Berto masih berdiam diri menatap pintu ruangan itu. ada sedikit rasa enggan dalam hati, tapi rasa penasaran lebih mengusai dirinya. yang ada di dalam benaknya, bagaimana keadaan gadis itu? tanpa berpikir lebih jauh lagi, pria itu membuka pintu ruangan itu dengan perlahan. Ia melihat Varizen yang tengah tidur di ranjang dan mendekatinya. Berto menatap gadis itu dengan sendu. Setelah kekerasan yang ia lakukan, pasti berujung penyesalan yang mendalam.
Tangan Berto terulur begitu saja menyentuh setiap luka yang telah tercetak jelas di wajah gadis yang sangat ia cintai. Tetesan mata mengalir menghiasi pipi Berto. Jantungnya berdenyut nyeri kala Varizen terluka seperti ini. Rasa bersalah yang kian menyeruak membuat dirinya tak bisa menahan aliran mata yang kian deras. Meski menangis sekalipun, tidak akan menghilangkan luka itu.
Berto duduk di samping kanan Varizen. Ia mengelus surai hitam milik gadisnya. "Aku sangat mencintaimu, Varizen. Jangan kau bangunkan lagi iblis laknat yang ada dalam diriku. Tidurlah yang nyenyak. Maafkan aku," ucap Berto sambil menghapus air matanya.
Berto adalah orang yang bengis dan kejam. Tapi, ia akan menjadi orang yang lemah saat berhadapan dengan Varizen. Cinta pertamanya pada gadis itu tak bisa dihapus.
Rasa yang bersarang sudah mutlak. Kadang, dirinya tersenyum seperti orang gila meratapi cinta yang tidak terbalaskan. Namun apa daya, Hanya ini yang bisa ia lakukan. Mencegah semua kemungkinan terjadi. Agar Varizen menjadi miliknya dengan utuh.
Berto mencium kening Varizen dengan lembut. Ia kemudian pergi keluar kamarnya dan berjalan menuju ruangan tersembunyi. Ia masuk lalu duduk di sofa kemudian menatap semua foto yang ada di dinding.
Dengan gerakkan perlahan, ia mengambil salah satu foto itu. "Kau sangat polos sewaktu kecil," gumam Berto sambil memeluk erat dan memejamkan kedua matanya. Namun, tak bisa tidur.
Bayangan wajah Varizen selalu menghiasi kepalanya. Ia ingin sekali tidur seranjang dengan gadis itu. Bahkan melakukan hubungan badan. Akan tetap karena rasa cinta yang mendalam, nafsu setannya bisa di kendalikan. Pria itu bangkit dari sofa lalu merebahkan dirinya di ranjang.
Lambat laun, Berto mulai memejamkan kedua matanya. Ia tersenyum dan masuk ke dalam alam mimpi.
Berto bermimpi melihat Varizen yang tengah memakai baju yang sangat seksi di atas ranjang. Ia menahan hasratnya yang kian membara. Dengan senang, pria itu mendekati Varizen. "Apakah kau Varizen?" tanyanya seperti tidak percaya.
Gadis tersebut mengangguk dan menghampirinya. "Benar, Ayah," ucap Varizen sambil memeluk Berto. Pria itu merenggangkan pelukkkanya dan mencium lembut bibir yang selama ini di idamkannya, "Ayah, jangan seperti ini," ucap Varizen malu.
Jantung Berto berdetak kencang. Ia langsung menggendong tubuh Varizen dan meletakkannya di ranjang. "Aku sangat menginginkanmu," ucapnya lembut sambil menindih Varizen. Matanya terlihat sangat b*******h.
Tanpa persetujuan Varizen, Berto mencium wajah Varizen. Tak ada penolakan dari gadis itu. Yang ada hanya pasrah menerima perlakuan sangat nikmat sampai mendesah. Pria itu semakin gencar beraksi, "Sayang, tubuhmu sangat indah."
Tangan Berto mulai meraba bagian buah persik Varizen. Sungguh kenikmatan yang tiada tara bagi pria itu karena keinginannya tercapai. Dengan gerakkan lembut, ia meremas buah persik yang pas di tangannya. Sementara gadis itu terus menggeliat kepanasan.
"Sayang, kau sangat seksi bila mengerang," ucap Berto sambil menciumi dua buah persik milik Varizen sampai menimbulkan bekas merah. Tak hanya itu, pria tersebut juga mulai membuka baju seksi milik Varizen dan miliknya. "Aku mencintaimu," katanya menatap dengan senyum bahagia. Gadis itu pun membalas tatapannya, "Aku juga."
Berto sangat bahagia mendengar hal itu. Ia kemudian melancarkan aksinya kembali. Mereka b******u satu sama lain. Bahkan, tangannya sudah masuk merayap ke dalam aset Varizen.
Berto semakin gencar saat Varizen mendesah tak karuan. Baginya, ini adalah hal ternikmat yang pernah ada. Namun, tiba - tiba, Varizen bangkit dan mendorong dengan sangat keras hingga matanya melotot sempurna.
“s**t! Sialan!” umpat Berto bangun dari lantai karena jatuh. Ia berdiri mencari keberadaan Varizen. Kemudian, ia tersenyum mengejek dirinya,"Ternyata mimpi." Pria itu mengacak rambutnya frustasi dan melirik asetnya yang tengah tegang ingin minta di hangatkan. Karena hasratnya tak tersalurkan, ia memilih pergi ke kamar mandi untuk menidurkan miliknya sambil membayangkan tubuh Varizen.
Seorang Berto yang kaya, tampan dan berkarismatik bermain solo di kamar mandi. Padahal, ia bisa menyewa seorang gadis perawan untuk menyalurkan hasratnya. Namun, semua di urungkan karena ingin memberikan semua untuk Varizen.
Setelah selesai, Berto pergi ke kamar Felisia dan kembali tidur di ranjang. Ia tak ingin wanita itu curiga mengenai . Selama wanita itu masih bisa di manfaatkan, maka ia tak akan membuka kedoknya.
"Cih… kalau bukan karena Varizen. Aku tak mau menikahimu. Untung saja ada pria yang mau melakukannya denganmu," gumam Berto lirih.
Pria menatap langit kamar dengan seksama. Ia melihat bayangan wajah Varizen lagi. Tangannya mengepal kuat menahan gejolak amarah cinta yang mendalam. Sampai saat ini, ia belum mengatakan kalau mencintai gadis itu. Rasa takut akan dampak dari kejujuran yang dimilikinya membuatnya enggan bergerak terlalu jauh. "Aku sangat mencintaimu," gumam Berto sambil menutup kedua matanya.
Felisia membuka kedua matanya lalu bangkit dari ranjang. Ia mendengus kesal lantaran Berto baru tidak terbangun sama sekali. Padahal, ini malam special baginya karena ulang tahun pernikahaan yang ke tujuh tahun.
“Kenapa dia tidak mempersiapkan hadiah untukku?” kesal Felisia dalam hati. Wanita itu mengambil foto di atas nakas lalu merabanya. Untuk saat ini, ia memikirkan perkataan Varezen yang hendak mengajaknya pergi.
Felisia memijat kepalanya yang berdenyut nyeri. Akuisisi perusahaan milik Berto tinggal beberapa langkah lagi. Setelah itu, ia dan Varizen akan bebas dari pria tersebut. Namun, pikiran wanita itu mulai meragu.
“Berto sangat mencintaiku. Haruskah aku melakukan ini?” monolog Felisia sambil menatap foto Varizen, Jonathan dan dirinya. Untuk mempercayai sebuah cinta, sangat sulit bagi wanita tersebut. cinta yang dulu pernah singgah di dalam hatinya sekarang berubah menjadi racun yang telah menyebar sampai tembus ke tulang.
Felisia akan selalu berhati-hati dalam segala hal. Ia tidak ingin menggunakan perasaannya untuk mengalahkan ambisi yang sudah dibangun sejak kenal Berto. Harta adalah segalanya untuk menghancurkan pria yang telah merenggut segala kebahagian.
Tangan Felisa mengepal kuat, matanya berkilat merah mengingat segala kehormatannya direnggut paksa oleh pria b******n terkutuk. “Aku tidak akan memaafkan pria itu meskipun sampai ajal menjemputku,” geramnya tertahan.
Sebuah dendam yang sudah mendarah daging membuat Felisia mampu melakukan banyak hal. Sampai ia mengorbankan kebahagiaan Varizen. Ia tahu, bahwa gadis itu selalu diperlakukan semena-mena. Tapi, wanita itu hanya diam seribu bahasa. Tidak ingin ikut campur terlalu dalam. Tahukah dia? Bahwa anaknya menderita lantaran segala usaha yang belum tentu berhasil.
Bukannya tidak tahu, tapi sengaja tidak mendengar permintaan Varizen yang sudah diucapkan berulang kali.. Baginya, yang terpenting adalah tujuan hidup yang selama ini diidamkan terpenuhi. Inilah contoh dari hati yang sudah tertutupi dengan kebencian. Ia akan buta dalam banyak hal. Bahkan, rela melakukan apa saja hanya untuk ambisinya. Termasuk mengorbankan orang yang berhubungan darah dengannya.
BERSAMBUNG