“Raka my honey, aku kangeeeeeeennnn banget sama Raka, nanti malam kita dinner yuk?” ajaknya sambil memagutkan tangannya di lenganku. Aku menatapnya jengah. Dinner? Mimpi aja sana.
Aku melepaskan tangannya dari lenganku, “gue sibuk, gak ada waktu buat dinner. Oke. Dan satu lagi, jangan pernah nanggep gue pacar loe lagi, karena sampai kapanpun elo bukan milik gue, ngerti?!” ujarku dan langung pergi dari kantin sekolahku. Di koridor aku melihat Nando lagi duduk di kursi, dia tampak serius sedang membaca buku. Aku melangkah kearahnya.
Aku menepuk bahunya pelan, “bro… sok sibuk amat, lagi ngapain, elo?” tanyaku.
Dia berdecak sebal seraya menutup buku yang ia baca tadi, “ngagetin aja loe bisanya, gak liat tadi gue lagi serius baca?” tanyanya sebal.
Aku terkekeh, “biasa aja lagi, gimana pedekate elo sama si Sofia?” tanyaku.
Oke, sedikit perkenalan tentang sahabatku dari SMP, namanya Nando Ariando Fernandez. Cowok most wanted guy disekolah nomor dua, yang nomor satunya adalah Raka Devan Wijaya yang tak lain ialah aku. Dia pria berdarah Indonesia dan San Fransisco. Ayahnya orang asli San Fransisco sedangkan ibunya orang Yogyakarta. Kalau kami berdua jalan-jalan pasti cewek-cewek manapun menatap kami dengan tatapan lapar. Sayang, hanya satu wanita yang tidak tergiur dengan wajahnya, namanya Sofia The First. Nggak deng, becanda, dikira kartun Disney Sofia The First. Nama lengkapnya Sofia Maura Aisyah. Wanita alim, berkerudung, dalam kamus wanita itu ialah tidak ada kata pacaran. Geerr… jadi mau gak mau pria yang mendekatinya haruslah cowok yang siap jadi imamnya. Yang benar aja kalau si Nando ngelamar dia, yah, walaupun Nando ada niat untuk menjadikan Sofia istrinya. Yang bener aja kami masih kuliah, dia aja kerja belum, uang pun masih minta di ketek emak-bapak. Well, walaupun ia adalah penerus Fernandez, emang dia udah mantap memperistrikan si Sofia? Apa dia yakin kalau hidup Sofia bahagia kalau hidup bersamanya?
Tiba-tiba titisan badut ancol datang dengan wajah habis nangis, make-upnya yang tebel sudah hancur. Nando memandangku dengan tatapan bertanya ‘Nih anak kenapa kok mewek? Loe hamilin dia ya?’
Aku memandang Nando dengan tatapan membunuh, ‘sembarangan, mana mau gue hamilin dia, idih amit-amit’
“Raka!! Kamu tega ya udah buat aku nangis, maksud kamu apaan? Hiksss… jadi, kita bener-bener udah putus?” tanyanya sambil sesenggukkan. Aku memandangnya dengan horror. Putus?! Ya Tuhan, pacaran sama dia aja belum.
“Please, Nara, kita itu gak pernah pacaran! Jangan pernah ganggu kehidupan gue lagi! Karena kalau elo masih ngaku kalau gue itu adalah cowok loe, awas aja kalau tunangan gue tau!” sungutku, Nara melongo kaget. Matanya memandangku dengan tatapan tidak percaya.
“K-kamu…. Kamu u-udah tunangan?” tanyanya tak percaya.
“Udah,” jawabku sekenannya. Dan pergi dari koridor kampus, Nando mengikutiku dari belakang.
“bro.. wait!!” ucap Nando, tangan kanannya memegang bahuku. Aku menatapnya dengan bertanya. “elo? Elo udah tunangan? Kok bisa? Dan elo belum bilang ke gue kalau elo udah tunangan. Teganya.”
“Gak, lah. Itu sih akal-akalan gue aja, biar tuh badut gak ngikutin dan ngaku-ngaku kalau gue pacarnya’ sungutku.
“Ah, syukurlah, hehe… kalau elo tunangan beneran dan gak ngasih tau gue, liat aja kalau elo nikah gue bakar tempat nikahan elo” ujarnya sadis.
Aku terkekeh geli, “ah, iya tenang aja my big bro… gue nikah elo gue undang kok, jadi gulung kabel”
Nando melototkan matanya, “sialan, apa jadinya gue jadi gulung kabel, kasian si Sofia istri masa depan gue nanti hidupnya susah” ucapnya sambil bergidik.
Aku terkekeh, “nggak lah, becanda aja kok, yaudah masuk kelas yuk,” ajakku dan diangguki olehnya. Dan kami pun masuk ke kelas.
♥♥♥
Setelah pulang dari kampus, Mami menyuruhku untuk menjemput Andira di sekolahnya. Begini nasib jadi abang, harus antar-jemput sang adik tercinta. Padahal, Mami pernah menawarkan kalau Andira bakal diantar-jemput oleh supir keluargaku, malah Andira-nya gak mau. Katanya enakan di antar-jemput sama abangnya. Alasanya? Gak masuk akal, Dira bilang, biar bisa pamer kalau dia punya abang yang super-duper ganteng. Ahahaha…
Dan disinilah aku, menunggu adikku keluar dari kelasnya. Aku menyandarkan punggungku di pintu mobil sambil memakaikan kaca mata hitamku. Sekolah ini adalah milik keluarga Mami, nama sekolah ini adalah Anderson Internasional School. Dulu waktu SD kelas 6 –pindahan dari sekolah punya Opa-, SMP, aku disekolahkan Mami disini, yang ada malah cewek-cewek pada ganggu’in aku. Awalnya sih akunya risih, tapi yah inilah nasib kalau punya wajah ganteng, pada diganggu sama cewek-cewek centil gak jelas begitu, mendingan juga si Rasya, udah cantik, imut, baik, kalem. Dan nostalgiaku berhenti karena bunyi bel yang aduhai suaranya. 10 menit kemudian, bel sekolah adikku berbunyi, anak-anak sekolah pada berhamburan keluar dari kelasnya. Aku mencari sosok adikku, malah dia belum menampakkan batang hidungnya. Tiba-tiba terlihatlah adikku itu lari-lari bak dikejer anjing gila, bajunya yang tadi pagi terlihat rapid an kini menjadi kusut, begitupun rok birunya.
“Kakak…. “ teriaknya histeris. Hih, nih adikku kenapa? Apa jangan-jangan dikejer suster ngesot? Walah, kok bisa gitu dikejer suster ngesot? Kan si suster itu dia jalannya ngesot-ngesot, nah adikku itu jalannya pake kaki, percuma dia lari, wong susternya juga pasti kalah main lari-larian ama Andira.
Andira langsung menghambur kepelukanku, “Andira sayang, kamu kenapa? Cerita sama kakak,” ucapku sambil mengelus puncak kepala adikku. Dan kini semua mata tertuju pada aku dan Dira.
“Fariz, kak. Hiks… dia, dia mainin Dira” ujarnya sesenggukkan.
Fariz? Siapa Fariz? “Fariz tuh siapa?” tanyaku bingung.
Andira melepaskan pelukannya dan kini ia mencubit pinggangku, “Fariz, kakak! Kakak udah lupa gitu sama Fariz? Fariz yang dulu Dira suka dan Dira kejer-kejer” ujarnya tambah mewek.
Oh… Fariz, Fariz yang pernah Dira kejer dan alhasil waktu ada acara temennya ulang tahun. “oh, iya, iya. Kakak tau sayang, terus apa hubungannya sama ‘mainin’ ? eum? Apa dia beli mainan untuk Dira?” tanyaku blo’on dan kini Dira tambah nangis, hingusnya ia elap di kemejaku. Iuuuww… jorok amet sih si Dira, Mami ngidamin dia apa coba?
