enam

1838 Kata

KAMI sudah berada dalam mobil, di perjalanan menuju rumah. Mbak Dina memintaku untuk menginap, tetapi aku menolak karena Pram harus segera berangkat ke kantor. Lagi pula, aku tidak akan bisa tidur tanpa Pram di sebelahku. Dulu, aku menertawakan ucapan Mika dan Marsya, sekarang aku menyembunyikan rahasia itu dari mereka. Mika benar, sebelum memastikan suami selamat sampai di kamar, rasa was-was akan selalu hadir. Bukan takut dia selingkuh atau bagaimana, tetapi lebih takut kalau dia berada dalam bahaya. Jangan. "Pram, dulu kamu sempat mau nikah?" Dia menoleh, lalu kembali menatap jalanan. Diam sejenak, baru membuka mulutnya. "Iya. Tapi dia milih lelaki lain yang bisa kasih dia waktu banyak." Kepalanya menoleh lagi, tersenyum memandangku. "Ibu cerita?" Aku mengangguk. "Kamu cemburu?"

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN