Rindu yang sama

1620 Kata
Mata Kia terpejam menikmati sesuatu hangat dan kenyal menerpa bibirnya. Sesuatu yang selama 18 tahun ini tidak pernah ia rasakan, sesuatu yang membuatnya ingin merasakan lagi. First kiss. Apa?! First kiss?! Kia membuka mata dan terkejut melihat Mr.T memandangnya dengan tatapan sayu. Ia baru tersadar jika baru saja merasakan ciuman pertamanya. Ciuman bibir bukan kecupan tapi kuluman yang berhasil membuat darahnya berdesir cepat seperti rollercoaster. Mr.T mendekap Kia setelah mendengar suara mereka mendekat lagi. "Hey, stop! I think we lost them!" teriak salah satu bule lalu meminta kawan lainnya untuk berhenti mencari. Mereka pun menyerah dan mengakhiri perburuan lalu masuk kembali ke dalam klub. Setelah tak lagi mendengar derap langkah mereka, Mr.T melepaskan dekapan lalu menyembulkan kepala dari balik dinding gang, mengintip kawanan bule yang sudah memasuki klub. "Aman. Mereka sudah--" Ia menghentikan ucapannya melihat tatapan datar Kia seperti hantu. "Ada apa dengan wajahmu?" tanyanya sambil tertawa dan memungut jaket yang ia buang ke lantai tapi terjatuh lagi ketika jari Kia mencubit perutnya. "Hentikan, Kia. Geli..sakit…," Mr.T memohon. "Kau pantas mendapatkan karena sudah menciumku," sahut Kia kesal, Mr.T sudah mencuri ciuman pertamanya. Ciuman yang harus ia lakukan bersama pacar tapi melakukannya bersama pria yang baru sehari ia kenal. "Aku lakukan itu terpaksa untuk menyelamatkan kamu," Mr.T membela diri, baginya ciuman itu hanya spontanitas menutupi wajah Kia dan wajahnya. "Tapi kamu bisa melakukan dengan cara lain. Kamu bisa menutupiku dengan jaket mu," protes Kia lalu mengambil jaket Mr.T, "Seperti ini," ujarnya menutupi wajah dengan jaket. Mr.T menariknya ke bawah lalu mengenakan jaketnya lagi, "Iya, aku minta maaf. Ayo kita keluar dari sini," pintanya sambil menarik tangan Kia dan keluar dari gang. Kia berjalan mengikuti Mr.T yang bersenandung semenjak mereka keluar dari gang. Sebuah lagu dari Sixpence None The Richer, sebuah band yang tak pernah ia dengar sebelumnya. Bukan karena tak tahu lagu barat, hanya saja ia menyukai lagu yang slow seperti Celine Dion dan Mariah Carey. Mendengar suara Mr.T yang merdu membuat Kia tersenyum sendiri sambil memegang bibirnya. Bibir yang baru saja ternodai oleh Bule ganteng. Mr.T menoleh kebelakang. "Kamu tunggu disini ya, aku mau beli minuman dulu," pintanya lalu bergegas memasuki minimarket. Kia mengangguk lalu berdiri di depan minimarket sambil bersandar di tiang. Wajahnya tiba-tiba memerah melihat sepasang bule berciuman tak jauh dari tempatnya berdiri dan spontan membuat ia tertunduk sambil memegang bibirnya lagi. "Ada apa?" Tanya Mr.T yang mengagetkannya setelah keluar dari minimarket dengan tangan menenteng plastik. Ia melirik bule yang masih ciuman. "Kenapa? Kamu mau lagi?" godanya sambil tersenyum nakal. Kia mencubitnya lagi lalu berjalan cepat meninggalkan Mr.T yang terheran tak mengerti karena tiba-tiba wajah Kia merah padam. "Aww...sakit." Ia meringis merasakan cubitan Kia yang masih terasa lalu mengusap agar hilang rasa sakitnya. "Hei..kamu mau kemana?" teriak Mr.T mengejar Kia yang sudah jauh. "Pulang!" jawab Kia berteriak tanpa menoleh ke belakang. "Tapi kamu salah arah, Nona," teriak Mr.T lagi, kali ini tak mengejar Kia. "Sial!" gumam Kia lalu berbalik dan berjalan cepat lagi. "Tunggu," Mr.T menarik tangan Kia ketika melintas didepannya. "Apa lagi, Mister? Apa kamu mau ngajak aku ke Klub lagi?" tanya Kia, langkahnya terhenti karena tangannya tergenggam erat. Mr.T menggeleng, "Gak. Aku kan sudah bilang malam ini kamu jadi pacarku. Jadi kamu gak boleh jauh-jauh dariku. Kecuali kamu mau di culik atau di cium bule selain aku," ancamnya sambil menunjuk kerumunan bule yang duduk di dekat trotoar. Wajah Kia pucat dan membalas genggaman Mr.T lalu memandangnya penuh harap, "Ya udah, ayo kita pulang," pintanya memelas. Senyum Mr.T mengembang, "Ayo," ajaknya. 