"Apa! dia bersama Dokter Adrian? Sejak kapan mereka kenal?" geram Saka, ia tengah berbicara dengan seseorang di balik telpon sana. Lebih tepatnya seseorang yang ia suruh untuk mengikuti apa kegiatan Sekar, selama ia tidak menemuinya. Jujur saja, setelah ia bertemu terakhir kalinya. Saka merasa kalau dirinya telah menjadi lelaki teregois sedunia. Hanya saja, ia tidak mungkin mau mengakuinya di depan perempuan itu.
"Malam malam begini sama lelaki di dalam mobil! Dia benar benar tidak bisa dipercaya!" gerutu Saka pada dirinya sendiri. Saat ini laki laki itu sedang berada di kantornya. Dia belum pulang karena baru saja selesai lembur. Ia sangat kesal tentu saja. Namun ia harus tetap tenang. Tidak boleh gegabah lagi dalam mengambil keputusan apapun. Sekar saat ini sedang marah besar padanya. Namun ia tetap masih punya harapan, kala sebuah kertas yang ia dapatkan dari rumah sakit, sore tadi. Sebuah buktu hubungan nya dengan Sharla, putrinya. Tes DNA yang tidak mungkin lagi bisa ditolak oleh Sekar.
"Dia anaku ..., cantik sekali!" ia tersenyum menatap photo dan tes DNA itu. "Kita akan sering bertemu, sayang. Kalau mamahmu marah sama Papah. Kamu harus belain Papah ya, sayang." lihat bagaimana ia bersikap seperti orang gila. Dia bicara sendiri dan tersenyum sendiri.
Keesokan harinya, Saka datang ke ke rumahnya Sekar. Ketika perempuan itu sedang berada di kantor Buana, tentunya. Ia menemukan gadis kecilnya tengah bermain bersama perawatnya di depan rumah. Gadis itu berada di tengah tengah karpet, dengan mainan yang banyak. Ia juga sepertinya sedang disuapi oleh perawatnya tersebut. Saka melihatnya dari balik pagar yang menjulang tinggi. Jika memang ini adalah rumah kontrakan, maka Sekar pasti sudah mengeluarkan uang begitu banyak untuk setiap bulannya. Saka tidak tahu sebesar apa Pak Ishak menggajih mantan istrinya itu.
"Eh, Pak Saka? mau masuk Pak?" tanya perawatnya, yang kebetulan sedang menyuapi Sharla.
Saka menggeleng. "Saya tidak masuk sekarang. Tolong ambil ini." Saka memberikan dua peper bag yang berbeda ukuran. Yang satu besar, karena isinya banyak sekali barang utuk sharla. Ada baju, sepatu, makanan, juga perhiasan. Tidak lupa buku tabungan dengan nilai yang cukup fantastis ia simpan di dalamnya juga." Tolong ini simpan buat sharla." ucap Saka lagi. "Saya akan datang lagi, kalau Nyonya sudah pulang saja." katanya lagi. Perawat itu mengangguk dan meraih dua paper bag itu. Saka menatap gadis kecilnya dengan senyuman, namun kedua matanya terasa memanas. Anak Papah ...,
Setelah ia kembali dari tempat di mana ada sang putrinya tadi. Saat ini dia berjalan ke arah di mana ia bisa menemukan perempuan yang telah membuatnya tidak bisa berpikir berhari hari itu. Iya, ia saat ini pergi ke tempat di mana Adrian sedang memulai proyeknya. Ia tentu saja sudah mendengar dari orang suruhannya kalau Dokter itu akan membangun sebuah rumah sakit pribadi. Ia tahu siapa Adrian itu. Dia bukan hanya seorang Dokter saja. Tapi Dia juga anak seorang pengusaha sukses saingan ayahnya. Yang ia dengar, bahwa Adrian ini sangat pembangkang. Kedua orang tuanya ingin laki laki itu menjadi pengusaha seperti diirnya. Namun Adrian malah menjadi Dokter. Adrian kabur dari rumah, dan kuliah kedokteran dengan bermodalkan beasiswa dari sekolahnya. Juga lelaki itu ternyata diam diam seorang youtuber, yang bisa menghasilkan uang puluhan juta perbulan. Itulah kenapa sebab, Adrian berani kabur dari rumahnya, melawan kedua orang tuanya demi agar bisa menjadi seorang Dokter. Namun setelah sukses, kedua orang tuanya malah menyerahkan semua aset perusahaannya pada Adrian. Sehingga saat ini Adrian, selain dikenla seorang Dokter suskes, dia juga youtuber suskes yang memiliki warisan yang tak akan habis tujuh turunan. Saka hanya menggeleng jengah membaca forpolio tentang lelaki itu.
Dia bukan iri. Hanya saja, ia merasa sedikit agak bangga, ya hanya sedikit. Tidak berlebihan, karena ia pun merasa tidak miskin. Ia jelas seorang anak dari pemilik Global, yang dunia tahu seperti apa kekuatannya. Hanya saja, kalau ia harus bersaing dengan lelaki itu untuk mendapatkan Sekar. Sepertinya perjuangan nya tidak akan semudah itu.
"Saya ingin rumah sakit ini nuansanya hijau seperti taman Buana!" terdengar suara Adrian, yang saat ini berbicara dengan Sekar. Dan beberapa pegawai yang ditugaskan untuk memimpin pekerja nantinya.
Sekar terlihat mengangguk, dan melihat ke laptop yang sepertinya sudah ada desain digital buatannya. "Baik, Pak." ucapnya.
"Ah, ya. saya sepertinya akan ada operasi jam siang nanti. Jadi saya akan serahkan semuanya pada asisten saya, saja. Masa cuti saya sudah habis." lirih sesal Adrian, diujung kalimatnya. Dia terlihat menatap Sekar dengan penuh penyesalan. "Saya akan sibuk sekali, dan hanya melihat pkerjaan itu ini seminggu sekali. Padahal saya ingin sekali melihat pembangunan ini berubah setiap harinya." ucapnya.
Sekar hanya memberikan senyuman wajar. "Bapak tenang saja, saya akan melakukannya sesuai dengan apa yang Bapak inginkan. Jadi jangan khawatir. Setiap harinya, Bapak akan kagum pada perubahan pembangunan ini." ungkapnya terdengar berwibawa.
"saya percaya sama kamu."
"Dan saya senang, Bapak mempercayai Buana."
Terlihat sekali perbedaan ke mana arah tujan pembiacaraan itu. Saka menangkap bahwa Adrian tidak mau ke rumah sakit untuk melakukan tugasnya, bukan karena ia ingin melihat pembangunan itu setiap harinya. Tapi lebih ke ia ingin selalu bersama Sekar. Namun tidak bagi Sekar, ia memang melakukan semuanya pure dengan profesionalisme. Demi Buana. Bukan demi perasaan pribadi, seperti yang diperlihatkan Adrian. Saka jadi senyum kecil menyadari bahwa Adrian ternyata telah menyukai mantannya itu. Ah, kenapa harus punya saingan sehebat laki laki itu. Sangat memusingkan saja.
Ia masih saja berdiri di tempat, yang tentu saja tidak jauh dari mereka. Namun ia pun tidak akan diketahui oleh Adrian dan Sekar. karena ia berdiri di balik tiang sebuah bangunan, yang memang terletak tidak jauh dari tempat kosong yang akan dibangun rumah sakit oleh Adrian.
"Nanti makan siang, saya tunggu di Restoran biasa ya, Sekar!" Terdengar lagi Adrian berkata. Dan sekali lagi membuat Saka mengepal eratkan kedua tangannya. Ia seungguh tidak akan membiarkan mereka hanya makan berdua saja.
***
"Sejak kapan anda kenal, Sekar?!"
Pertanyaan Saka, membuat Adrian yang hendak menekan tombol kunci mobilnya, terhenti. Ia menatap Saka yang berdiri tidak jauh darinya. Adrian menebak, kalau laki laki itu telah menunggunya diparkiran, sejak ia menemui Sekar tadi.
Adrian membatalkan niatnya untuk membuka pintu mobil. Ia menghampiri Saka, lalu bediri tiga meter dari laki laki itu.
"Masih baru, dan kami memang ada kerja sama." jawab Adrian, datar.
Saka menyandarkan dirinya pada mobil di belakangnya, dengan memasukan kedua tangannya pada jas kebanggannya itu. "Apa anda tahu tentang kami?" tanya Saka lagi, dengan penuh percaya diri. Seolah ia bangga, telah memiliki masa lalu dengan Sekar.
Adrian tersenyum tipis, penuh dengan ketenangan. "Saya tahu!"
Saka menegang. Dia pikir, Adrian belum tahu. Sehingga laki laki itu mengira bawah Sekar masih gadis. "Dan anda tetap dekat dengannya?" tanya Saka, dengan nada tidak habis pikir.
Mendengar pertanyaan Saka, Adrian terusik. "Kami ini dua manusia yang sedang terikat kontrak. Kami dekat secara profesional." ia terdiam sejenak, ia menekan tombol mobilnya. Sehingga mobil keren itu terbuka dengan sendirinya. Sebelum masuk ia menatap Saka dengan memegang pintu mobil kebanggannya itu.
"Namun karena Mbak Sekar itu sangat cantik. Jadi wajarkan, kalau saya suatu saat akan memperlakukannya lebih dari rekan kerja?!"
Saka mematung! Dan hanya bisa terdiam menatap laki laki itu pergi.
Cek! Dasar sombong!