Menunggu Jawaban

1531 Kata

Menikahlah dengan saya.” Pertanyaan Abrar sontak membuat Syifa membelalakkan mata. Ia tercekat untuk sekadar mengucapkan sepatah kata. Kakinya serasa menempel di lantai keramik yang saat ini ia pijak. Ia tidak tahu mengapa tiba-tiba Abrar menanyakan hal itu padanya. Ada angin apakah gerangan Abrar memintanya menjadi istri lelaki dingin nan arogan itu? “Saya sudah berpikir matang-matang beberapa hari ini, sejak saya bilang kamu calon istri saya di hadapan wali murid lain. Saya pikir, akan lebih baik jika kamu menjadi istri saya.” Penjelasan Abrar membuat Syifa mengerutkan dahi. Akan lebih baik? Apa maksud kalimat lelaki itu? Apakah pernikahan adalah sebuah hal yang bisa dinilai dengan untung dan rugi? Pemikiran Syifa berkecamuk. Ia tidak mengerti jalan pikiran lelaki beranak dua ter

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN