Darren meminta istrinya itu mau diajak pergi ke kantornya besok.
"Aku—" Zeline terdengar ragu.
"Mau?" tanya Darren lagi dan akhirnya Zeline mengangguk. Dia tidak ingin jika suaminya kecewa.
"Terima kasih." Darren mengusap rambut Zeline. Rambut yang selalu membuatnya risi karena terlalu panjang dan jarang diikat.
Darren melihat isi lemari Zeline, semua bajunya berwarna putih.
Apa istriku maniak warna putih?
Dia melihat-lihat modelnya dan semua sangat kuno. Kebanyakan adalah baju putih terusan sampai betis lengan panjang. Zeline 'kan istri seorang Darren, CEO agensi model, tidak mungkin memakai pakaian seperti ini ke kantor.
"Besok kita ke salon dulu ya?" Darren berbicara lembut. Kalau dengan orang lain dia tidak mungkin selembut ini, tapi Zeline berbeda, wanita itu istrinya dan terlihat sangat rapuh. Walau penampilan di awal menakutkan dan terkesan dingin, seharian ini bersama Zeline, dapat ia simpulkan bahwa penampilan menakutkan dari Zeline untuk menutupi kerapuhannya.
"Tapi, boleh aku pakai dress putih?" tanya Zeline.
Tuh 'kan dia maniak putih. Darren hanya mengangguk tanpa bertanya.
Zeline menyukai baju putih karena pakaian putih bisa sedikit memberikannya ketenangan ketika banyaknya aura gelap di sekitarnya. Dia selalu bisa melihat aura-aura kebencian orang-orang, terlebih Fenny dan ketiga putri wanita itu. Maka dari itu, setidaknya memakai pakaian putih membuatnya nyaman.
Darren meminta Zeline segera tidur karena besok pagi sekali mereka harus bergegas pergi. Namun, Zeline bukannya tidur dia menjadi waswas dan akhirnya hanya bisa tidur sekitar satu jam.
Darren berangkat pagi sekali bersama Zeline. Rambut istrinya itu kembali terurai menutupi mata sebelah kirinya. Untung tidak memakai eyeshadow hitam lagi, tapi tetap terlihat menyeramkan, hanya saja Darren tidak protes karena nanti juga akan di make over.
***
Darren sedang menunggu istrinya yang didandani oleh Nana, penata rias pengantin Zeline saat menikah dengannya. Kemarin Darren sempat menghubungi Nana, penasaran saja mengapa istrinya berpenampilan seperti itu saat pernikahan dan jawaban Nana adalah karena suruhan Fenny, tapi akhirnya Zeline menyetujui.
Saat mengingat Fenny yang membuat ia jengkel, Zeline keluar dengan menggunakan dress putih brokat selutut short sleeve. Entah kenapa perasaan jengkel dalam diri Darren hilang melihat penampilan bak bidadari istrinya.
Rambut indah sekaligus menyeramkan Zeline tetap terurai hanya saja diberi jalinan di samping-sampingnya lalu di satukan di belakang. Darren tersenyum untuk sang istri, dia merasa bangga sekarang karena Zeline adalah istrinya. Namun, pria itu tahu sang istri tampak gugup sejak tadi. Darren menggenggam telapak tangan Zeline keluar dari tempat itu. Bahkan ketika di dalam mobil mereka masih bergenggaman tangan.
Darren hanya diam sambil memandang keluar, tapi tidak melepaskan genggaman tangannya pada Zeline. Sementara wanita itu merasa suaminya sangat perhatian, baru kali ini ketika dia ketakutan, ada seseorang di sampingnya.
"Zel …," panggil Darren. Zeline menoleh pada suaminya, sedangkan Darren tetap menatap ke jendela.
"Kamu istri seorang Darren Mahaprana dan saya akan selalu berdiri di depan kamu hingga tak ada seorang pun yang akan mengganggu kamu," ucap pria itu. Kalau orang yang sangat mengenal Darren mendengar ucapannya saat ini, pasti mereka akan tercengang. Seperti halnya sopir di mobil itu yang bernama Yadi, tidak menyangka Darren bisa berbicara seperti itu kepada seorang wanita. Walau itu istrinya, tapi bukankah mereka tidak dekat.
Zeline ingin menangis, tapi takut dandanannya akan berantakan. Dia baru merasakan perasaan seperti ini, perasaan akan ada yang selalu melindunginya.
Zeline menggeser duduknya menempeli Darren. Sekarang gadis itu sudah sedikit berani.
"Saya memancarkan warna apa sampai kamu menempeli saya seperti ini?" tanyanya, tapi tidak menoleh pada Zeline.
"Jingga," jawab Zeline singkat.
"Artinya?" Darren akhirnya menoleh kepada istrinya itu.
"Seseorang yang penuh percaya diri, optimis, dan hangat." Darren mengernyit percaya diri dan optimis itu memang dirinya, tapi hangat baru pertama kali dia dengar bahwa seorang Darren Mahaprana memancarkan kehangatan.
Sudahlah suka-suka istriku.
Zeline memeluk erat lengan Darren ketika memasuki kantor.
Apa Zeline benar-benar takut dunia luar? Darren merasa ketakutan Zeline meningkat ketika banyak karyawannya yang menatap mereka heran.
Sebenarnya mereka bertanya-tanya siapa wanita cantik bak bidadari di samping sang bos. Mereka 'kan hanya mengingat istri bosnya adalah seorang wanita dengan tampilan menyeramkan.
Tidak mungkin 'kan wanita itu istri bos?
Sampai Aliqa yang keluar dari lift ingin menyambut Darren dan Zeline menghampiri mereka.
"Loh, kakak ipar mana, dia siapa?" Aliqa mengeyit. "Tidak mungkin, 'kan?"
"Apanya yang tidak mungkin? Kemarin, saat pernikahan kami, Zeline lagi cosplay bertemakan makhluk halus, biar kelihatan unik. Benar, 'kan?" Darren menoleh pada istrinya dan menatap lekat mata wanita itu seperti bicara pada Zeline kalau ia hanya perlu mengangguk. Zeline pun mengangguk ragu.
"Oh, jadi kakak ipar aslinya cantik banget begini!" pekik Aliqa. Kalau tahu begitu dia sudah sering main ke rumah Darren. Siapa tahu dia bisa mendapat tips kecantikan dari Zeline.
Mana Zeline tahu tentang kecantikan?
Beberapa karyawan yang mendengar pun terkejut. Ternyata saat pernikahan itu cosplay. Mereka sudah mengira bosnya sampai menikahi wanita aneh agar terbebas dari rumor.
"Hai kakak ipar Zeline aku Aliqa," sapa gadis itu ramah. Zeline sudah diceritakan tentang Aliqa, dia sepupu sekaligus sekretaris Darren. Usianya seumuran Cintya.
"Panggil Zeline saja."
"Oke kita saling panggil nama, biar kelihatan seumuran." Zeline mengangguk kaku. Ia tak tahu bagaimana cara berinteraksi dengan Aliqa.
Namun, Aliqa segera merangkul lengan kiri Zeline yang bebas dari Darren. "Ayo kita langsung ke teater. Pesertanya sudah ada di sana. Bang Azka dan Bang Lutfi juga."
Azka dan Lutfi adalah pelatih akting yang juga menjadi juri kali ini. Sebenarnya Darren mengundang dua orang penikmat n****+ ini, tapi nyatanya mereka tak bisa hadir.
Sekarang Zeline berjalan sambil diapit oleh Darren dan Aliqa.
Tentu saja Zeline tak merasa risi? Selain dia menyukai warna aura suaminya, dia juga menyukai warna aura Aliqa.
Kuning. Ramah, humoris, dan ceria. Orang yang mudah bergaul dan senang menyampaikan pendapatnya. Itulah Aliqa menurut pandangan warna auranya.
Namun, sesampainya di teater Zeline kembali takut. Banyak sekali pria di sana. Warna aura yang berbeda-beda membuatnya pusing. Lalu, ada warna-warna yang Zeline tak sukai.
Salah satu peserta model menyeringai melihat Zeline.
Ternyata dari itik buruk rupa setelah menikah kamu menjadi angsa cantik.
Lingga Maheswara kekasih dari Listya sangat mengenal Zeline, mereka pernah sekelas saat SMA dan hampir melakukan malam panas, tapi semua itu gagal.
Zeline tidak melihat ada Lingga di sana, dia mengikuti Darren yang membawanya duduk di kursi depan.
Setelahnya Darren diminta untuk memberi sambutan.
"Oke semuanya, seperti yang kalian ketahui, hari ini adalah audisi pertama web series yang diangkat dari n****+ New Life. Dari 50 orang yang mendaftar, kami akan menyaringnya dengan target 10 orang bisa kurang ataupun lebih untuk ikut audisi dengan sutradara dan casting director web series ini. Nanti setiap peserta akan direkam satu persatu saat proses audisi. Juri kali ini seperti yang kalian ketahui ada Bang Azka dan Bang Lutfi sebagai profesional di bidang akting. Lalu ada saya, istri saya, dan sekretaris saya, semua dari kami sudah membaca novelnya." Darren memperlihatkan n****+ New Life. Kecuali aku, lanjut batinnya. Dia hanya berpedoman dengan rangkuman Zeline.
"Akhir kata semoga sukses dan saya berharap semua yang terpilih nanti benar-benar bisa ikut berpartisipasi dalam web series ini. Terima kasih."
Semua bertepuk tangan atas kata sambutan dari Darren, begitu pun Zeline. Suaminya sangat berkarisma berbeda dengannya yang selalu hidup dalam ketakutan.
Benar-benar membuat insecure.