PELET

“Dan, lu jadi ke desa Wajak tempat keluarga yang lu ceritain kemarin?” Tanya Kacong saat kami sedang kongkow di sebuah warung kopi dekat kos. “Pasti dong, capek gue ngandelin wajah yang dapetnya paling macam Lia, Juli, Nuri dan semacamnyalah. Kalau pake hati juga paling banter si Nia, Icha gitu doang. Lelah hayati eke bro. Hahaha.” Ia pun tertawa lepas setelah mengingat sekilas para korbannya. “Djancuk, memang kon PK, Dan.” Maki si Kacong setelah mengingat korban korban Dana yang pernah curhat dengan sobatnya satu ini. (PK=Penjahat Kelamin) “Ok kapan kita berangkat, Dan?” “Ntar pas weekend aja kali enaknya Cong. Kebetulan besok aku ada janji dengan Rika, anak kampus sebelah. Yah meski wajahnya ga cakep cakep amat. Eman eh bro klo di cuekin. Numpang kencing doang, gratis lagi. Hahaha.” Kelakuan Dana memang ga ada habisnya jika menyangkut soal wanita. Dia selalu mempermainkan mereka yang telah menggantungkan harapannya pada seorang Arsyad Pradana. Penjahat kelamin yang hanya mengandalkan fisik dan kepandaiannya dalam merayu wanita. Modal materi sama sekali ia tak punya di banding teman temannya yang dari kalangan borjuis. Kadang hanya dengan kenekatan dirinya, ia bisa mendapatkan wanita yang ia inginkan meski wanita itu tidak secantik yang di incar teman temannya yang borjuis. Dana juga menyadari siapa dirinya yang hanya seorang perantauan di kota metropolis ini. Jika saja bukan karena pengkhianatan beberapa tahun silam mungkin ia tidak akan menjadi seorang playboy atau penjahat kelamin. Semua karena dia, ya dia si Windy yang telah mengingkari janjinya untuk saling menjaga hati. Mungkin ia takkan pernah merasakan namanya cinta semalam dengan lawan jenis atau nekat berhubungan badan dengan mereka yang termakan rayuannya. Keberuntungan juga selalu berada di belakangnya saat dalam kondisi lagi terpuruk. Lingkungannya yang di kelilingi anak anak perantauan yang borjuis dari luar pulau membuat ia terpacu semangatnya untuk bisa memiliki kelebihan seperti mereka.Tapi ia sadar diri jika dari segi materi jelas ia takkan mampu bersaing dengan mereka yang mendapat materi hanya dengan cara menengadahkan tangan alias meminta dari orang tuanya. Sejak kecil ia juga sudah di ajarkan orang tua untuk hidup keras dengan cara hidup mandiri, tidak bergantung pada orang lain. Membantu dagangan orang tuanya sudah menjadi makanan sehari hari bagi seorang Dana. Kedisiplinan yang mereka tanamkan jadi modal ia untuk menjalani kerasnya kehidupan di daerah perantauan. “Koe yakin Dan, ning kono bakal di wei ilmu kae?” (Kamu yakin Dan, di sana akan di beri ilmu tersebut?) “Yoi coi. Gue kan gantengnya ga ada akhlak Cong.” “Cuk, matamu … dijak serius mesti ra tau tenanan.” (diajak serius pasti ga pernah benar.) “Iyo cong, mereka sudah nunggu dari seminggu yang lalu.” Rencana untuk pergi ke kampung Wajak sudah menjadi planning Dana dengan sobatnya yang super koplak, si Kacong. Memang di antara teman teman yang senasib sepenanggungan hanya Kacong yang masih ada sedikit peduli dengan teman. Perkenalan mereka juga secara tak sengaja terjadinya. Sebenarnya Kacong adalah kakak tingkat setahun di atas Dana. Karena sablengnya Dana dan typical yang mudah akrab dengan siapa saja membuat mereka jadi cepat akrab. Kacong adalah anak perantauan dari Madura. Karena tuntutan sang nyokap yang menginginkan ia menjadi orang yang memiliki gelar, jadilah ia terdampar di kota ini bersama Dana. Nasib mereka memang rada jomplang. Jika Dana hanya dari keluarga sederhana, sementara Kacong adalah seorang sultan muda di kampungnya. Ortunya juragan besi tua yang sudah menjadi legend di kotanya. Jadi jangan heran jika ia di gelari sultan muda dari Madura. Meski dari kalangan borjuis, Kacong tidak memilih dalam bersahabat, termasuk seorang Dana. Meski begitu hanya beberapa saja yang sangat akrab dengan dirinya, salah satunya adalah Dana yang menjadi sahabat terbaiknya. Kelakuannya yang rada sableng dan jujur membuat ia senang bisa berteman dengan Dana. Karena selama ini ia selalu menemukan teman yang hanya melihat dari kedudukan dan materinya saja. Cenderung memanfaatkan dirinya sebagai anak sultan. Ciri khas dari seorang Kacong adalah ia anak yang pemalu dengan yang namanya wanita. Selalu saja malu jika bertemu dengan gadis pujaan hatinya. Karena kelemahan itu ia sering jadi korban perasaan oleh gadis yang memanfaatkan dirinya. Kegemarannya mengkoleksi film bokep dari web illegal membuat ia di gelari raja bokep. Imajinasinya akan gadis yang begitu tinggi jadi membuat ia selalu ketagihan akan c**i di kamar mandi. Hampir tiap hari ia melakukan kegiatan itu jika habis menonton film p***o. Jika dipikir mungkin lebih baik teman candu bokep ketimbang drugs, ya ga? “Emang seberapa ampuh sih ilmu itu, bro?” Kacong mulai penasaran dengan ilmu yang Dana inginkan sejak sebulan lalu. “Katanya sih ampuh, makanya mau gue buktikan sendiri cong. Kalo berhasil gue bagi lu, tapi lu kudu traktir gue selama setahun ye.” Senyumnya lalu melebar kemana mana. “Cuk, getun tenan aku duwe kanca koyok kon PK.” (Cuk, nyesel banget aku punya teman kayak lu PK.) “Ayolah cong, gue kan best fren lu.” “Ok dah, sabtu kene budal. Wong loro ae to? Engko kon ngejak pacarmu.” (Sabtu nanti berangkat, berdua saja kan? Nanti lu ngajak pacarmu.) “Hahaha … pacar yang mana satu bro?” “Taikkk lu Dan …” Kacong hapal betul dengan kelakuan sobatnya satu ini sejak awal mereka berteman. Bahkan teman dekatnya juga pernah menjadi korban kebiadaban seorang Dana. Mungkin jika ia tahu itu teman dekatnya sejak awal, takkan berani Dana melangkah lebih jauh. Untung saja hubungan itu segera berakhir setelah ia tahu gadis tersebut teman baik Kacong, jika tidak bisa positif hamil tu anak. Padahal nyaris saja hatinya tersentuh dan mencintai dengan kebaikan gadis itu. Lagian nafsu birahi tu anak juga ga ada akhlak. Meski terlihat pendiam dari luar, dalemannya liar banget. Karena Dana juga ia bisa mengenal cinta pertama. Padahal niatnya dari awal ia berlagak sombong tak ingin mencintai tapi inginnya di cintai. Ia selalu mengandalkan materi yang ia dapat dari nyokapnya. Karena merasa anak sultan, kadang Kacong rada angkuh dalam menetapkan standard gadis yang ia inginkan. Padahal dari segi fisik ia tidak menyadarinya. Selama ini tidak ada satupun gadis yang ia temui atau pacari bener bener serius mencintai dia apa adanya tanpa embel embel materi yang ia miliki. Semuanya hanya modus. Mereka hanya memanfaatkan materi yang di miliki Kacong. Justru yang tulus ia malah enggan menanggapinya. Seleranya nih bocah memang sangatlah tinggi.