“Dira, jorok banget sih, ih. Geli tau, liat nih, kemeja kakak ngecap sama hingus kamu” ujarku sambil menunjuk kemejaku yang sudah di cap oleh ingusnya Dira.
Dianya sih masa bodo’ dasar tuh adik aneh. Hih….
“Kakak, ish gak peka banget sih jadi orang” sungutnya, mulutnya ia menye-menyekan, “Fariz ternyata pacarin aku cuma taruhan aja, hiks… sebel banget pokoknya sama Fariz” ujarnya dan kini dia malah pukul dadaku.
Oke, kita kenalin dulu pacar Andira, namanya Alfarizi Arsyad Pratama. Ganteng, iya. Kaya, iya. Punya senyum menawan, iya. Pokoknya dia adalah tipe cowok yang di idamin oleh Andira. Tapi saat Dira di pacarin sama si Fariz, wuh bahagianya nauuzubilah, bayangin, setelah dari acara ultah kawannya, dia langsung guling-guling gak jelas di kasur. Ckckck…. adek s***p.
Tanpa pikir panjang, sebagai abang yang baik, ganteng mirip artis Hollywood, aku langsung mencari Fariz ke dalam sekolah, tak peduli lagi akunya yang di panggil-panggil terus sama si Dira. Pokoknya satu fokusku hanya Fariz cowok b******k yang udah menyakiti hati adikku. Kalau sampai aku ketemu sama dia, aku cincang-cincang wajah gantengnya itu biar adikku gak klepek-klepek sama cowok b******k itu lagi.
Aku langsung menuju ruang tata usaha dan mengambil mic. Huh, biar saja kena marah sama Kakek Anderson, toh aku cucunya kok, calon penerus Anderson dan Wijaya. Ahaha……
“Tes 1. 2. 3. Mohon perhatiannya, tolong jangan ada yang pulang dulu”
Dan semua anak-anak pada ngumpul di lapangan sekolah, cewek-cewek menatapku pada mupeng. Oke, jangan piker cewek-cewek, di Swiss ada yang menungguku siapalagi kalau bukan Rasya.
“Saya mau memanggil seseorang yang bernama Alfariz Arsyad Pratama” ucapku dengan suara lantang, kini yang tadinya pada riuh ngomongin aku:
“gilaaaa…. Itu siapa? Wiiihhh… cakeeep bener”
“Malaikat, ada malaikat yang baru turun dari planet Mars, aaaaaaa…… ganteeeenggg… mirip Logan Lerman”
“Omaigaaaaatttt!!!!!! Pahatan tuhan yang paling sempurna”
Dan blablabla…. Suara mereka pun menjadi hening karena panggilanku terpusat satu nama yaitu, Fariz si titisan manusia monyet.
Segitunya banget ya kalau liat cowok ganteng? Yang paling aneh itu saat aku dibilang mirip Logan Lerman, iya sih, banyak banget yang bilang aku seperti itu entah yang keberapa kalinya. Ckckck… harusnya Rasya juga bisa klepek-klepek sama aku kaya’ Nara yang sering ngejer-ngejer aku. Lha, ini kok jadi si Nara sih?
Dan pria itu berdiri tak jauh dari hadapanku dengan tegang. Huh, dasar b******k! Dia kira adek gue mobil-mobilan hot wheels apa yang seenak jidatnya pake di mainin gitu? I got you Alfariz Arsyad Pratama…..
Saat si kampreto sudah kudapat dan kini, aku sedang mencari adikku tersayang. Dan pandanganku bertemu dengan Dira, ternyata dia masih ditempat yang tadi. Oke, kita harus apa’kan dulu si kampreto satu ini? Di cincang? Di dendeng? Di rendang’in? Di gulai? Di soup? Di bakar? Ya Tuhan dikira manusia itu daging apa? Oke, kayaknya kita harus mutilasi nih orang.
“Saya mohon yang bernama Alfariz Arsyad Pratama berdiri di hadapan saya sekarang juga!!!!” ujarku dengan nada dingin. Mataku terpusat kearahnya, kalian tahu, disebelahnya tuh ada seorang cewek. SEORANG CEWEK!!!! Pantes si Andira nangis kejer gitu, rupanya Dira gak hanya ditaruh’in ternyata diselingkuhin juga. Wah, bener-bener tuh orang, minta dihajar ternyata.
Kini pria itu menyuruh perempuannya menunggu disana. Dan tanpa babibu pria itu berjalan kearahku, aku terus menatapnya tajam. Ganteng sih ganteng, tapi hatinya? Lihat aja tuh orang ku sumpahin dia kena karma. Aku tersenyum sinis saat dia sudah berdiri dihadapanku.
Bugh….
Satu tonjokkan mengenai wajahnya, kira aku dia hanya diam, ternyata dia membalas tonjokkanku.
Buuaaaghh…
Arrrgghhh… sialan, sakit bener. Semua mata tertuju pada kami, tak peduli pada mereka yang menatapku dengan Fariz. Dan aku pun ingin membalas tonjokanku, malah tanganku dicekalnya. Baiklah, ternyata dia bener-bener mau ‘bermain-main’ denganku. Langsung saja aku tendang perutnya dengan kakiku.
Buuuggghhh…………
Fariz terpental, tangannya memegang perutnya yang habis kutendang tadi, bibirnya mengaduh sakit. Hahaha syukurin siapa suruh jahatin my baby girl aku. Huh! Mampus sana sekalian!!
Aku mendekatinya yang berbaring di lantai karena terpental oleh tendanganku, kini aku mencengkram kerah baju seragamnya “jadi ini yang namanya Fariz?” tanyaku dengan nada mencemoh.
Dia mengangguk.
“Baiklah, dan aku yakini bahwa kau adalah Alfariz Arsyad Pratama, benar?” tanyaku dan menatapnya tajam.
Dia mengangguk lagi. Aku mempereratkan cengkramanku di kerahnya tapi ada tangan lain yang menghalangi, bukan, bukan tangan Fariz, tapi aku agak familiar deh, saat aku lihat ternyata itu tangan Andira. Dia memohon padaku untuk menghentikannya. Enak saja, Fariz udah jahatin dia juga, harusnya dibalas dengan kejahatan.
Aku menyuruh Andira untuk menjauh dariku tadinya dia keukeh gak mau, aku mengancam kalau masalah ini akan aku bilang pada Papi dan Mami, karna dia takut, dia pun menuruti perintahku.
“Maksud loe mempermainkan dia apa, hah?” tanyaku dengan marah.
“Beneran saya jujur, walaupun saya pernah mempermainkan hatinya, tapi saya bener-bener cinta sama Andira kak.” Ucapnya. Seenak undel dia aja kalo ngomong. Cinta?
Duuaaaghhh….
Nih makan tuh cinta. Dasar banci!
“cinta loe bilang? Setelah loe menyakiti hati adik gue? k*****t banget sih? Loe kira loe siapa, hah? Seenaknya aja main hati adik gue” ujarku marah.
"Oke, aku jujur, kalau aku sudah taruhan sama temenku kalau aku bisa mendapat Andira, tapi jujur, semenjak Andira menjadi pacarku, aku merasa nyaman bersama dia." ujarnya sambil meringis sakit.
Nyaman apa? Nyaman kalau dia dikembarin sama monyet? Dasar kutukupret k*****t! Seenak undelnya aja kalau ngomong, pake bilangin nyaman sama adikku. Nih anak minta di tabok.
“Heehh… kalian disana, berhenti! Yang lain, bubar sekarang juga!!!”ujar suara itu dengan lantang. Semua yang tadi pada ngumpul kayak semut mencari lobang tanah, kini berhambur pergi walaupun aku tahu mereka masih pengen tau masalah apa.
Itu suara punya siapa? Kayaknya pernah denger deh. Aku langsung melepaskan cengkramanku dan menoleh ke asal suara. Wuuaadduuuhh…. Mampus, alamat masuk neraka j*****m deh kalau udah kepergok begini. Aduh, Tuhaaannn.... aku mohon kalau bisa telanlah aku sekarang juga...