'Cekrek cekrek cekrek' Seorang pria memakai bucket hat dan masker yang menutupi sebagian wajahnya, mengambil gambar Mr.T dan Kia sejak tadi. Ia tersenyum lebar seakan merasakan durian runtuh. Dengan langkah cepat secepat langkah mereka, pria itu mengikuti begitu juga bidikan kamera DSLR digenggamannya. Berkali-kali ia bergumam yang isi kalimatnya seperti ini ; "Mengangkat berita ini ke permukaan akan membuat heboh Amerika dan dunia jika Tayson berada di Bali bersama seorang wanita penduduk lokal. Dan karena berita ini juga bos akan menaikkan gajiku," ucapnya dalam bahasa Inggris. ❤❤❤ Tiba di cottage Kia bergegas memasuki kamar dan mengganti baju dengan setelan piyama hello kitty yang ia pakai sebelumnya. Kia merebahkan tubuh di atas ranjang sambil memegang bibir dan mengenang kejadian Mr.T mencium bibirnya beberapa menit yang lalu. Sesekali ia tersenyum dan tertawa sendiri mengingat petualangannya bersama Mr.T seperti mimpi. Dan ciuman itu adalah momen yang ia tunggu tapi bersama pacarnya, bukan Mr.T. "Kia.." Mr.T mengetuk pintu kamar sambil memanggil namanya. Kia bangkit lalu berlari menuju pintu dan membukanya. "Ada apa?" "Ini," Mr.T mengangkat plastik yang berisi minuman dan cemilan yang ia beli tadi di supermarket. "Temani aku minum dan kita main suit. Gimana?" ajaknya. Kia menggeleng, "Tidak. Aku mau tidur, Mister," tolaknya lalu mendorong pintu tapi Mr.T menjegal dengan kaki membuat Kia tak bisa menutup pintu. "Ayolah..aku belum mengantuk. Kamu gak kasihan liat aku?" Wajah Mr.T memelas minta iba. "Ayo.." ajaknya lagi. Kia menghela nafas menyerah. Untuk kesekian kali dan demi membalas kebaikan cowok ganteng di depannya, ia menerima ajakan Mr.T walau dengan satu syarat.  "Kamu mau apa?" tanya Mr.T, setelah Kia menawarkan balasan dari ajakannya. Kia cengengesan karena tak yakin Mr.T sanggup memenuhi persyaratannya. "Handphone. Kalau aku menang, belikan aku handphone murah," pintanya lalu terkekeh. Mr.T terdiam sebentar lalu mengangguk. "Oke. Kalau kamu sekarang memang lagi butuh handphone aku menyetujui, tapi kalau kamu kalah harus memenuhi permintaanku juga. Gimana? Mau?" balasnya sambil memandang serius Kia. "Apa taruhannya?" Tantang Kia. "Tidur denganku," jawab Mr.T sambil menyeringai. Mata Kia melotot. "Apa?! Kamu pikir aku ini cewek murahan?!" Ia menolak permintaan Mr.T yang terdengar ekstrim. Tinggal di satu Cottage, sudah berciuman lalu sekarang Mr.T meminta tidur bersama. Tentu saja Kia menolak karena tak sebanding dengan harga handphone yang ia dapatkan jika menang taruhan. Mr.T tertawa lalu melambaikan tangannya. "Bercanda. Aku cuma bercanda. Jangan kamu ambil hati," kilahnya dan berhenti tertawa melihat tatapan Kia datar seperti tv flat. "Ok, aku serius nih sekarang," ujarnya lagi. "Kalau aku menang kamu aku bawa ke Amerika. Gimana? Kamu mau kan kesana?" Senyum Kia mengembang walau terdengar ganjil. Jika ia menang atau kalah tak ada satupun yang merugikannya. Kalah mendapat handphone, menang pergi ke Amerika. Bukankah terdengar aneh?  Kia menyipitkan mata mencari jawaban yang sebenarnya dari bola mata Mr.T. "Apa kamu ngajak aku kesana buat kamu jual ke klub malam? Atau kamu mengambil organ tubuh ku dan menjualnya di black market?" tuduh Kia yang cemas. Dan sah-sah saja ia berpikir seperti itu. Bagaimanapun juga perkenalan mereka belum memasuki satu hari jadi wajar berpikir kritis. Mr.T tertawa terbahak-bahak mendengar kecemasan Kia walau terdengar masuk akal. Tapi tak ada sedikitpun terlintas untuk menjual gadis yang tak terlalu cantik, tak seksi dan tak tinggi. Kia hanya gadis cantik yang sederhana dengan tubuh yang biasa saja. Walaupun ia menjualnya di klub malam belum tentu ada pria yang mau membookingnya tapi tidak di black market.  "Kamu tuh aneh. Kita tidur bareng gak mau. Aku ajak kamu ke Amerika juga gak mau. Terus kamu maunya apa?" tanyanya sambil mengusap air mata karena tertawa Kia mengangkat kedua bahunya dan gak tahu taruhan yang pantas Mr.T dapatkan. Tiba-tiba terlintas di pikirannya jika suara Mr.T sangat merdu dan menginginkannya menyanyikan sebuah lagu di depan umum, seperti acara lamaran yang biasa dilakukan orang bule lainnya.  "Aku mau kamu bernyanyi di depan umum tapi kamu persembahkan lagu itu buat aku," pinta Kia lalu terkekeh. Mr.T menggaruk kepalanya yang gatal. "Bukankah itu terdengar seperti aku yang kalah taruhan? Bernyanyi untuk kamu di depan orang banyak." ucapnya. Permintaan yang mudah tapi ia tak merasakan untung apapun dari hasil taruhannya. "Gini aja deh, kamu jadi pacarku selama kita di Bali. Atau selama kamu belum bertemu sama dua temanmu  itu. Gimana?" tawar Mr.T, Menawarkan lagi ajakan kencannya pada Kia. "Oke," Kia mengangguk setuju tanpa lama berpikir. Menganggap taruhan ini adalah kencannya yang pertama. Di satu sisi Mr.T sudah membuatnya tergoda, terlebih lagi setelah mencium bibirnya tadi dan Mr.T harus bertanggung jawab dengan cara menjadi pacar abal-abalnya. Mr.T mengerutkan dahi tak percaya Kia merespon baik ajakan kencannya. "Ok, kalau kamu setuju. Bisa kita mulai?" Tanyanya sambil mengangkat plastik berisi minuman dan Snack. Kia mengangkat dagu, "Ok siapa takut?!" ❤❤❤ "Satu..dua..tiga.." Kia memberi aba-aba setelah meneguk bir kalengan dengan suara mulai melantur. Ini kaleng kedua yang sudah ia teguk. Dan untuk sementara waktu mereka berimbang. "Kamu kalah," ujar Kia melihat Mr.T membuka jari tengah dan telunjuk atau memberi gunting. Sementara ia mengepalkan tangannya. Mr.T meneguk dan menghabiskan bir pada kaleng kedua lalu memulai suit lagi. Tapi sayangnya Kia kalah begitu juga dengan suit yang berikutnya. 'Bruuk' Kia menjatuhkan wajahnya di atas meja. Ia mabuk dan spontan tertidur pulas. Mr.T menggeleng. "Ternyata kamu kuat minum juga, Nona," ujarnya melihat dua kaleng bir berhasil Kia habiskan walau akhirnya tepar juga. Mr.T mendekat lalu mengangkat dan menggendong Kia untuk membawanya ke kamar. "Badanmu kecil tapi kau berat, Kia." keluhnya walau menggendongnya di belakang, ia merasakan punggungnya terasa berat. 'Bruuk'  Mr.T menjatuhkan tubuh Kia di atas ranjang. Menutupi separuh tubuhnya dengan selimut lalu tersenyum. "Akhirnya kita bertemu, Kia. Kau dan aku dipertemukan oleh takdir," bisiknya sambil mengelus lembut rambut Kia. "Mama…"  Mr.T tertegun Kia menyebut kata 'Mama'. Air mata gadis itu meleleh walau matanya terpejam. Ia tahu Kia merindukan ibunya yang telah tiada. Sama seperti dirinya. ❤❤❤ Kia membuka matanya pelan. Bias matahari pagi menyinari kamar melalui celah jendela yang gordennya sedikit tersibak, suara debur ombak samar-samar ia dengar begitu juga beberapa rombongan camar yang terbang melintasi penginapan mereka. Kia bangkit dan memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Ia mencoba mengingat asal mula rasa pusing itu datang tapi sayangnya sebuah 'pemandangan' menghentikan pikirannya tentang sakit kepalanya. Dan berubah menjadi teriakan. "Aaakh….," Kia berteriak melihat Mr.T berbaring di sampingnya tak mengenakan pakaian. Tiba-tiba ia berhenti  berteriak dan mengamati sekeliling kamar yang berbeda.  Mendengar teriakan Kia, Mr.T spontan bangkit dan berteriak sambil menarik selimut menutupi tubuhnya sampai batas leher. "Sedang apa kamu di kamarku?!" ❤❤❤ Bandara Ngurah Rai, Bali Seorang pria tampan keluar dari gerbang kedatangan sambil menarik koper pelan. Ia menyusuri sekeliling ruangan bandara yang ramai dengan pengunjung hilir mudik membawa koper, troli atau menyandang backpacker di punggung mereka. Ia membuka masker yang menutupi hidung begitu juga kacamata hitamnya. Senyumnya mengembang merasakan udara hangat Bali menyambut kedatangannya. Tak lama ia merogoh saku celananya untuk mengambil handphone, dan sekali lagi ia tersenyum dan mengatakan. "Aku datang Tayson."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN