Ridho 9

1328 Kata
Setelah mencuci tangan dan kaki, Ridho langsung memegangi tangan Susanti dan menuntunnya masuk ruang keluarga yang menyatu dengan dapur. Beberapa saat lamanya Ridho dan Susanti saling tertegun berdiri berhadapan dengan jarak kurang dua meteran. Mereka saling berpandangan seolah masih tak percaya dengan kejutan yang diterima keduanya. Ridho sama sekali tak menduga jika Susanti benar-benar datang berkunjung ke rumahnya. Dia pun masih terkesima dengan penampilan Susanti yang sangat berbeda dari yang selama ini dia tahu. Begitupun sebaliknya. Susanti yang sejak berangkat dari runah jantungnya sudah dag-dig-dug tak menentu, makin terkesima saat mendapati Ridho dalam keadaan yang sangat luar biasa. Ridho yang selalu mengatakan dirinya orang sederhana yang hidup sangat sederhana, benar adanya. Susanti bahkan tak menduga jika Ridho mau dan mampu melakukan pekerjaan berat membersihkan halaman. Dan yang paing membuat Susanti tercengang, penampakan Ridho yang hanya memakai boxer benar-benar telah menyihirnya. 'Oh my God! Ternyata selain wajahmu yang sangat tampan, bulu-bulu halus yang tumbuh di kaki, tangan, perut dan dadamu benar-benar sempurna. Wanita manapun tak akan sanggup memalingkan mata dari pemandangan seindah ini.' Dengan mata yang berbinar, tak henti-hentinya Susanti memuji dalam hatinya. "Kok Susan tahu rumahku?" tanya Ridho menyadarkan mata Susanti yang tak berkedip menatap sekujur tubuh Ridho. BenDholan yang menyembul besar di selangkangannya benar-benar telah memikat mata sang wanita hingga tatapan nanarnya tak mampu beranjak dari sana. "Eh.. i..iya." Susanti gelagapan, "zaman sekarang semua serba canggih. Kamu pernah ngasih tahu nama komplek perumahan ini kan? Aku cari di google dan ternyata memang ada, hehehe," lanjut Susanti seraya menatap wajah Ridho yang sedikit mengkilap dengan keringat yang belum sepenuhnya kering. "Bawa mobil atau motor?" tanya Ridho kemudian. "Naik ojol sampai pangakalan ojek depan komplek. Dari situ dianterin ojek pangkalan. Ternyata tak susah ya cari Ridho. Kamu ngetop juga di sini, Dho. Hehehe," jawab Susanti dengan sedikit tersipu. "Oh pantesan. Ngetop juga cuma dikalangan sesama tukang ojek, maklum teman sejawat, hehehe." Ridho terkekeh malu-malu. "Dho, aku sengaja siang bolong pakai hoodie, supaya gak ada yang mengenali. Aku gerah banget, maaf kalau aku buka hoodienya, boleh?" tanya Susanti seraya mengipas-kipaskan sebelah tangan depan wajahnya yang bersemu merah. "Boleh banget," balas Ridho seraya menganggukkan dan tersenyum manis. Dua bola Ridho tak berkedip. Sepetinya dia tak bosan-bosannya menatap wajah Susanti yang siang menjelang sore itu tampak begitu cantik, segar dan lebih muda dari usianya. 'Kamu cantik sekali, Sus. Siapa yang akan menduga kalau dirimu sudah bukan perawan lagi?’ bisik Ridho dalam hati dengan jakun yang bergerak turun naik menelan air liur. 'Wow!' seru Ridho dalam hati. Matanya terbelalak menetap Susanti yang melepas hoodie-nya. Tank top hitam ketat mengekspose kulit pundak dan tangannya yang putih mulus laksana kulit bayi yang super halus. Rambut hitam sepunggung yang ketika bertugas selalu tertutup jilbab. Tergerai indah melengkapi kecantikannya yang paripurna. Bulatan dua buah gunung kembar yang membusung di d**a kian membuat air liur Ridho hampir menetes. Ridho pernah mendapat kiriman foto Susanti sedang memakai baju tidur di kamarnya. Tapi tidak secantik dan seseksi saat ini. Sang jejaka beberapa kali mengerjap, seakan tak tak percaya dengan penglihatannya sendiri. "Sus, kamu bahkan lebih muda dan cantik dari cewek-cewek di sekolahku. Beruntung sekali lelaki yang menjadi suamimu." Tak sadar mulut Ridho bergumam. Dan seketika wajah Susanti merona. Dadanya berdebar kencang. Bahagia dan tersanjung mendapat pujian spontan dari lelaki yang hampir sebulan ini selalu menghiasi hayal dan alam pikirannya. Dengan seulas senyum yang sangat tipis namun manis, Susanti menatap mata Ridho yang sinarnya begitu hangat dan tajam hingga menembus jantung hatinya. "Hmmm tamunya gak diajak duduk nih?" Susanti mengalihkan topik, mencairkan suasana sore yang canggung dan bikin salah tingkah. "Oh iya maaf!, duduk yu!" balas Ridho seraya mendekati Susanti dan menarik lembut tangannya. Lalu mendudukkan di kursi makan yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Ridho berdiri di samping Susanti. "Kamu cantik banget dan benar-benar membuatku terpesona, sampai lupa mengajak duduk." Ridho yang tak pandai basa-basi kembali melontarkan pujian dan kekagumannya. "Kamu juga ganteng dan super seksi dengan pakaian itu, hehehe." Mata Susanti mengerling, dagunya maju menunjuk celana boxer yang dipakai Ridho. "Aduh! Sorry!" Ridho berseru kaget. Matanya melotot dan kedua tangannya refleks menyilang depan s**********n. Sejurus kemudian, Ridho membalikan badan lalu berjalan setengah berlari menuju kamarnya. Susanti tersenyum dan tersipu. 