Pesta pernikahan itu berjalan dengan sangat khidmat, Cannon tidak henti-hentinya menebar senyum terbaiknya ketika menyapa tamu yang bahkan tidak satupun dari mereka dia kenal. Jangankan salah satu tamu di pesta itu, bahkan Cannon sendiri masih belum mengenal siapa wanita yang baru saja dia nikahi, tapi ajaibnya Cannon sudah langsung bisa menciumnya dengan begitu lembut dan penuh penghayatan.
Entah wanita itu sadar atau tidak, saat tiba-tiba dia justru menikahi laki-laki yang berbeda, bukan laki-laki yang merupakan kekasihnya atau mungkin pengantin laki-lakinya yang asli , tapi herannya dari seluruh tamu dan pengelola pesta itu, tidak satupun dari mereka yang menyadari bahwasanya sebenarnya Cannon bukanlah laki-laki yang seharusnya ada di atas altar dan mengucap sumpah janji pernikahan bersama wanita yang sampai saat ini masih tidak bisa dia sebutkan namanya secara detail, karena tadi Cannon bahkan tidak menyebut nama lengkap wanita itu dan hanya menyebut nama singkat atau nama panggil wanita itu, Kayla, itu pun atas arahan pendeta.
Beruntungnya di antara semua tamu itu tidak ada yang terlalu berinteraksi dengan Cannon selain memberi ucapan selamat dan berbisik untuk segera memiliki keturunan, kecuali wanita tua dengan rambut putih sempurna, wanita tua yang kira-kira seumuran dengan Mommy Luci , dan Cannon bisa memprediksi bahwasanya wanita tua itu adalah nenek dari wanita yang hari ini resmi Cannon nikahi.
Setelah pernikahan itu di berkati dan di sahkan, mereka memang sudah langsung menandatangani buku nikah, dan iya, sebelumnya seorang petugas khusus sudah lebih dulu meminta kartu tanda penduduk Cannon, dan beruntungnya Cannon sudah punya kartu itu. Namun ajaibnya tetap saja salah satu dari mereka tidak menyadari jika Cannon masih berusia di bawah dua puluh tahun.
Sesi photo saat Cannon dan wanita itu menandatangani berkas pernikahan, juga saat mereka memegang buku nikah pun sudah di lakukan, dan sekarang hanya tinggal unboxing bidadari di sampingnya.
Oh, membayangkan itu saja rasanya Cannon tidak sabar untuk segera membawa pengantinnya pulang. Namun tiba-tiba Cannon terdiam saat menyadari bahwasanya pernikahan ini belum diketahui oleh kedua orang tuanya dan sekarang dia mendadak bingung bagaimana cara dia menjelaskan masalah ini pada ibu dan ayahnya.
Pesta itu berlangsung cukup lama , dan tiba-tiba wanita yang Cannon nikahi tadi meminta izin untuk ke kamar khusus, dan pastinya Cannon sangat semangat saat akan di bawa ke kamar, pikirnya pengantinnya sudah tidak sabar untuk segera di unboxing, dan aaah..... itu benar-benar sangat menyenangkan ketika hanya sekedar dibayangkan. Namun sebelum itu, wanita dengan rambut putih yang baru dia tahu bernama Omma Catherine itu sudah lebih dulu meminta nomor ponsel Cannon, dan tentu saja Cannon juga sudah langsung menyimpan nomor ponsel wanita itu, sepertinya wanita tua itu benar-benar berpikir wawasannya dia adalah pengantin yang sesungguhnya, dan sepertinya dia menyukai Cannon sebagai pilihan cucu perempuannya.
'Oh, itu sudah pasti bukan. Cannon itu terlalu tampan dan manis untuk dilewatkan. Jangankan hanya seorang wanita biasa, iblis pun katanya bisa jatuh cinta sama Cannon, karena ketampanan juga senyum memabukkan bocah labil itu.'
"Siapa namamu?" tanya wanita itu tiba-tiba, tapi Cannon yang merasa tidak ditanya tentu saja cuek dan mengabaikan pertanyaan itu, dan setelahnya wanita itu justru menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap kearah Cannon seraya mempertegas pertanyaannya kembali.
"Hey. Aku bertanya padamu? Siapa namamu?" ulang Kayla, dan Cannon langsung ikut menoleh ke belakang, berpikir ada orang lain di belakangnya dan pertanyaan itu sebenarnya tidak ditujukan pada Cannon.
"Mbak bertanya padaku?" kutip Cannon mengulang pertanyaan wanita itu seraya menunjuk dirinya sendiri dan iya, tentu saja Kayla langsung mengangguk karena saat ini hanya ada mereka berdua di koridor menuju kamar hotel itu, kamar yang memang sudah disewa untuk mereka melakukan malam pertama pura-pura bersama pengantin laki-laki pura-puranya juga.
"Iya lah. Bukankah hanya ada kita berdua di sini?" balas Kayla dan Cannon hanya terlihat membagi senyum.
"Oh, ya. Namaku Cannon. Cannon Rey Mervino. Tapi panggil aja Cannon, atau biar lebih kemistri atau terkesan lebih manis, Mbak bisa memanggilku sayang atau cintaku!_______ Sumpah aku nggak keberatan!" ujar Cannon seraya mengangkat kedua jari tangganya hingga membentuk huruf V di sisi wajahnya dan Kayla langsung terlihat melongo dengan ekspresi pecicilan laki-laki yang Meira sewa untuk menjadi mempelai pengganti Johan itu.
'What the f**k!' umpat Kayla dalam hati. 'Apa apaan ini? Apa laki-laki ini sudah gila?!' batin Kayla lagi.
Dia lantas membuka satu pintu setelah sampai di kamar yang dia tuju, dan masuk ke dalamnya, dengan Cannon yang juga ikut bersamanya.
Cannon bersikap santai, bahkan cenderung sangat senang dengan apa yang dia lewati hati ini. Oh seandainya saja dia menyelesaikan balapan tiga putaran tadi, hadiahnya hanya sebuah motor sport, tapi ternyata dua putaran saja hadiahnya jauh lebih membagongkan. Iya tiba-tiba mendapatkan istri secantik bidadari, sungguh Cannon tidak akan keberatan jika harus menggantikan sepuluh motor sport sekalipun dengan seorang bidadari secantik ini.
Kayla dan Cannon baru saja masuk ke dalam kamar hotel, saat tiba-tiba pintu kamar itu kembali diketuk dari arah luar, dan detik berikutnya Kayla melihat dari arah corong pintu itu, ternyata itu adalah Meira.
Kayla buru-buru membuka pintu itu untuk membiarkan Meira masuk, dan Kayla langsung bisa melihat ekspresi kepanikan di wajah Meira.
"Oh gawat Kay. Ini benar-benar gawat!" ujar wanita itu tiba-tiba dan Kayla tentu saja tidak mengerti dengan kata gawat yang baru saja wanita itu ucapkan.
"Gawat kenapa lagi , Meira?" bingung Kayla saat menghela nafas dalam diam kemudian menghembuskannya dengan sangat kasar karena proses pernikahan itu benar-benar sudah selesai dan pestanya terpantau berjalan dengan cukup hikmat dan sempurna seperti yang mereka rencanakan.
"Ini gawat Kayla. Laki-laki yang kemarin sudah membuat kesepakatan dengan kita untuk menjadi mempelai penggantimu, ternyata tiba-tiba membatalkan perjanjian kita, dan tadi dia datang menemui ku untuk mengembalikan DP yang sudah kita berikan padanya, karena ternyata kekasih laki-laki itu menolak tawaran kita!" ucap Meira benar-benar terdengar panik tapi Kayla tetap tidak bisa mencerna apa yang sedang Meira katakan saat ini. Pasalnya mereka sudah menyelesaikan acara pernikahan itu dan Kayla sudah mendapat mempelai pengganti Johan, dan pikirnya itu adalah laki-laki yang kemarin Meira bayar untuk menjadi suami kontraknya.
"Maksud mu?" kutip Kayla tidak mengerti dan Meira langsung menyingkirkan tubuh Kayla untuk menemui laki-laki yang sedari tadi menebar senyum dengan begitu santun di hadapan para tamu undangan pesta itu.
"Hey. Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu bisa ada di pesta itu?" tanya Meira dengan sangat bodohnya, tapi Cannon tetap terlihat santai dengan memamerkan senyum sejuta pesonanya karena itu adalah senjata paling ampuh untuk meluluh lantahkan hati seorang wanita.
"What? Nona bertanya siapa aku? Bukankah tadi Nona yang menyeret ku masuk ke ruang piting dan memberikan aku baju pengantin. Lihatlah baju pengantin ini, benar-benar sangat pas di tubuhku!" ujar Cannon masih bersikap santai dan Kayla menatap keseriusan Meira saat menginterogasi laki-laki yang lebih dari tiga jam menggandeng pinggangnya selama berada di tengah pesta tadi.
"Meira.... Apa ini?!" Kayla masih belum bisa mencerna apa yang terjadi antara Meira dan laki-laki yang dia sewa untuk menjadi suami kontraknya itu.
Meira pilih mengabaikan kebingungan yang Kayla rasakan saat ini karena dia memang harus memperjelas masalah ini dengan laki-laki itu, Cannon lebih dulu. "Katakan siapa kamu sebenarnya?!"
"Oh. Tenang Nona manis . Tenanglah. Entar cantiknya luntur lho. Tenanglah!" ujar Cannon masih terpantau santai cenderung tenang. "Baiklah. Aku akan mengulang memperkenalkan diri. Namaku Cannon Rey Mervino. Aku adalah suami wanita ini sekarang! Apa itu sudah cukup!" sambung Cannon dan Meira langsung mendadak migren, tapi Kayla yang memang masih belum sepenuhnya mengerti dengan apa yang terjadi, tentu saja ingin mendengar penjelasan dari Meira untuk segala sikap wanita itu yang menurutnya sangat membingungkan.
"Meira. Katakan ada apa?" tuntut Kayla lagi dan kali ini Meira langsung menjambak rambutnya karena rasa frustasi yang dia rasakan ketika melihat senyum manis laki-laki itu.
"Gawat Kayla. Ini benar-benar gawat. Dia bukan laki-laki yang aku bayar untuk menjadi pengantinmu. Dia....!"
"What....?" Kayla syok dengan penjelasan Meira tadi . "Jadi dia bukan laki-laki yang harusnya menikah denganku hari ini? Lalu siapa dia?" Kayla baru bisa merasakan kepanikan Meira saat ini, tapi Meira hanya terlihat menggelengkan kepala karena dia benar-benar tidak tahu, dan tidak mengerti kenapa ini bisa terjadi. Meira memang yang membawa laki-laki itu tapi sungguh Meira pikir jika dia adalah laki-laki yang Meira bayar untuk menjadi pengantinnya, tapi sepertinya Meira sudah salah menyeret orang ke atas altar.
"Hey. Kenapa kalian terus mempertanyakan sesuatu yang sama dari tadi. Aku ini suamimu Mbak. Laki-laki yang baru saja menikahimu secara sah di depan ribuan tamu undangan! Dan tadi aku sudah mengucap sumpah dan janji pernikahan dengan Mbak , begitu juga dengan Mbak. So sekarang ayo kita tinggal unboxing!" Cannon ikut menimpali , menyela pembicaraan antara kedua wanita itu, dan Kayla langsung menatap ke arah laki-laki itu dengan tatapan membunuh, begitu juga dengan Meira.
"Kau...."
Tok tok tok.
Suara ketukan pintu mengalihkan ucapan wanita itu, dan Meira buru-buru berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang, dan ternyata itu adalah Catherine, nenek Kayla.
Meira langsung menatap ke arah Kayla, memberi isyarat jika orang yang mengetuk pintu di luar adalah neneknya, dan tentu saja mereka tidak bisa mengabaikan keberadaan wanita itu, maka detik berikutnya Meira langsung membuka pintu itu dan senyum wanita tua itu langsung terpancar dengan begitu indah ketika ikut masuk ke dalam ruangan itu.
"Oh Meira. Kau juga ada di sini?!" seru Catherine sembari berjalan masuk dan Kayla sudah lebih dulu menempatkan dirinya untuk berdiri di samping Cannon, dan tentu saja Cannon langsung mengambil kesempatan untuk menarik pinggang pengantinnya seraya mempertahankan senyum terbaiknya.
"Iya Omma. Kayla tadi memintaku untuk..."
"Oh tidak apa-apa. Aku hanya ingin menemui kedua pengantin ini!" potong Catherine seraya mengikis langkahnya ke arah Kayla dan Cannon.
"Omma..." sapa Cannon lembut dan wanita tua itu langsung tersenyum.
"Omma. Ada apa?" tanya Kayla gugup, tapi wanita itu justru langsung menggeleng.
"Tidak apa-apa. Omma hanya ingin memberikan kalian hadiah. Katakan kalian ingin bulan madu ke mana? Omma akan memesan trip untuk kalian sebagai hadiah!" ujar wanita tua itu lagi, tapi Kayla langsung menggeleng, namun Cannon tentu saja mengangguk. Benar-benar jawaban yang tidak sinkron dari keduanya.
"Tidak perlu Omma." Kayla.
"Oh terima kasih Omma. Itu terdengar sangat manis!" Cannon.
Keduanya menjawab secara bersamaan dan tentu saja Catherine langsung bingung, jawaban siapa yang harus dia dengar saat ini.
Kayla langsung menginjak kaki Cannon, dan Cannon langsung sigap untuk meralat jawaban dia.
"Maksud Cannon terima kasih , tapi sungguh. Itu tidak perlu Omma! Pernikahan ini berjalan dengan khidmat saja, itu adalah satu hadiah yang sangat istimewa untuk kami! Ya kan Sayang!" ujar Cannon setelahnya dan Kayla langsung tersenyum seraya mengangguk menanggapi. Sedikit lega karena ternyata Cannon bisa di ajak berkerjasama, dan Catherine juga ikut tersenyum mendengar keramahan cucu menantunya. "Lagian, rencana Cannon, Cannon akan langsung membawa istri Cannon pulang ke rumah. Karena sepertinya bulan madu di rumah jauh lebih menyenangkan dibanding ke luar negeri. Bukankah itu sama saja, yang penting setelahnya Omma langsung dapat cicit, bukan!" sambung Cannon lagi dan Kayla langsung terbatuk-batuk dengan pernyataan laki-laki itu, saat membahas seorang cicit untuk neneknya.
Uhuk ... Uhuk....uhuk.
Cannon langsung sigap menahan punggung Kayla , sedikit merangkulnya, sembari menenangkan rasa batuk nya, dan Catherine melihat sikap manis laki-laki yang hari ini resmi menjadi cucu menantunya itu. Oh dia benar-benar sangat lega , saat cucunya benar-benar mendapatkan laki-laki yang tepat untuk menjadi suaminya. Laki-laki yang bisa dengan sikap menenangkan segala kondisi wanitanya dan percayalah Catherine bisa melihat semua itu dari diri seorang Cannon.
"Ah iya. Itu yang Omma tunggu. Seorang cicit. Kalo bisa dua..., eeeh kalo boleh sih empat saja!" seru Catherine setelahnya dan tentu saja Cannon langsung mengangguk dengan sangat cepat karena itu pula yang dia inginkan.
Setelahnya Catherine bersiap meninggalkan kamar itu untuk memberikan waktu bagi pengantin itu. Namun bersamaan dengan itu, Cannon juga mengatakan akan membawa pengantinnya pulang saat itu juga dan iya, tentu saja Catherine tidak bisa mencegah keinginan Cannon, karena sekarang laki-laki itu memang berhak atas cucu perempuannya, Kayla, dan tentu saja Kayla tidak bisa menolak keinginan Cannon itu, begitu juga dengan Meira, karena saat ini Catherine masih mengawasi mereka, dan sepertinya Kayla harus bersikap tenang untuk mengetahui siapa sebenarnya laki-laki yang tiba-tiba datang dan menikahinya hari ini.
Mereka menaiki mobil pengantin yang sudah disediakan, dan Cannon tentu saja langsung menyebut alamat rumahnya. Dia benar-benar mantap untuk membawa pengantinnya langsung pulang dan diperkenalkan pada kedua orang tuanya.
Selama di perjalanan pulang, Kayla tidak banyak berbicara. Otaknya benar-benar struk dan tidak bisa berpikir apa-apa saat ini, jadi untuk sementara, dia akan mencoba menerima apa yang terjadi hari ini, selama neneknya tidak bawel dan memaksanya menikah dengan laki-laki brengseek itu.
Bahkan sampai di depan gerbang rumah Cannon, keduanya masih sama-sama tidak berbicara apapun, dan seorang penjaga rumah membuka pintu gerbang rumah itu saat Cannon nampak di kaca penumpang belakang supir. Setelahnya penjaga keamanan itu langsung ikut berlari mengikuti mobil yang dia tau adalah mobil pengantin. Terlihat jelas dari riasan bunga di depan dan di belakangnya, hanya saja yang tidak dia tahu, siapa yang menikah.
Cannon lebih dulu turun dari dalam mobil, lalu mengitari mobil itu untuk membuka pintu di mana pengantin perempuannya duduk, menawarkan tangannya untuk membantu wanita itu turun dari duduknya, dan ya wanita itu tentu saja masih menggunakan gaun pengantin besarnya.
"Aden...." penjaga keamanan itu tampak bingung, tapi Cannon justru membalas kebingungan penjaga itu dengan senyuman. Always dengan senyuman.
"Mama ada di rumah kan? Maksudku Mama udah pulang dari kantor?!" seru Cannon dan penjaga keamanan itu langsung mengangguk tanpa kata, lalu detik berikutnya Cannon kembali melanjutkan langkahnya seraya menggandeng pinggang pengantinnya.
Galuh baru turun dari lantai atas rumah itu , masih dengan pakaian kantornya, saat tiba-tiba dia melihat putranya masuk di pintu utama rumah mereka, dengan pakaian rapi dan terkesan formal , juga dengan seorang wanita yang juga menggunakan gaun pengantin yang sangat cantik.
"Cannon..." Galuh menyapa putranya dengan intonasi suara yang terdengar lirih, tapi Cannon hanya terus melangkah masuk ke dalam rumah. "Cannon. Ada apa ini?" heran Galuh yang kali ini sudah berdiri di depan putranya, juga di depan wanita dengan gaun pengantin itu.
"Ah Mama ku yang paling cantik dan paling baik sejagat raya. Ini , Cannon bawakan menantu untuk Mama. Kenalkan dia Kayla, istri Cannon, kami baru saja melangsungkan pernikahan, dan...."
"What....?" Syok Galuh yang tiba-tiba...