“Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian berdua, tetapi jika ini memang yang terbaik maka lakukanlah.” Sasti menunduk dalam mendengar ucapan Yani, sahabatnya yang bermulut pedas ini memang suka tanpa sadar menyakiti hati lawannya. “Menurutmu ini sudah yang terbaik?” Sang lawan bicara hanya mengangguk tanpa melihat Sasti, tangannya sibuk memisahkan tulang ayam di depannya. “Ini menurut gue ya, kalau lo yakin yaudah langsung aja.” Sasti menimang masukan Yani, bagaimanapun caranya dia harus mengambil hati sang suami agar memudahkannya untuk menempuh pendidikan di luar negeri. Setelah wisudanya bulan depan, dia harus bisa berangkat ke kampus impiannya. “Lo mah enak bisa ngampus lagi, sedangkan gue terpuruk dengan keadaan,” Yani menyelesaikan kunyahannya. “Coba aja bokap gue leb