Waduuhhh….. mati aku, sekarang Kakek Anderson memasang wajah marah. Tuhan plisss…. Telen aku sekarang juga. Kalau aku di aduin sama Kakek terus Mami sama Papi marah karena anaknya yang ganteng ini ngeroyok anak orang, aduuhh…. Berabe ini. BERABEEE!!! Gak apa sih kalau ketahuan, soalnya akunya juga baru kali ini main keroyok, tapi kalau aku di asingkan ke Dubai gimana?! Gak….!!! Gak mau pokoknya. Kalau aku bener-bener diasingkan ke Dubai terus tinggal sama Om Aldy sama Tante Fio, alamat kena marah mulu akunya.
Sama Tante Fio sih akunya gak apa-apa, nah, ini sama Om Aldy waduuhh…. Nggak deh nggak!! Pada tau nggak kenapa aku parno banget sama Om Aldy? dulu aku, Mami sama Papi ke Dubai, aku di ajak Om Aldy main bola, terus waktu Om Aldy nendang tuh bola, malah bolanya kena wajahku terus lebih sialnya aku terpleset dan wajahku terkena noda lumpur. Ihhh… pokoknya nggak banget. Terus tuh, Om Aldy bilang gini:
“Raka… kalau ke Dubai, kita main bola lagi ya?! Harus pokoknya dan wajib tiap sore kita main di halaman om. Kalau nggak, nanti oom bilang ke aunty Jennyfer kalau kamu suka sama anaknya” itu tuh kata terakhirnya waktu aku mau pulang ke Indonesia.
Kalau main ke Dubai sih akunya mau, wong mansion Om Aldy lebih besar dari punya Oma-Opa. Tapi kalau misalnya main ke Dubai trus main bola sama Om Aldy, apa kata dunia? Pasti wajahku kena sial karena tendangan ampuh nan kencengnya Om Aldy. Itu mah namanya sial.
Oke, sekarang suasana menjadi awkward, gimana nggak, kakek aja masang wajah ngeri amet sumpah…
“kamu Fariz ikut ke ruangan saya secepatnya” ujarnya dingin sambil menatap Fariz tajam. Tiba-tiba Fariz langsung nyelonong pergi, lha… akunya gimana? Pulang gitu? Whoaaa…. Asik… mendingan pulang aja ya biar bisa skype’an sama Rasya.
“Dan kamu! Kamu itu siapa?! Bikin ricuh di sekolah ini dan nyatanya kamu bukan murid disini?!” katanya dan membuatku bingung. Apa’an ini?!!! Kakeekkk… aku ini cucu-mu, cucu pertama kakek. Kok kakek-nya lupa sih? Wiihhh teganya….
Setelah berkata itu padaku, kakek pergi. Hhuuufftt….. syukurlah gak disuruh keruangannya juga… yeeeaaayyyhhh….. eh tapi kok langkah Kakek berhenti?! Pasti dia mau bilang, ‘maaf ya Raka kalau kakek tadi lupa dan ternyata itu kamu, cucukku’ ahaayy… Dunia memang baik padaku.
“Dan kamu, kita selesaikan masalah ini diruangan saya,” ujarnya tegas. Aku memandang Kakek dengan cengo.
Aku melihat sekitar, ternyata si Andira daitadi di mobil saat aku menyuruhnya untuk menjauh. Aduh, dikira kakek ngomong kayak gitu dan menyuruhku pulang, eh malah disuruh keruangannya. Waduuuhh…. Moga saja Kakek gak bilang sama Mami deh kalau aku abis nari balet versi tumbuk-tumbukkan sama si mantannya Dira yang b******k itu.
Dan disinilah aku duduk dikursi sambil mengangkat kedua kakiku di depan Kakek. Pengen lihat gimana reaksi kakek kalau marah. Wajahnya itu ganteng, cantik, imut, atau mirip zombie?
Kakek menatapku tajam, “kamu bisa sopan sedikit, ini sekolah! bukan sekolah nenek moyang kamu!” ujarnya ketus.
Wkwkwk….. ekspresi kakek ternyata masih tetap tampan. “emang punya nenek moyang saya kok” ujarku acuh.
Kini tanduk dua di kepala kakek sudah berdiri, beuuuhh… kakek udah mirip malaikat pencabut nyawa. Ckckck… si Fariz kini menatap kami dengan bingung.
“kamu!!” ucapnya sambil menunjukku.
“aduh Kakek, kakek lupa sama Raka? Ckckck… teganya kakek sama cucu sendiri” ujarku sarkatis.
Kakek menelitiku, kemudian ia tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya.
“oke Raka dan Fariz apa yang kalian lakukan tadi? Tolong yang bicara hanya satu orang saja yaitu Fariz duluan”
Karena Fariz duluan, aku berdiri dari tempatku dan melangkah menuju mini kitchen yang berada diruangan Kakek.
“Kek, jus wortel diamana?” tanyakku setengah teriak, sambil mencari di dalam kulkas.
“ada di sebelah tempat terasi” ucap kakek.
Whaatt? Di sebelah Terasi? Idih, jadi nenek masih ke sekolah gitu masakin makanan untuk kakek?! Ih.. romantis banget kakek, kapan ya kalau aku kerja terus Rasya yang nyiapin makanan untuk aku. Uh… mau dong cepet-cepet ngelamar Rasya.
Setelah mengambil jus di sebelah tempat terasi aku langsung meminumnya. Hueekkk…. Ini rasa apa coba? Masa jus bau gini. Ih… sumpah bau banget, kaya bauk ee’k kucing. Ih…. Aku langsung terbirit-b***t kembali ketempat semula sambil nahan muntah.
“……….. Jadi gitu pak, bukan saya yang salah” samar-samar aku denger si Fariz ngelanjutin ceritanya. Sedangkan Kakek ngangguk-ngangguk aja.
Kini Kakek beralih menatapku, dan dia menatapku dengan tatapan bertanya. “ya ampun Raka, kamu kenapa?”
Aku diam nahan muntah, daripada ngomong terus yang ada nanti muntah aku keluar dan nyembur di wajah kakek gimana? Alamat masuk sumur yang paling dangkal akunya.
Kakek berdiri dan melangkah mendakatiku. Ternyata beliau menggosok punggungku. Aaaahhhh…. Nyamannya… dan rasa muntah ku sudah hilang dalam sekejap karena usapan kakek di punggungku. Waahh… kakek ternyata cocok juga ya kalau misalnya jadi tukang urut gitu, liat aja hasilnya yaitu aku, karena usapan tangannya aja langsung hilang rasa muntahku, coba kalau orang pegel linu, kaki terkilir, hidung yang retak, pasti langsung sembuh. (kecuali hidung yang retak ya,)
Karena kakek tau perubahan wajahku menjadi lebih fresh, kakek kembali duduk di kursi singgasananya.
“Oke, Raka. Kenapa kamu menumbuk Fariz secara tiba-tiba?” Tanya kakek sambil tersenyum melihatku.
“bukan secara tiba-tiba, Kek! Kakek tau gak ini tuh gara-gara dia, dia yang menyakiti hidupnya Andira” jawabku sambil melotot garang kearah Fariz.
Kakek mengernyitkan dahi, “emangnya Fariz apa’in adek kamu, eum?” Tanya Kakek sambil menyeduh secangkir kopi yang sudah disiapkan di atas meja kerjanya.
“ya mainin hatinya Andira, lha kek!” ujarku sambil bersungut-sungut.
“Maksudnya apaan? Mainin hati bagaimana sih?” Tanya Kakek sambil memasang wajah b**o’
Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal, “aduh, kek. Ini masalah anak muda, hehe… eum jadi ya, masa’ kakek gak tau sih masalah anak muda?” tanyaku sambil nyengir kuda.
Kakek menggelengkan kepalanya, “Jadi masalah percintaan masksud kalian disini?” Tanya Kakek, aku dan Faris si manusia tengik itu menganggukkan kepalanya.
“oh, Cuma masalah itu? Yaudah kalian boleh keluar dari sini” perintah beliau, si manusia tengik itu berdiri dari tempatnya, membungkukkan badannya. Tiba-tiba ide jahat berada di otakku, saat dia lagi bungkukkan badannya tanda hormat, aku langsung tendang tulang keringnya, dia langsung berdiri dan menatapku tajam. Ahaha… syukurin sakit’kan? Aahahahaha………
Aku sih Cuma nyengir-nyengir, dia mendengus sebal dan berlalu pergi. Setelah Fariz tengik itu tidak tampak lagi, tawa yang tadi kutahan kini tawaku lepas.
“Ahahhaha………..” tawaku kenceng terdengar sampai seantero ruangan Kakek.
“Raka!!!” suara Kakek lebih membahana dari tawaku tadi. Aku langsung membungkam mulutku sambil menahan tawa. “Kamu, kenapa jadi bandel begini sih? Walaupun dia sudah mempermainkan hati adekmu, tapi caramu salah,” saran Kakek.
Aku mendengus, “iya, kek, iya. Raka begitu kan karena gak mau ada orang yang nyakitin Andira, kek. Karena Raka sayang banget sama Andira” ucapku sambil memasang wajah memelas, “yaudah, kek. Raka balik lagi ke mobil, ya” pamitku dan diangguki langsung oleh Kakek.
♥♥♥
Sepanjang perjalanan, Andira seperti anak bayi yang tidak dikasih s**u sama emaknya. Bayangin daritadi dia nangis kejer mulu, pusing denger isakkannya, belum lagi ingusnya yang crot crot minta dielap. Hih…jorok.
“Andira, stop nangisnya, okey? Kalau kita sampai mansion terus ketahuan Mami kalau kamu nangis, gimana?”
“Hikss.. iya, ya. Pokoknya Dira sebel sama Fariz, tapi cintanya Dira sama Fariz gak bisa hilang kak, hiks.. croooootttt” jelasnya di sela-sela isakkannya, tak lupa membuang ingusnya pake tisu.
Huh… ingatkan aku untuk mencuci mobil! Kalau kalian bisa lihat keadaan mobilku bagaimana, pasti pada kabur. Lihatlah, mobilku yang tadi masih kinclong luarnya dan bersih dalamnya jadi jijay begini. Semua tisu bekas ingus Dira bertebaran. Hih suasana mobilku kaya’ kapal pecah.
Aku menggelengkan kepalaku melihat adikku yang cinta sama si bocah tengik itu. Iya sih dia perfect, tapi ternyata kelakuannya b***t banget. Ckckck…. Awas aja kalau dia deket-deket adikku lagi, aku bakar nanti dianya.
Sesampainya di rumah, aku suruh Pak Suryo mencucikan mobilku, sedangkan Dira sudah ngacir duluan masuk kedalam.
Saat aku masuk kedalam mansion, suasananya sepi. Mami sama Papi masih dikantor, sedangkan Oma-Opa pergi ke Dubai melihat perkembangan anak perusahaannya, sekalian melihat anaknya yang tak lain ialah Om Aldy.
Aku langsung masuk ke kamar dan mengganti pakaianku. Setelah berpakaian, aku duduk di meja belajarku seraya membuka I Mac. Aku membuka skype dan ternyata Rasya online. Ahaaaayyy…. Oh, Rasya bang Raka datang pretpretpret……
Raka Devan . W.
Hai, Rasya….. ;)
Aku menatap I-Mac ku dengan harap cemas.
Semoga dibales.
Semoga di bales.
Ting
Rasya Dylan .W.
Hai, juga Raka ;))
Aseeekkk…. Dibalas ahayyyy… tuh emoticon-nya kok bikin aku melting-melting gini sih? Rasya…. Rakanya tambah cinta nih.
Raka Devan .W.
Rasya, lagi apa?
Haduuuuhh… ini pertanyaan kampung banget, tapi gak apa yang penting Abang Raka tau di mana Adik Rasya… ahaay…
Tiba-tiba terdengar suara lagu di sebelah kamarku yaitu kamar Andira. Iuuuhh… lagu apaan itu? Alay banget! Kaya’ suaranya Jupe nyanyi. Tapi bukan Jupe yang nyanyi, malah ada suara Jupe dan suara Andira nyanyi yang lagu inggris dicampur lagu jawa. Ya Tuhan… ckckck…
rasa hati ini uwes broken
nemu kamu wes tak sobek sobek
kang mas indehoy karo miss tukinem
don’t alesan don’t many alesan
i sudah know mas you b******n
your wife ini minta di ceraikan
endasku saiki uwes puyeng
gara gara i think macem macem
ora peduli how do you how how
sing penting Dira uwes seneng
Aku mengernyit mendengar lagu itu. Yang bikin aku bingung adalah kenapa yang tadi liriknya Jupe diganti dengan nama Dira?
it’s oke wae mas
it’s oke wae
aku rapopo..aku rapopo..aku rapopo
Aku langsung melangkah keluar kamar menuju kamarnya Dira. Ku ketuk pintu kamar Dira tapi pintunya gak kebuka-buka. Aku memutar kenop pintu ternyata dikunci. Shiiit.. ini semua karena Fariz, awas aja dia datang lagi dalam kehidupan adikku! Jika dia datang, aku jadikan dia risoles.
don’t comeback again mas
ojo comeback again
aku rapopo..aku rapopo..aku rapopo
Daripada menunggu dia meratapi nasibnya sampe aku mengetuk pintunya dibuka, aku mengambil kunci cadangan di lantai bawah, setelah mendapat kunci cadangan, aku lari terbirit-b***t ke dalam kamar Andira, baru tiga lantai anak tangga, salah satu pelayan di mansion ini menanyaiku ada apa. Aku tak menggubrisnya, malah langsung nyelonong pergi.
Sesampainya aku di kamar Andira, aku membuka pintu kamar Dira memakai kunci cadangan yang telah ku ambil tadi. Aku tak percaya memandang kamar Dira yang tadinya rapi, bersih. Malah jadi hancur seperti habis perang dunia. Aku melangkah pelan menuju kea rah Dira yang meringkuk di atas karpet, di sampingnya ada I – Pod nya.
“Dira…” panggilku lirih. Ckckck, gak tega akunya liat adik kesayanganku menderita begini. Apalagi pakaiannya masih putih-biru yang tak lain masih memakai baju sekolahnya! Dasar ababil, baru di ‘mainin’ sama cowok aja udah se-frustasi gini, apalagi nanti dia di ceraikan ama suaminya? Yang pasti udah langsung gila. Ckck..
Dira mendongak kearahku, matanya yang sering menatapku berbinar, kini matanya menatapku dengan sembab.
“Kak, apa aku senasib sama Jupe? Kami sama-sama di ‘mainin’ sama cowok b******k tapi ini masalahnya beda, Jupe di selingkuhin sedangkan aku dijadikan bahan taruhannya si Fariz” ujarnya, aku memandangnya dengan cengo’ . Walah, kok jadi Jupe sih ujung-ujungnya?
“Shhhtt… udah jangan dipikirin terus, lupakan saja yang dilakukan Fariz sama kamu, dek. Mungkin kedepannya dia yang bertekuk lutut sama kamu” ucapku bijak. Kini adekku berbaring di atas pahaku.
“susah Kak, Dira selalu kepikiran terus, kenapa Fariznya tega banget sama Dira. Padahal Dira gak pernah jahat sama Fariz” ucapnya sedih, wajahnya ia benamkan di perutku.
“Udah, ah, gini ya kakak bilang, Fariz walaupun begitu mungkin dia kedepannya menyesal atas perbuatannya yang bikin hati kamu sakit. Disini sekarang kamu korbannya yang ngejer-ngejer Fariz, tapi siapa tau nanti kamu SMA, atau kuliah atau nggak kamunya kerja terus ketemu lagi sama Fariz, dan dia bilang dia nyesel sama perbuatannya dulu dan dia meminta agar kamu dan dia memperbaiki hubungan kalian yang rusak dulu karena ulah bodohnya dia. Ingat, Dira. Jodoh itu gak kemana. Siapatahu kedepannya jodoh kamu Fariz” ucapku panjang kali lebar. Malah, Dira tidak menggubris ucapanku. Yang kudengar adalah dengkuran halus. Dasar! Udah capek-capek jelasin dianya malah tidur.
