kalau lo ikut campur gue bunuh diri!" Sambil meletakan semangkuk mie panas di hadapan kakaknya, Dewi melangkah dengan cepat menuju kamarnya kemudian membanting pintunya keras dan menguncinya rapat. Sebagai bentuk protes serius terhadap keterlibatan Alvin pada masalahnya yang hanya ditanggapi dengan senyum miring menakutkan oleh sang kakak. Bagi Alvin, Dimas sudah mengganggu tingkat kesabarannya. Dan Laki-laki itu bersumpah akan membuat perhitungan. Tidak peduli Dewi akan setuju atau tidak. "Uekkk...Dewiiiiiiii Indomie macam apa ini? Lo kasih garam berapa karung?" Dewi cekikikan di dalam kamar mendengar auman beruang besar di ruang tamu. "Rasakan! Emangnya enak makan mie dicampur garam lima sendok. Itu peringatan pertama dari gue kakaku sayang!" Ucap Dewi pelan sambil terkikik. Ting! Notif pesan di ponselnya mengusik perhatian wanita itu. "Nomor siapa ini?" [Temui gue di Cafe Horison, besok jam sebelas siang.] [Siapa lo?] Tidak ada balasan setelah beberapa menit Dewi menunggu. "Apaan sih sok misterius gini?" Tidak sabar akhirnya Wanita itu mendial nomornya. Namun suara operator yang di dapatnya. "Dasar pengecut!" Ucapnya kesal. Dor! Dor!Dor! Dewi memutar bola matanya malas. Siapa lagi yang selalu mengusik ketentramannya kalau bukan si menyebalkan Alvin. "Gue lagi males sama Lo!" Ucap Dewi keras keras. Sampai pintu itu roboh sekalipun, wanita itu tidak akan mau membuka kuncinya. "Ada temen lo di depan woy!" Huh! Memangnya Dewi mau percaya? "Gue ini Alien dan gak punya temen. Puas lo!" Masih dengan berteriak Dewi mengatakannya dengan sangat jelas. Alvin terbahak di depan pintu. "Kalau lo Alien, gue kakaknya Alien dong? Mana ada Alien ganteng kaya gue?" Dewi membenamkan kepalanya di bantal. Sangat malas mendengar kenarsisan Alvin. "Gue Serius woy, ada temen lo namanya Lisa katanya!" Secepat kilat wanita itu bangkit dan menajamkan telinganya. "Siapa tadi?" Teriaknya. "Lisa woy. Telinga lo harus banget dibersihin tuh." Ceklek! Bugh! Alvin terjungkal ke belakang karena tanpa aba-aba Dewi membuka pintu dan berlari menabraknya. "Woy, gue jatuh sial!" Dewi menoleh sebentar sambil tersenyum miring. "Peringatan kedua dari gue." Bisiknya lirih. "Lisaaaaa gue kangeeennn!" Dewi langsung menghambur ke pelukan istri Adrian itu. Padahal baru beberapa hari saja tidak bertemu. Tapi mengingat masalah yang sedang dihadapinya, Dewi memang lebih membutuhkan sahabat seperti Lisa sebagai tempat curhatnya. "Iya mbak, Lisa juga kangen makanya main kesini." Beberapa bulan belakangan ini mereka berdua memang semakin dekat dan kerap kali hangout bareng. "Adrian mana?" Lisa tersenyum. "Lagi ada urusan tadi nganterin doang." Dewi berdecak mencibir. "Tumben gak nempel kaya prangko." Kali ini Lisa tertawa. "Ada titipan dari Dimas." Lisa berbisik sambil menyelipkan sepucuk surat di tangan dewi secara rahasia. Lisa sangat tahu keluarga Dewi sedang memusuhi Dimas saat ini. "Terimakasih." Bisik Dewi sambil tersenyum manis. "Katakan padanya kalau dia masih ingin aset berharganya utuh, jangan coba macem-macem sama gue." "Kamu mau hancurin perusahaan dia?" Bisik Lisa polos. Dewi hampir saja tertawa. "Ada aset yang jauh lebih penting dari perusahaan Lisa, mungkin saja bisa aku potong-potong nanti kalau dia berani macam-macam." Lisa terkekeh. "Emangnya sosis di potong-potong?" "Yahh, sejenis sih sama sosis." Ujar dewi sambil terkekeh. "Lagi musim yah bisik-bisik di rumah orang?" Ucap Alvin keras-keras sambil melangkah menuju kamarnya. Membuat Lisa sedikit tidak enak. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN