bc

Doa Dalam Diam

book_age16+
1.1K
IKUTI
11.3K
BACA
goodgirl
student
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Uraian

Dia pemilik mata sendu yang teduh, lantunan suaranya begitu indah. Namun, setiap melihatku mata sendunya seketika berubah menjadi bongkahan es yang tak terjamah.

Aku tidak pernah tau apa yang membuatnya membenciku, melirikku saja dia enggan. Perkenalan kita begitu singkat, tapi dia sudah mengakhirinya begitu saja.

Aku bahkan bermimpi bisa bersatu dengannya, namun harapan itu seketika dipatahkan olehnya. dan aku malah membiarkan itu terjadi. membiarkan semua berjalan hingga tak beralur, dan tak bertitik temu.

Ketika semuanya sudah menyaktikan, dan berusaha untuk aku akhiri, dia malah kembali. Kembali dengan mata yang teduh tak berbeku seperti sebelumnya.

"Tuhan, jangan jadikan aku pengharap ciptaan-Mu, jadikan aku hanya berharap padaMu. Walau itu sulit." Rumi

chap-preview
Pratinjau gratis
PART 1 Prolog
Menjadi bagian dari hidupmu seperti mimpi yang tak akan pernah menjadi nyata, sulit, dan sangat sulit. Padahal kita dulu pernah dekat, sedekat nadi dan darah. Namun nyatanya, kita tak pernah menyatu. Bersatu denganmu, seperti harapan yang tak pernah ada alurnya. Dan bodohnya, aku membiarkan harapan itu terus mengalir dikehidupan yang bahkan tidak ber-alur, tidak bertitik temu. --- Gadis cantik itu sedang berlari membuat jilbab yang menutupi d**a dan lengannya sesekali terurai karena angin pagi.  Rumi yakin, seragam yang sedari pagi tadi begitu rapi, setelah ini akan hilang predikatnya. Padahal Rumi ingin dihari pertamanya menjadi murid kelas 12, bisa berubah menjadi murid yang lebih patuh dengan aturan sekolah. Ini semua karena tadi pagi dia telat bangun, dan parahnya, kakaknya tidak mau mengantarkannya sekolah, berdalih banyak tugas kuliah dan harus dikumpulkan hari ini, maka dengan teganya membiarkan adik satu-satunya itu berjalan sendirian menuju sekolahan, ya walaupun jarak rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh, tapi Rumi sangat yakin, dengan berjalan kaki dia tetap akan terlambat. "Tega sekali sih kak Nada... Jahat." Gerutunya dengan nafas yang tersendat. Dilihatnya "Pak Karim" satpam sekolah yang super galak sudah hampir menutup gerbang. "Paaak, tungguuu." Sekejap satpam itu berhenti dan melihat kearah Rumi yang sekarang sudah berdiri didepannya dan mencoba merapikan bajunya. "Rumi! Baru awal masuk, sudah telat." Tuh tuh mulai galaknya. Rumi hanya meringis dan mencoba triknya yang sejak dulu tidak pernah gagal, semoga saja sekarang tidak gagal juga. Dengan wajah melasnya, Rumi selalu berhasil membuat siapapun kasihan terhadapnya. Semoga kali ini trik itu tetap manjur didepan pria yang entah sudah berapa kali dibohongi oleh cara gadis itu. "Pak, toloong.. Saya tadi sudah berangkat lebih awal, tapi mobil kakak saya tiba-tiba mogok, dan saya pun disuruh untuk membantunya mendorong ke bengkel terdekat. Saya mohon, kali ini saja Pak." Dan sekarang terbukti, Pak Karim merasa kasihan melihat ekspresi dari Rumi, dan membiarkan gadis itu masuk dengan mudah ke sekolah. "Akhirnya, gue berhasil lagi." Bisik gadis itu pada dirinya sendiri. Seandainya ada casting ftv atau sinetron, sudah jadi artis dah tuh Rumi. Lagian susah punya satpam sekolah segalak Pak Karim, tidak bisa diajak kompromi. Seharusnya dia tidak harus galak hari ini, karena hari ini awal masuk sekolah, dan sudah pasti hanya untuk bayar daftar ulang dan cari kelas baru. Lagi pula  juga TU masih buka jam 9 nanti, lalu kenapa pintu gerbang ditutup jam 7? Menyebalkan. Rumi berjalan kearah kantin menuju sekumpulan gadis dibangku paling pojok kantin. Ani, Ami dan Rara, mereka sahabat Rumi, dan sudah pasti mereka lebih dulu berangkatnya dari Rumi. "Etdah, lo baru awal masuk udah telat." Teriak Rara yang melihat Rumi dengan santai berjalan kearahnya. Sedangkan kedua sahabatnya yang masih asyik memakan makanan yang dipesannya, menoleh kearah Rumi dengan bersamaan. "Gue udah dua kali denger kalimat itu," Ucap Rumi yang kini sudah mengambil alih duduk disamping Rara. "Napa lo gak ikutan makan juga?" Tanyanya yang melihat meja didepan Rara bersih. "Diet!," Jawab Rara dengan ketus, sebenarnya dia begitu tergiur dengan kedua sahabatnya yang memang sengaja membuatnya tergoda. "Lo tau, berat badan gue sekarang udah 55." "Uwauuw.. Hebat juga lo dietnya." Saut Ani yang juga ingin sekali turun berat badannya, tapi kalau sudah lihat makanan, prinsip awalnya untuk ngurusin badan berubah dan berdalih 'kalok ada rezeki, gak baik ditolak'. "Gimana caranya?." Tanya Ami yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk badannya. Bukannya menjawab, Rara malah cemberut. "Emang dulunya berapa?" Tambah Rumi yang kini sudah berdiri lagi dan melangkah ke stand tempat menjual minum. "55,1 kg." Rumi yang masih 3 langkah dari tempat duduknya, mematung. Dan seketika gadis itu tertawa terbahak-bahak, yang berhasil membuat semua penghuni kantin menoleh kearahnya. Dengan cepat Ami membungkam mulut Rumi, dan menggiringnya untuk duduk seperti semula. Sedangkan dibalik tangan Ami, Rumi masih tertawa tidak henti-henti. "Lo yakin?." Tanya Ani yang kini membuat wajah Rara menekuk. Dan dengan pelan, gadis itu pun mengangguk. "RUMI, UDAH." Bisik Ami yang bingung melihat Rumi masih tertawa, dia sangat tau bagaimana sahabatnya itu. Jika sudah tertawa, pasti tidak bisa berhenti. "Itu dalam 1 bulan?" Tanya Ani kembali yang masih penasaran, dan Rara kembali mengangguk. "Apa gue gagal diet? 1 bulan cuman turun 1 ons." Kini seolah perjuangannya sia-sia. Rara menjadi sangat tidak bersemangat. "Enggak, lo nggak gagal kok. Emang pada dasarnya badan lo segitu. Kenapa sih pakek diet segala? Syukurin aja lagi. Lagian Allah nyiptain hamba-Nya dalam bentuk yang sempurna. Jadi kondisi lo yang sekarang, itu sangat sempurna di mata Allah, manusia-nya aja yang kurang pandai bersyukur." tiba-tiba suara itu terdengar dari bibir yang sedari tadi terbungkam rapat oleh tangan Ami. Ketiga sahabatnya itu mengangguk-angguk setuju dengan apa yang dikatakan Rumi. "Lagian lo mau, usia muda lo dihabisin buat diet? Gak bisa nikmatin segala macam makanan yang enak. Udah deh Ra, badan kita juga gak gede-gede amat kan kayak anak kelas sebelah. Yaa, bisa dibilang 'semelohek' lah. Jadii... Gak baik nolak rezeki." Tambah Ani yang dengan antusias seperti motivator, memotivasi sahabatnya yang selalu tidak percaya diri dengan bentuk badannya. "Tuh denger motivator tukang makan bajigor. Panjang amat kalok udah bahas makanan." sela Ami sembari melirik Ani yang mendelik melihatnya. "Apaan sih lo." "Hahaha udah Ra, lo gini aja udah banyak yang naksir kok." ucap lagi Ami yang tidak menghiraukan Ani yang masih kesal dengannya. "Siapa? Fathan ya?" tanya Rara yang penasaran. Btw, Fathan itu brondong kece kelas sebelah. "Somat." Jawab Rumi dengan keras. Yang membuat Ami dan Ani tertawa puas. "Iish, apaan sih lo. Lagian gue kan udah dijodohin sama Aa' Radipan." kini mata Rara berbinar-binar dengan kedua tangan yang mengepal didada, seperti membayangkan sesuatu. Aah selalu deh tuh anak, memang seperti itu kalau sudah ngomongin Radifan sama Fathan. Dua laki-laki yang selalu membuatnya berada dalam dunia mimpi. "Yayaya terserah lo... Mau gue pesenin makan gak? Apa lo mau diet lagi?." Rumi berdiri ingin meninggalkan Rara yang mulai membayangkan manusia-manusia tampan dihidupnya. "Eeh tunggu-tunggu gue nitip." "Apa?." "Nasi krawu 1, gorengan 5, sate usus 2, sate telur puyu 2, es teh manis 1, teh tawar 1...... Oh ya, bakso 1 juga ya, jangan lupa kasih bawang goreng yang banyak, jangan pedes-pedes." Mulut Rumi hampir menyentuh tanah saking menganga-nya, kemudian buru-buru menelan ludah dengan susah. "Lo gak papa kan Ra? Walaupun gak diet, makan lo juga gak perlu segitu kali." Oceh Ani. "Kata lo, rezeki gak baik ditolak? Ini cara gue gak nolak rezeki." Ani bener-bener gak percaya, kalimatnya menjadi obat bius bagi sahabatnya itu. Apa dia yakin memesan begitu banyaknya. "Yaudah lo ikut gue, enak aja gue disuruh pesen segitu banyak. Lagian memori otak gue gak mau dihabisin buat ngehapal pesenan lo doang, " Ucap Rumi sembari menarik tangan Rara. "Bilang aja lo emang lemot Mi."  Ucap Ami yang membuat Rumi mendelik, tapi tidak bertahan lama karena tangannya sudah ditarik oleh Rara untuk ikut dirinya menuju stan kantin. Dan dalam seketika mereka sudah berada disana, sedangkan dengan sigap Rara memesan pesanannya tadi. *** Setelah beberapa saat Rumi di izinkan Pak Karim masuk, tiba-tiba mobil Pagani huayra berwarna merah menyala berhenti tepat didepan gerbang yang hampir tertutup penuh. Pengemudi menuruni mobil mewahnya dan segera menghampiri Pak Karim yang terlihat geram. "Pak, saya mau masuk. Bisa tolong dibuka gerbangnya?" Ucap seseorang itu dengan senyum yang sangat manis. "Kamu murid disini? Kenapa bisa telat? Saya tidak izinkan untuk masuk!." Jawab Pak Karim dengan sangat ketus, seseorang itu malah tersenyum kembali. "Saya mohon pak." *** "Udah belum Mi?," Tanya Rara. "Makanan segitu dari tadi belum abis. Kalah sama gue." "Yaelah, emang lo makannya cepet. Udah kayak pesawat jet," jawab Rumi. "Nih, udah abis. Yok ke TU." Rumi segera berdiri dan berjalan, kemudian diikuti ketiga sahabatnya itu. "Ini masih jam 8 lebih Mi, TU belum buka." Saut Ani. "Kita liat kelas baru di madding aja dulu." Kini Ami memberi saran. "Nah ide bagus." Dan mereka pun dengan cepat melangkah, melewati lorong-lorong kelas menuju ruang TU yang dekat dengan ruang guru. Sudah seperti urat malunya putus sejak lahir, mereka bergurau tanpa melihat kanan-kiri mereka, tertawa gelak bahkan sampai membuat yang ada didekatnya memandang aneh.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
476.2K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
18.6K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Om Bule Suamiku

read
8.9M
bc

The Prince Meet The Princess

read
183.4K
bc

Hurt

read
1.1M
bc

Nur Cahaya Cinta

read
363.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook