Siapa Kacong?

2191 Kata
Setiap anak pasti menginginkan terlahir dengan fisik yang sempurna, ekonomi mencukupi dan di kelilingi oleh orang yang mencintai dan menyayangi. Hal itu hampir semua di miliki oleh kacong yang terlahir dari keluarga terbilang lebih dari kaya dan Sultan muda terkenal di kampong, siapa yang tak mengenal orang tuanya. Jika sekali sebut sampai kampung tetangga pun mengenali siapa orang tua dari Kacong. Apa yang di inginkan oleh Kacong akan selalu di turuti bahkan sebelum ia berucapkan pun apa yang di mau telah ada depan mata. Saking begitu sayangnya memiliki seorang Putra yang telah lama di tunggu selama 5 tahun pernikahan, akhirnya Tuhan menganugerahkan seorang Putra yaitu Kacong untuk melengkapi kebahagiaan pada orang tuanya. “Pak, aku sudah telah 2 minggu kok belum juga Haid ya?” “Serius Bu, Coba nanti coba beli tes pack (Alat tes kehamilan) ya,” Dengan senyum yang sumringah hanya menganggukan apa yang telah di perintahkan oleh Suaminya, Ibu Kacong tak bisa menutupi rasa berharap dan senangnya jika memang seandainya ia memang benar sedang mengandung. Bapak kacong kala itu langsung pergi mencari sebuah warung yang berjarak tak jauh dari rumahnya dan melakukan pengecekan secara langsung. “Bu .. Ibu … ini buruan ke kamar mandi dan kencing, Bapak udah gak sabaran ingin tau” “Ih, Bapak ini kenapa jadi gak sabaran gitu, sekalipun benar kan bukan Bapak yang ngerawat tapi Ibu juga, lah wong ada di dalam rahimku hehehe …,” “Bawel Ibu ki, wis ndang lekas laksana lho,” “Iya … Iya sayangku, muach …,” Seketika raut wajah Bapak berubah menjadi agak malu gimana, padahal masih siang tapi istrinya udah mancing aja memberikan kode keras. Setelah beberapa lama di dalam kamar mandi dan menunggu hasil tes, Ibu telah keluar dari kamar mandi dan dengan sigap Bapak langsung menghampiri Ibu. “Gimana Bu? Apa hasilnya,” Ibu hanya menunduk lesu dan merenggutkan keningnya memang mimik sedih. “Ibu lho, di tanya malah diam aja, apa hasilnya jangan buat Bapak makin gak karuan,” “Bapak jangan marah ya, kalo hasil nya … aku gak sanggup bilangnya sama Bapak lebih baik, nih lihat sendiri,” Seketika Ibu memberikan alat tes pack yang sudah di gunakan kepada suaminya, dengan berdebar-debar tak menentu Bapak mencoba melihat hasilnya dan tak bisa mengendalikan dirinya sampai tangan yang memegang tes pack ikut gemetaran. ALHAMDULILAH YA ALLAH …. “Terima kasih banyak Ibu, tak ada kebahagian yang paling indah selain mendengar kamu mengandung, sekali lagi terima kasih sayang, muach …” Kembali kecupan mesra mendarat dibibir mereka berdua dengan mesra dan penuh gairah, setelah itu mereka berpelukan erat merasakan kebahagiaan yang telah lama di nanti. Bapak Kacong orangnya pemalu dan gak percaya diri ketika bertemu orang saat pertama kali, makanya sifat itu menurun kepada anaknya. Tak terasa usia kandungan Ibu sudah memasukin 7 bulan, semua keluarga besar sangat bahagia akan mendapatkan cucu yang telah lama mereka nantikan. Semua persiapan untuk acara 7 bulan di buat begitu meriah oleh Bapak, ia mengundang semua warga desa dan juga anak yatim piatu untuk hadir tasyakuran agar nanti dalam proses persalinan berjalan lancer dan sehat semua Ibu serta Bayi tanpa ada kendala apapun. Acara 7 bulan mulai dilakukan, dan pembacaaan murottal al qur’an dari salah satu santriwati asuh orang tua Kacong. Lalu