Lula membenci dirinya sendiri yang setiap kali berhadapan dengan Sky masih ada sisi gugup, membuatnya berdebar kuat. Terutama tiap matanya beradu tatap dengan sepasang mata yang menatapnya begitu lekat dan menyorot tajam, seolah mudah memerangkapnya pada sebuah rasa yang tak ingin ia biarkan tumbuh liar dalam hatinya lagi. Kakinya mengambil langkah cepat, kemudian Lula kembali pada teman-temannya, Azizi dan Dillah. Rasanya lega sekali bisa lepas dari Sky, situasi yang mendebarkan untuknya. “Sea, dari mana sih?” tanyanya dengan khawatir. Temannya menghilang cukup lama. Mereka takut Lula berhadapan dengan pria yang punya niat buruk padanya. “Sudah menegur pria yang tadi lancang sama kamu?” tanyanya. Lula menatap kedua temannya yang penuh penasaran, “Tidak, aku tidak tahu yang mana ora