'Padahal aku lebih senang kamu begitu, Dho. Kapan lagi bisa menikmati tubuh keren, seksi nan sempurna seperti kamu," bisik Susanti dalam hati. Matanya nanar menatap punggung Ridho yang menghilang di balik pintu kamar. 'Andai suamiku setampan dan segagah kamu, betapa bahagia dan indahnya dunia ini. Siapakah wanita beruntung yang menjadi kekasihmu, Dho. Sayangnya bukan aku wanita yang beruntung itu.' Susanti menyesali dirinya. Tidak butuh waktu terlalu lama. Dalam hitungan menit Ridho sudah kembali duduk depan meja makan. Kain sarung dan kaos menyembunyikan auratnya. "Sumpah aku masih dag-dig-dug. Merasa tersanjung kamu mau bertamu ke rumah ini. Emang suamimu ngizinin kamu pergi sendirian, Sus?" tanya Ridho sambil menyodorkan secangkir air putih ke hadapan Susanti. "Suamiku kerja, tapi aku udah minta izin kok tadi malam." Balas Susanti sambil memegangi cangkir yang baru saja disodorkan Ridho. "Ooh" mulut Ridho membulat. "Maaf Dho, aku gak bisa lama-lama berbasa-basi. Sengaja aku datang ke sini, karena ada sesuatu yang harus disampaikan secara langsung." Susanti menghentikan ucapannya saat tangan kanannya mengangkat cangkir ke dekat mulutnya. "Tadinya aku mau ngajak kamu bertemu di luar, tapi takut ada yang mencurigai. Mau disampaikan via WA juga gak enak, soalnya ini menyangkut rahasia besar," lanjut Susanti setelah menyesap air dingin di cangkir minumnya. "Hah! Pasti info penting menyangkut ayah!" Ridho berseru antusias. Tak sabar ingin segera mendengar kabar ayahnya. Susanti menatap wajah Ridho beberapa saat, lalu membuka tas kecilnya.mengeluarkan beberapa kembar foto dan menyodorkannya ke hadapan Ridho. "Ini, tolong perhatikan dengan seksama," ucap Susanti. Dengan jantung yang mulai tak karuan, Ridho mengambil foto-foto itu dan memperhatikan satu demi satu dengan teliti. Susanti memandangi Ridho yang wajahnya seketika terlihat tegang. Teeeer... Sekujur tubuh Ridho bergetar. Bibir, lidah dan mulutnya mendadak kelu. Wajah tegangnya memerah dengan sorot mata bringas. Namun pada saat bersamaan, isi kepalanya seolah kosong melompong dan bumi serta langit terasa seakan runtuh dan tenggelam. Beberapa saat kemudian, Ridho memalingkan wajahnya. Menatap Susanti yang juga menatapnya tanpa mengeluarkan kata-kata. "Dari siapa foto-foto ini?" tanya Ridho lirih. Kedua tangannya meremas foto  berbagai adegan kemesraan dan keintiman ayahnya dengan Tante Soraya, nenek tirinya. "Idho harus janji akan menjaga rahasia ini. Foto-foto itu dari mantan sopir pribadi Tante Soraya. Kebetulan dia masih saudara jauh denganku." "Kok sopir pribadi bisa masuk kamar dan bebas ngambil foto? Ini bukan foto intipan, tapi memang sengaja difoto." Ridho menatap Susanti yang wajahnya ikut tegang. "Kalau masalah itu, aku gak tahu. Yang pasti aku hanya diberi foto-foto itu. Siapa yang motonya dan dimana lokasinya, aku sendiri tidak di kasih tahu. Fotonya sudah cukup lama. Katanya sebelum si sopir itu dipecat. Sekitar lima atau enam bulan yang lalu." "Berapa usia si sopir itu?" selidik Ridho. "24 tahun, beda beberapa bulan denganku. Sekarang dia kerja jadi kurir JNS, cabang Cikarang." Ridho menarik mundur kursinya, lalu menyadarkan punggungnya pada sandaran kursi. Kedua tangannya memegangi kepalanya yang mendongak dan pandangannya tertuju pada langit-langit. Tak menduga ayahnya ternyata menjalin hubungan gelap dengan ibu tirinya sendiri. Pantas saja Tante Soraya sebegitu kuat menyembunyikan ayahnya. Dan sebegitu kuat dan keras dia pun membenci mamanya. 'Sungguh manusia laknat dan terkutuk. Bukan hanya istri dan anak-anaknya saja yang dikhianati, tapi ayah kandung dan keluarga besarnya pun dia khianati. Sudah hilang kah akal sehatmu, Yah?' kutuk Ridho dalam hati. 'Kalau kamu mau selingkuh dan berbuat zina, kenapa harus dengan ibu tirimu? Tidak kah kamu pikirkan, bagaimana sakit dan hancurnya hati ayahmu jika dia tahu?' Ridho geleng-geleng kepala. Tak percaya dan tak menduga ayahnya sanggup berbuat hal yang sangat bejad, tercela dan menistakan dirinya. 'Pantas saja lu begitu membenci mama gua dan getol menebar fitnah.  Dasar wanita terkutuk! Lu pasti akan menyesalinya. Tunggu pembalasan gua Soraya! Lu akan menderita untuk selamanya!' geram Ridho dalam hati. "Sebenarnya waktu Idho ke rumah Tante Soraya itu, Pak Fuad ada di sana. Kata temanku yang tugas malam itu, Pak Fuad keluar dari rumah Tante Soraya hampir jam setengah satu pagi." Susanti menambahkan keterangannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN