Hideo menatap bingung pada Oase yang kini berjongkok di pojokan tangga. Penasaran apa yang terjadi selama ia pergi menjemput Maria. Namun, sebagai seorang rival yang memperebutkan seorang wanita, dia tak punya alasan untuk bertanya. Meski di sisi lain, Hideo tak tegaan melihat sosok Oase yang terlihat menyedihkan. Memeluk lututnya sendiri dengan kepala tertunduk lengkap dengan komat-kamit dalam bahasa yang Hideo tak pahami. “Hei, kalau tak urusan, sana pergi! Keberadaanmu di sini mengganggu.” Hideo kemudian menendang punggung Oase, memutuskan untuk mengusirnya saja. “Hideo, gimana nih,” rengek Oase, memeluk kaki Hideo yang menendangnya tadi. Tanpa diminta, Oase curhat sendiri tentang apa yang terjadi tadi. Hideo yang ingin menarik kakinya jadi kehilangan kesempatan saat melihat tatapa