Matanya bergulir menatap bangunan super megah yang berlantai marmer. Menatap kagum pada hasil karya manusia yang bisa sebagus ini, berapa lama pengerjaan ini semua? Ah, kenapa juga dia harus mengaguminya. Matanya kembali menatap datar dua orang berbeda generasi di depannya. Yang satu menatapnya tidak kalah datar, dan yang satu menatapnya dengan raut bahagia. “Ada apa ini Eron?” Yang ditanya hanya tersenyum kecil, dia berganti menatap sang ayah. Seolah paham, pria di samping Almeron itu berdehem sebentar dan menegakkan duduknya. “Al, kamu ke atas.” “Nggak mau.” “Al, Papa bilang ke atas.” Dengan tidak rela kakinya berjalan meninggalkan area ruang tamu, berbalik sebentar menatap sang ayah. “Papa sudah berjanji kepadaku.” Mark tidak menjawab, matanya fokus terhadap perempuan cantik di