Unyis X menyebut tentang Khodam Nafsi di depan Rimpu. Suatu ungkapan yang belum pernah sama sekali didengar atau diketahui oleh Rimpu hingga saat ini. Rimpu merasa dia harus banyak belajar tentang dunianya. Sebagai kucing muda yang kurious dan lagi gencar-gencarnya belajar akan banyak hal, pengetahuan baru ini membuat Rimpu begitu tertarik.
"Khodam Nafs? Apa itu ibu...?"
"Seperti yang tadi ibu bilang Rimpu. Itu merupakan sisa-sisa jiwa yang keluar ketika seekor kucing telah meninggal. Biasanya sisa jiwa yang keluar akan berwarna putih, tetapi yang kau lihat tadi berwarna hitam bukan? Itu karena yang kau lihat adalah aura yang sudah terkontaminasi."
"Aura yang terkontaminasi?" gumam Rimpu. "Terkontaminasi oleh apa ibu?"
"Ya nak. Khodama Nafs seekor kucing biasanya suci dan menghilang bersamaan dengan energi alam. Tapi aura itu akan berubah menjadi aura yang tidak baik, aura negatif. Aura hitam pekat tercipta ketika seekor kucing mengalami ketidak-adilan. Biasanya aura terkontaminasi itu akan mencari orang yang telah menyebabkan kematian dari kucing tersebut jika seekor kucing yang tertabrak jasadnya tidak segera dikuburkan oleh orang yang sudah menabraknya."
"Jadi aura hitam yang kulihat tadi akan mencari orang yang sudah menyebabkan kematian dari kucing itu?"
"Benar nak, kasihan sekali orang itu. Tetapi ini juga salahnya. Harusnya ia bisa menyempatkan diri sebentar untuk menguburkan kucing itu. Beda halnya jika seseorang melakukan itu tanpa ia ketahui. Aura hitam itu seakan memiliki pikirannya sendiri nak. Dia akan mencari orang tersebut dan akan terus mengejarnya, lalu meliputinya selama 40 hari."
"Apa yang akan terjadi selama 40 hari itu ibu?"
"Dalam 40 hari orang itu akan selalu dirundung kesialan. Bahaya dari hal ini adalah ketika orang itu beraktifitas. Dia bisa saja mengalami kesialan misalnya kecelakaan dalam rentang 40 hari itu. Inilah konsekwensi dari sikap yang tidak bertanggung jawab."
"Jadi ... selama 40 hari, orang itu akan terus diawasi atau selalu diliputi oleh kesialan, begitu?"
"Benar anakku. Kecuali,"
"Kecuali apa, ibu?"
"Kecuali dia adalah manusia yang bertakwa nak. Kesialan itu akan memudar berangsur-angsur bahkan bisa hilang dengan cepat tanpa harus menunggu 40 hari."
"Manusia yang bertakwa? Manusia yang seperti apa itu? Bagaimana caranya kesialan itu bisa hilang dengan cepat?"
"Manusia bertakwa itu seperti tuan Rida kita nak. Kau bisa melihatnya sendiri Rimpu, setiap hari tuan Rida kita selalu rajin beribadah kepada Tuhan sang pencipta alam semesta. Lima kali sehari ia menyembah kepada Tuhan sang pemilik alam raya. Tuan Rida suka membaca kitab suci, dan ia juga selalu berdoa. Hal-hal semacam inilah yang akan memberi perisai tersendiri untuk menangkal bahkan menghilangkan aura tak baik tersebut. Semakin manusia bertakwa, semakin ia akan terlindungi dari hal-hal negatif semacam itu. Tapi tetap saja, harusnya jika manusia melihat dirinya menabrak atau mencelakakan seekor kucing, orang itu harus segera menguburkannya agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan."
"Aku sudah mengerti ibu. Aku paham apa yang ibu maksudkan. Memang seharusnya manusia harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat, walau itu tidak disengaja sekali pun."
"Benar Rimpu," sahut Unyis X. "Khodam Nafsi hanyalah satu dari salah satu Khodam yang dimiliki seekor kucing. Kau juga sudah belajar tentang ini kan?"
"Ya, ibu sudah mengajarkan semua itu."
"Selain Khodam Nafsi, juga ada Khodam Lafdzi atau yang sering kita sebut sebagai meongan. Komponen dasar kita para kucing untuk membuka dan memasuki dimensi warpzone. Lalu ada Khodam Juz'i yakni khodam elemen yang melekat di tubuh kita yakni Karisma. Ketiga Khodama ini akan hilang dan lenyap ketika kita para kucing meninggal dunia. Kecuali sisa-sisa dari Khodam Nafsi atau sisa jiwa!"
"Tentang Khodam Lafdzi dan Khodam Juz'i, ibu dan tuan Rimpam sudah memberitahuku banyak tentang itu ketika kita berlatih merangsang Karisma dan meongan–walau aku tak memiliki meongan. Tapi aku belum begitu mengerti terkait Khodam Nafsi ini ibu,"
"Karena pelajaran tentang Khodam Nafsi ini jauh lebih rumit dan kompleks Rimpu. Penjelasannya terkait dengan sesuatu yang lebih ghaib dan spiritual. Ini berkaitan langsung dengan nyawa atau jiwa kita yang substansial selaku makhluk hidup. Ranah ini berada di area paling spiritual dari esensi kehidupan kita sebagai makhluk yang bernyawa. Tapi kau sudah belajar tentang ini ketika dulu kita berhadapan dengan Remover nak. Pelajaran tentang mekanisme 9 nyawa atau 9 faktor lucky yang dimiliki oleh seekor kucing, kau ingat? Pembahasan terkait 9 nyawa ini masuk ke dalam ranah Khodam Nafsi Rimpu."
"Apa ada kucing yang cukup kuat atau mampu memanipulasi Khodam Nafsi ini ibu?" tanya Rimpu. "Maksudku ... sejauh yang kutahu, kita para kucing telah memanfaatkan Khodam Lafdzi dan Khodam Juz'i. Kita memakai meongan sebagai kunci pembukaan warpzone dan juga sebagai wahana komunikasi telepati. Kita juga memanipulasi Khodam Juz'i yakni Karisma untuk mengembangkan elemen ketika berada di dimensi warpzone dan menciptakan berbagai macam skill kemampuan bertarung dari situ. Tapi Khodam Nafsi, aku belum pernah mendengar ada kucing yang memanipulasinya ibu. Dan jika ada, pemanfaatan seperti apa yang bisa dilakukan seekor kucing yang sudah menguasainya?"
Unyis X menghembus puas membuang nafas. Ia terlihat bangga dengan pertanyaan yang dilontarkan anaknya tersebut. Rimpu dirasa sudah sangat dewasa sekarang. Itu begitu nampak dari pertanyaan yang ditanyakannya.
"Pertanyaan yang bagus sekali, anakku." Puji Unyis X. "Apakah ada kucing yang dapat memanipulasi atau memanfaatkan Khodam Nafsi? Seperti yang tadi ibu bilang Rimpu, Khodam Nafsi merupakan ranah yang lebih spiritual. Ini diluar kemampuan kita para kucing secara lahiriah maupun naluriah. Sejauh yang ibu tahu ... tidak ada kucing yang cukup kuat untuk bisa merambah ranah ini. Belum ada seekor pun, yang bisa memanipulasi Khodam Nafsi bahkan para Unyis Rida sebelumnya yang terkenal kuat pun tidak pernah mencoba memanipulasinya. Kita semua tidak pernah mendengar ada kucing yang bisa menambah nyawanya melebihi 9 nyawa kan...?"
Rimpu mengangguk.
"Belum ada kucing yang bisa memanipulasi atau menguasai ranah Khodam Nafsi nak. Dan untuk pertanyaanmu yang lain, bagaimana jika ada kucing yang bisa, pemanfaatannya akan seperti apa? Baiklah. Secara hipotesa, jika ada kucing yang berhasil menguasai Khodam Nafsi ini, maka dia akan bisa melakukan hal-hal yang dirasa mustahil dan diluar kodrati seekor kucing."
"Misalnya apa ibu?"
"Menghidupkan kembali kucing yang sudah mati!"
"Apa...!!!?" Rimpu terkaget. "Terdengar mustahil ibu. Itu bahkan melawan hukum-hukum yang ada di alam semesta. Bukankah hal semacam itu terkait dengan kuasa Tuhan?"
"Maka dari itu nak, secara hipotesa, itulah yang bisa dilakukan oleh kucing yang mampu menguasainya. Selain itu, mereka yang mampu menguasainya juga bisa memanggil roh, Juf atau jiwa kucing yang belum dilahirkan. Walau sebuah hipotesa, itu terdengar mengerikan bukan? Atau bisa juga untuk memperpanjang usia. Kucing yang menguasai ini bisa memanipulasi usianya, menjadi kucing yang berusia sangat tua dan sulit untuk mati. Mungkin bisa hidup sampai puluhan tahun melebihi rentang usia manusia rata-rata."
"Wow!" decak Rimpu. "Kucing dengan usia sangat tua? Di Batu Kunawa tidak ada kucing yang setua itu kan, ibu." Rimpu tertawa. "Paling cuman si Abul, kucing milik Bu Sumiati."
"Benar, Abul itu cukup tua. Usianya sudah 11 tahun sekarang dan sudah sangat renta." Sahut Unyis X. "Bukan hendak mendahului ketetapan ilahi, tapi sepertinya waktunya sudah dekat. Si Abul itu hampir seumuran dengan mendiang guru Karmak, Pendulum Unyis."
"Tuan Rimpam juga cukup tua kan ibu," celetuk Rimpu kembali tertawa.
"Ibu juga sudah tua nak." Sahut Unyis X. "Usia ibu juga tidak akan lama lagi."
"Jangan berkata seperti itu ibu!" tegur Rimpu cemberut dan terkesan sedih.
"Tenang saja. Ibu tidak akan mati begitu saja, tidak sampai ibu bisa melihatmu berkembang dan mungkin bisa menggantikan Rimpam kelak sebagai salah satu dari Balam Raja." Unyis X balas tertawa. Dia coba menghibur Rimpu yang bersedih. "Jadi sekarang, kau sudah mengerti semuanya kan, Rimpu?"
"Ya, ibu. Kini aku sudah paham semuanya. Ini pelajaran baru yang sangat berharga untuk kuingat."
"Kudengar ada kucing yang berusia sangat tua disini, di Batu Kunawa." Celetuk seekor kucing yang datang secara tiba-tiba ke loteng Rida. Kucing itu adalah Rimpam. "Ada seekor kucing yang konon menguasai ranah Khodam Nafsi dan memperpanjang usianya."
"tuan Rimpam!" sapa Rimpu.
"Ternyata sedari tadi kau mendengarkan pembicaraan kami?" tanya Unyis X. "Aku tidak mendengar kedatanganmu, sejak kapan kau datang,"
"Baru saja," jawab Rimpam. "Alik berada di luar, tapi dia baru saja pergi."
"Tuan Rimpam, siapa yang anda maksud telah menguasai Khodam Nafsi dan memperpanjang usianya?" tanya Rimpu masih merasa penasaran.
"Ya, siapa dia?" tanya Unyis X juga penasaran dan tidak mengetahuinya.
Rimpam berbaring santai sembari memejamkan kedua matanya. "Itu hanya sebatas rumor, dan tentu saja tidak bisa dibuktikan." Kata Rimpam. "Konon ada seekor kucing yang sangat tua tinggal di kawasan belantara di balik tembok sana. Namanya Miung Haza!"
"Miung Haza...?" gumam Rimpu.
"Ya, dikatakan dia berasal dari era Judarik, Unyis pertama Rida, bahkan kucing itu jauh lebih tua dari tuan Judarik. Katanya Miung Haza telah ada di kampung ini untuk waktu yang sangat lama."
"Hmm ... aku baru mendengarnya, tentang Miung Haza ini." Sahut Unyis X. "Ya sih ... rasanya dulu juga aku pernah mendengar rumor tentang kucing itu. Tentang seekor kucing yang berusia tua bahkan diklaim merupakan yang tertua di dunia. Ada di kampung kita, di Batu Kunawa, tapi keberadaannya sendiri tidak bisa dibuktikan. Bahkan Unyis keempat Rida yakni guru Karmak tidak pernah menceritakan perihal sosok Miung Haza ini padaku, karena sejatinya sosok itu hanyalah mitos atau isapan jempol belaka."
"Tentu saja itu hanya mitos!" tegas Rimpam. "Tinggal di belantara balik tembok? Hahh!! Aku sering kesana bahkan sejak muda, tapi mana? Tak pernah sekalipun aku melihat atau merasakan kehadirannya. Sudah ada puluhan kucing kampung disini yang menjelajah dan berjalan-jalan ke kawasan belantara balik tembok, tapi tidak pernah tuh ada yang mengaku bertemu dengannya."
"Jika sosok Miung Haza itu benar-benar ada, pasti terlacak oleh Shaman dan kelompok Mata tengah malamnya, iya kan Bu?" timpal Rimpu. "Soalnya mereka selalu mengawasi kawasan belantara balik tembok dengan penglihatan batin dan mata ketiga mereka."