Ku elus dahinya dengan lembut agar dia bangun. Kebo ya tetep kebo, dianya cuma menggeliat dan melanjutkan tidurnya lagi. Aduuhh… Dira, Dira. Kau adalah adekku yang sangat menggemaskan. Perlahan aku angkat tubuhnya yang ramping setelah itu ku rebahkan ia ke atas kasur queen size-nya. Setelah aku keluar dari kamarnya aku melanjutkan skype-an ku yang tertunda karena lagu jupe tadi. Aku melihat layar I-Mac ku, ternyata Rasya udah offline. Aduuuhh… istri masa depanku udah offline aja, padahal tadinya pengen video call. Tapi gak apa, aku menulis kata terakhir ku dulu tetapi bukan kata terakhir kalau aku sudah detik-detik mau mati, tapi kata terakhir karena aku mau bobok siang.
Raka Devan .W,
Oh, Rasya lagi pergi. Pergi sama siapa? Kasih tau namanya aja ya, kalo Rasya pergi ditemenin siapa
Send
Kenapa aku bertanya seperti itu? Karena tadi sebelum aku menulis kata terakhirku, si Rasya bilang kalau dia lagi pergi. Karena aku lagi kepo banget dianya pergi sama siapa, dan aku Tanya seperti itu. You know lah, masa aku sebagai calon suami Rasya gak boleh tau kalau calon istri-ku itu pergi kemana dan bersama siapa?
Setelah mengirim pesan itu, aku berbaring di ranjangku yang berukuran king size. Aku menatap langit kamar yang di lengkapi oleh gypsum. Rasya…. Tunggu Raka akan melamarmu ya… karena cinta Raka hanya untuk Rasya.. muuaaahh…
♥♥♥
Aku mendengar suara Mami yang membahana. Aku menggeliat dan ternyata Mami sudah berada di ranjangku. “Mami…” gumamku setengah sadar.
“iya, sayang. Cepat gih mandi. Kita makan malam, kamu ya tidur kok berjam-jam sih. Udah sana mandi, Mami tunggu di meja makan ya. Daritadi Papimu menyuruh Mami membangunkanmu, malah kamunya gak bangun-bangun” sungut Mami dan langung pergi.
Ya ampun ternyata dari dulu Mami gak pernah berubah, selalu aja kalo selesai ngomong, eh langsung nyelonong pergi. Eh, iya sebelum mandi liat my babe babe Rasya udah di bales skype aku atau belum. Dan ternyata udaaaaahhhh!!!!
Rasya Dylan .W.
Rasya pergi jalan-jalan ke mall sama yang namanya Angelo. Hihi.. kok Raka pengen tau banget sih? Penasaran ya?
Dan seketika mataku melotot. Apppaaaa???!! Rasya pergi sama Angelo. Jadi si Angelo sampai sekarang gak bisa pergi dari kehidupan Rasya-ku?! Awas saja kau Angelo, jika kita bertemu siapa yang akan menang mendapatkan hatinya Rasya.
“Rakaaa…. Cepetaaann mandinya, kalau gitu Mami, Papi sama Andira makan duluan ya.” Terdengar suara Mami dari intercom speaker yang menempel di dinding.
Aku menjawab melalui intercom “Iya, makan aja dulu sana Mi. Raka nyusul aja deh” ucapku lemas.
Pokoknya aku gak mau makan dulu karena mood ku yang kurang baik atas pernyataan yang ia buat. Kenapa dia harus pergi sama si Angelo sih? Kudu cepetin kuliahku agat cepet selesai dan setelah itu pergi ke Swiss untuk melamar Rasya sebelum Angelo mengambilnya. Masalah Mami restu nggak restu itu sih masalah belakangan. Tapi maharnya apa? Uang aja aku masih minta sama Papi. Ahhhh… iya ya, kan aku bisa gantiin Kakek menjadi kepala sekolah, kan gini-gini aku penerus Anderson. Ahaha… Rasya.. tunggu Raka melamarmu ya, Rasya sabar aja, Raka akan melamar Rasya jika Raka akan lulus kuliah dan dapet gelar S1. Eh, tapi-kan Rasya nya masih kelas 3 SMA. Waduuhh… akunya juga harus nunggu dia lulus dong? Ah.. gak apa, setelah dia lulus sekolah, aku akan secepatnya melamar Rasya dan membawanya ke KUA. Ahahaha… menikah muda gak apa’kan Rasya? Asalkan kamu sudah benar-benar menjadi milikku, seutuhnya!!