Syifa sangat menikmati hari-harinya bersama Faqih di sekolah Hanan. Guru-guru yang melihatnya, menyapa dengan ramah dan beberapa orang mengajaknya mengobrol meski tidak lama. Ia juga tetap memberikan senyum dan sapaannya kepada kepala sekolah, meski wanita paruh baya itu menatapnya penuh tanya dengan senyum yang terlihat dipaksakan. Di dalam hati kecilnya, Syifa masih sangat ingin sekali mengajar anak-anak TK seperti dulu. Namun, ia akhirnya sadar bahwa untuk saat ini, mungkin inilah yang terbaik. Dua putra Abrar lebih membutuhkannya saat ini. Ia berharap, kelak masih bisa kembali menjadi guru TK, ketika Hanan dan Faqih sudah bisa menjalani hari-harinya dengan ceria tanpa bergantung padanya. Ia memandangi balita berusia tiga tahun yang sedang berlari-lari itu di halaman sekolah. Faqih