"Itu benar nak. Kehadiran Miung Haza pasti telah lama terendus dan terlacak oleh mereka jika sosok itu memang beneran ada." Kata Unyis X. "Rimpam, bagaimana situasi di kampung kita? Ada berita apa?" tanya Unyis X. "Kau sudah dua hari tidak kemari. Terakhir malam kemarin,"
"Hah, apa yang bisa kulaporkan, tidak ada berita yang berarti. Para komplotan garong level menengah mulai bergerak dalam kelompok-kelompok kecil mulai dari g**g Empat sampai g**g sembilan. Seperti biasa, pertikaian kadang terjadi ketika salah satu Balam Raja mulai berekspansi. Rog dan Blapam akhir-akhir ini saling beradu pengaruh di g**g Sepuluh. Akan diperparah jika Hurik juga ikut peta persaingan mereka. Apalagi saat ini, persaingan para Balam Raja memanas ketika beberapa pejantan baru mulai terlihat disini. Kau menyadarinya kan, sebentar lagi musim kawin." Kata Rimpam menatap Unyis X.
"Itu yang ingin sekali kubicarakan denganmu," sahut Unyis X.
"Ada apa? Kenapa memakai telepati pribadi?" tanya Rimpam.
"Aku tidak ingin Rimpu mendengar ini. Dia memang telah beranjak dewasa, aku menyadarinya. Tapi kurasa Rimpu belum siap mendengarkan ini. Nanti dia akan salah paham atau malah berujung dengan mengkhawatirkanku."
"Mengkhawatirkanmu? Apa yang kau maksud?" tanya Rimpam bingung.
"Rimpam, aku merasakannya. Sinyal reproduksiku ... aktif di musim ini."
"APAAA....!!!?" Rimpam luar biasa terkejut dengan kabar tersebut. "Setelah bertahun-tahun...?"
"Ya," jawab Unyis X.
"Sebenarnya itu hal yang wajar, X. Usiamu masih terbilang usia produktif. Dan jika panggilan kesuburanmu kau rasakan di usiamu saat ini, itu normal-normal saja." Kata Rimpam. "Hanya saja, ini pastinya akan menjadi tahap kesuburan terakhirmu mengingat usiamu sekarang."
"Ya, dan aku ragu aku bisa melakukannya lagi. Melahirkan beberapa ekor anak lagi,"
Rimpam sedikit menyeringai. "Apa yang kau risaukan, X. Sepanjang hidupmu kau telah melahirkan banyak anak. Lebih dari selusin jika ditotal. Di usia berapa musim kawinmu yang kuikuti? 2 tahun? 3 tahun?"
"Itu sudah sangat lama," kenang Unyis X. "Di usiaku 2 tahun 4 bulan."
"Jika saja semua anak-anakmu, termasuk juga anak-anakku hasil dari musim kawin yang kumenangkan dahulu masih hidup, kau pasti sudah memiliki banyak anak sekarang. Tidak hanya Rimpu, yang hanya anak angkat."
Unyis X menatap Rimpu seraya tersenyum. Rimpu balik menatap Unyis X. Dia tidak tahu apa yang sedang diperbincangkan oleh ibunya dan Rimpam.
"Itulah yang membuatku ragu, Rimpam. Aku tidak siap jika harus merawat dan kehilangan lagi. Aku tidak ingin merepotkan tuan Rida lagi. Hidup tuan Rida sudah sangat berat. Dia harus membiayai hidupnya sendiri, sekolahnya, dan lain-lain. Belum lagi tuan Rida harus memberi makan para kucing yang lain. Jika ditambah dengan beberapa ekor lagi di rumah ini, rasanya itu hanya akan menyusahkannya saja. Aku juga tidak ingin membebankan apapun pada Rimpu."
"Tuan Rida juga pasti senang. Dia selalu tulus merawat kucing-kucingnya." Kata Rimpam.
"Aku tahu itu, tapi kau tahu sendiri, Rasio hidup anak-anakku yang rendah telah membuatku berpikir beberapa kali untuk memiliki anak lagi."
"Tapi alam telah memanggilmu, X. Kau mendapatkan sinyal itu lagi, artinya kau harus siap."
"Itulah yang ingin kubicarakan. Terkait kandidat kompetitor di musim kawin kali ini. Apa kau sudah mendapatkan gambaran, siapa saja yang akan mengikutinya? Maksudku, aku tidak ingin diriku hanya dijadikan alat politik semata. Aku tahu hal seperti ini tak terelakkan, dan aku tidak bisa memilih partner sesukaku."
"Tentu saja selalu ada politik yang bermain disini, X." Sahut Rimpam. "Apalagi kau adalah Unyis Rida. Sekarang, setelah aku tahu kau merupakan salah satu pingitan di musim kawin fase 3 di tahun ini, aku mengkhawatirkan salah satu Balam Raja akan mengambil kesempatan ini dan akan ikut mengambil bagian menjadi salah satu kompetitor di musim kawinmu."