di lanjutkan dengan pembacaan doa serta pembagian bingkisan untuk anak yatim piatu dan makan-makan bersama warga desa. Semua orang yang hadir begitu dalam acara tersebut bahagia sekali, karena orang tua Kacong terkenal oleh warga orang yang dermawan dan humble. “Selamat ya Nduk, jaga baik-baik kandunganmu sampai proses persalinan,” “Nggih Bu, Ayu akan menjaga baik-baik calon Cucu Ibu nih,” Dua wanita yang kini tengah berhadapan, satunya telah menjadi seorang Ibu dan satu lagi akan menjadi seorang Ibu saling berpelukan penuh dengan kasih sayang. “Tenang aja Bu, Joko dan Ayu akan menjaga baik-baik calon Cucu Ibu nih,” Bapak pun berusaha menyakinkan bahwa Calon cucu dan anaknya akan baik-baik selama masih ada iayang akan menjaga dengan baik. “Terima kasih banyak ya, semoga kalian selalu di berikan kebahagiaan dan menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, juga Cucu Ibu menjadi anak yang Soleh dan Soleha.” Selama kurang lebih 2 jam acara 7 bulan akhirnya telah selesai, Ibu Kacong sudah mulai merasakan lelah terlihat dari betisnya membengkak akibat berdiri terlalu lama. Seketika apa yang di lihat oleh Ibu Kacong meremang dan hampir jatuh ke tanah akibat pingsan tapi dengan sigap Bapak yang melihat segera menangkap Ibu agar tidak Jatuh. Bapak bergegas untuk membawa Ibu ke dalam kamar agar bisa istirahat dengan total, kancing baju kebaya yang di kenakan telah Bapak buka dua kancing agar memudahkan Ibu bernafas dan tidak terlalu enggap dadanya akibat baju kebaya yang di kenakan begitu ketat. Akibat kejadian itu membuat orang tua dan mertua mereka panik, tapi Bapak berusaha menyakinkan bahwa tidak terjadi apa-apa hanya kelelahan aja akibat berdiri terlalu lama. Ibu Ayu mengambilkan minyak kayu putih sementara Ibu mertuanya memijitkan kaki memantunya. Tak lama akhirnya ayu mulai tersadar dari pingsannya, ia merasa heran kenapa begitu banyak orang di kamarnya. “Aku kenapa Bu?” “Kamu tadi pingsan Nduk, untung Bojomu sigap menangkapmu sebelum jatuh ke tanah, besok-besok kalo udah gak kuat, kamu duduk aja gak usah berdiri nduk,” “Nggih Bu, tadi juga mau bilang Mas Joko tapi gak kuat cuma pegang bahu aja,” Tiba Joko telah datang dan membawakan teh manis hangat untuk istri tersayang, dan menyuruhnya untuk minum dulu. “Makasih ya Mas,” “Iya sayang, istirahat aja dulu ya, aku kembali ke depan dulu temani Bapak menjamu tamu yang belum pulang,” “Iya mas,” Waktu silih berganti tak terasa semakin cepat, kacong yang berada dalam perut Ibunya mulai tak bisa diam, terus aktif menendang perut Ibu. Bapak yang tengah asyik duduk Santai di teras sambil membaca Koran pagi itu, saat melirik perut istrinya ternyata ada yang bergerak sana sini. “Bu …,” Ibu yang paham apa maksud dari Bapak hanya tersenyum aja, secara spontan mengambil lengan suaminya untuk bisa menikmati begitu aktif Putranya. “Gerak Bu, kencang sekali dia nendang sama mukulnya, kamu udah gak sabar ya nak untuk segera lahir dari perut Ibu, muach …,” “Terima kasih banyak ya Ibu, kamu begitu kuat dan tangguh menahan rasa sakit dan rela tak bisa tidur demi buah hati kita,” “Iya Pak, ia bentar lagi akan lahir dan kita bisa melihatnya secara langsung wajahnya, Ibu sudah tak sabar ingin rasanya mengendong dan menyusuinya,” “Wah nanti bakalan rebutan sama Bapak donk ya, tapi stok ASI ibu banyak kan buat kami berdua, hehehee,” “Dih, Bapak nih nakal ya masih pagi juga nanti di dengar orang lain gak enak tau,” “Biarin aja, lah wong bojoku dewek og, paling mereka meri melihat kita aja,” (Biarin aja, lah orang istriku sendiri og, paling mereka iri melihat kita aja) Setelah melihat tak ada orang sama sekali, Bapak mengajak Ibu untuk masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan cepat. Bapak langsung membopong Ibu untuk segera masuk ke kamar, sambil berjalan masuk ke kamar mereka terus saling memanggut bibir dan memainkan lidah. Ibu langsung diletakkan ke tempat tidur dan membuka dastar yang terpasang di tubuhnya oleh ayah dan kembali menciumi Ibu dengan penuh nafsu dan bergumul hingga menghabiskan waktu satu jam. Mereka begitu bahagia dan tak sabar sekali menanti kelahiran Putranya saat USG di ketahui bahwa cowok yang akan lahir. **** Siang itu begitu terik, tidak biasanya matahari sangat menyengkat sekali membuat semua orang pada hari ini meminum air es yang begitu segar dan membasahi tenggorokan. Seperti hal yang di lakuka Kacong kecil kala itu berusia 8 tahun, tengah duduk asik di bawah pohon rindang sambil menikmati air kelapa yang habis di belinya. Sementara Ibunya tengah sibuk mencari Kacong karena sudah tengah hari belum juga pulang dari main, khawatir anaknya semata wayang di culik orang. Setelah 15 menit akhirnya menemukan juga anaknya yang tengah asik min air kelapa. “Kacong, kemana aja daritadi Emma mencarimu? “Sengko (saya) di sini aja main Ma,” “Toman setiap tengah hari gak pernah langsung pulang ke rumah, Emma khawatir Be’en (kamu) di culik orang, ayo kita pulang sekarang Eppak (Bapak) menunggumu dirumah,” “Iya Ma,” Akhirnya ibu dan Kacong pulang menuju rumah karena disana udah ada Eppak yang menanti untuk makan siang bersama. Kacong memiliki pribadi pendiam saat pertama bertemu orang akan tetapi jika sudah kenala maka gokilnya akan terlihatan, tidak hanya disitu aja soal hantu atau malam hari jika ada yang melempar dan benda jatuh pasti dia sudah kabur terlebih dahulu berteriak EMMA. Soal teknologi ataupun pergembang jaman pasti ia akan mengetahui terlebih dahulu di banding teman sejawatnya terutama dalam hal video bokep. Entah sudah berapa puluh video yang ada pada galeri ponselnya tuh, semua ia dapat dan galeri ponsel ataupun mendownload langsung di ponsel yang ia miliki. Kacong bisa di bilang bocah dewasa sebelum waktunya, karena hampir setiap saat lalu menonton video Bokep dan setiap melihat wanita imajinasinya selalu keluar adegan-adegan dalam video yang ia tonton. Soal penilaian wanita paling jago ia bagiamana tidak tiap lekuk tubuh wanita apa aja sudah fase sekali. “Kacong, sini sayang ada yang mau Emma dan Eppak bicarakan?” Sontak ia pun kaget mendengar panggilan Emma dari luar teras rumah, bagaimana tidak sedang asik nonton Bokep malah di panggil. Aduh Emma tidak pada waktunya memanggil nih, lagi seru adengannya gak tau apa nih video baru yang habis ku download. Batin Kacong. Meski ia begitu tapi untuk soal taat dan patuh terhadap orang tua nomer satu, tak pernah ia sekalipun menolak dan membantah perintah dari orang tuanya. “Sengko Ma,” Bergegas ia ke depan teras dan mematikan video Bokepnya, disana sudah menanti Emma dan Eppaknya. “Be’en duduklah dulu, ada yang ingin di bicarakan oleh Eppakmu nih?” “Iya Pak, Be’en duduk di bawah aja lebih enak, adem lagi pula sama aja kan,” “Memang Kacong, meski Eppak dan Emma selalu memenuhi segala kebutuhanmu dan keluarga kita termasuk di segani desa ini, Be’en masih terlihat sederhana ya,” “Eppak bangga padamu,” “Gimana sekolahmu, apa ada kendala?” “Baik aja sekolahku tak ada masalah sama sekali, Ma,” “Lantas apa yang membuatmu akhir-akhir ini, sering kali murung di kamar tak pernah keluar rumah?” Kacong kaget mendapatkan pertanyaan seperti itu, memang sudah satu bulan tak pernah ia keluar rumah untuk bermain bersama teman-teman sebayanya. Semua ia habiskan akibat mendapatkan Gadget terbaru dari Eppaknya yang waktu tuh habis kembali dari Ibu kota karena ada bisnis dengan sahabatnya. “Enggak apa-apa Ma, Sengko lagi malas aja untuk bermain aja,” “Benar Kacong, gak ada masalah atau habis berkelahi dengan kawanmu kan?” “Iya Engak Ma, untuk apa Sengko berkelahi dan selama ini tak pernah kan Emma melihat Sengko melakukan hal yang tidak baik,” “Betul juga Ma,” Bela Bapak Kacong seketika. “Yaudah, kalo ada apa-apa dan sesuatu yang ingin di beli gak perlu sungkan bilang ke Emma atau Eppak ya,” “Siap Ma, kalo gitu Sengko kembali ke kamar ya mau tidur siang,” Ibu Kacong hanya tersenyum melihatnya, dan menganggukkan kepala mempersilahkan Putranya untuk kembali ke kamar. Akhirnya aku bisa lanjutkan kembali nonton Bokep, hehehe. Batin Kacong. Keesokan hari saat di sekolah, Linda teman satu kelasnya datang menghampiri Kacong untuk meminta bantuan sepulang sekolah bisa datang ke rumahnya. Pagi itu mereka habis mendapatkan tugas mencari beberapa jenin tanaman untuk obat, dan membawa tanaman itu agar bisa dilakukan persentasi depan kelas. “Kacong,sedang apa sendirian disini?” “Lagi makan bekal yang di bawa oleh Emma, Ba’na mau?” Linda hanya tersenyum mendapatkan tawaran sarapan dari Kacong. “Endak, makasih. Oh ya nanti pulang sekolah Engko mau kemana?” “Ehm, nggak kemana-mana paling langsung pulang takut Emma cemas mencariku,” “Habis pulang sekolah, gimana kita izin ke orang tua kita untuk mencari tanaman yang udah di berikan tugas oleh Pak Guru?” “Boleh tapi Engko izin dulu ya, memang mau cari dimana tanaman itu, jujur Engko tak paham soal begini, hehehe” “Tenang aja, kebetulan di kebun Nyik (Nenek) ku sepertinya ada banyak, nanti tinggal kita tanyakan aja dan meminta salah satu untuk di bawa pulang,” “Apa nanti gak marah Nyikmu, kalo kita ambil tanamannya?” “Enggaklah, kan kita udah temui terlebih dahulu nanti dan meminta izin makanya gak bakalan di marahin,” Seketika otak kotor Kacong bergelirya memperhatikan secara diam-diam bagian d**a Linda yang membuatnya penasaran, kenapa punya Linda tidak begitu besar seperti wanita dalam video Bokep atau seperti Emmanya ya. “Hai … kenapa memperhatikan begitu?” Kacong kaget tanpa sadar Linda menyadari kalo ia tengah memperhatikan tubuhnya. “Oh nggak apa-apa, cuma heran aja Engko sama Ba’an kenapa begitu baik sekali berbeda dengan kawan wanita yang lain. Mereka selalu mengejek dan mencelaku gendut,” “Sudahlah gak usah Be’en pikirkan, bagi Linda sendiri tuh Be’en baik dan gak sombong meski orang tuamu begitu terkenal di desa,” “Semua itu kan hanya miliki orang tuaku, bukan milikku pribadi,” “Tuh kan, kenapa Engko bilang kalo Be’en baik seperti nih, tak pernah membanggakan apa yang telah diberikan orang tua kepadamu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN