Setelah Zeline tiba di hotel, gadis itu langsung dirias. Zeline dirias sangat cantik.
"Mbak, cantik banget suka kulitnya alami. Mbak bakal lebih fresh kalau rambutnya di potong beberapa centi, kalau berkenan mampir ke salon kami ya, Mbak," ucap seorang penata rias memberikan kartu nama.
"Iya." Zeline menjawab sedikit dingin ini bentuk pertahanan dirinya selama ini pada orang baru.
Aslinya Zeline sangat gugup bukan karena akan menikah, tapi juga karena sudah sejak lama dia tak berinteraksi dengan orang baru. Untung penata rias yang bernama Nana itu beraura positif sehingga tidak terlalu membuat Zeeya takut.
"Gugup ya, Mbak? Semoga mempelai pria memang jodoh Mbak sebenarnya. Mungkin memang takdir mbak dan masnya dipersatukan dengan cara seperti ini," ungkap penata rias yang bernama Nana itu lagi. Dia tahu Zeline bersikap sedikit dingin karena gugup, menjadi pengantin pengganti pasti tidak mudah.
"Terima kasih." Zeline tersenyum tipis.
Namun, tidak beberapa lama datanglah Fenny dan Listya. Mereka tidak suka dengan dandanan cantik Zeline.
"Pakaikan eyeshadow hitam yang tebal melingkari matanya dan bibirnya dibuat pucat!" perintah Fenny pada Nana dan tim. Tentu mereka tidak langsung melaksanakan, kenapa harus tampil seperti itu kalau bisa tampil cantik pada pernikahan. Setiap wanita pasti berharap pernikahannya untuk sekali seumur hidup dan pasti menginginkan mereka bisa berpenampilan sangat cantik di hari sakral tersebut.
Fenny geram sepertinya penata rias tidak mau menurutinya. Dia berbisik pada Zeline. "Ini saya lakukan untuk kebaikanmu, kamu tahu keluarga Mahaprana itu marah sekali karena Cintya kabur dan dengan kamu berdandan seram mereka tidak akan berani menyakiti kamu dan keluarga saya. Mereka akan takut denganmu, membiarkanmu hidup damai, dan tidak akan menyakitimu nanti."
Bohong! Zeline tahu itu adalah sebuah kebohongan. Tidak mungkin Fenny peduli pada dirinya, warna aura yang dipancarkan Fenny juga menunjukkan ketidakjujuran. Ini pasti untuk kepentingannya.
Namun, kalau keluarga itu benar-benar marah, apakah dia nanti akan diperlakukan sama seperti di rumah atau pamannya akan disakiti oleh keluarga Mahaprana. Zeline takut.
Dulu saat SMA ia mulai mengubah penampilan, rambut panjangnya selalu menutupi mata kiri dan bibirnya dibuat pucat, sekeliling matanya pun dibuat hitam. Dan ternyata cara itu berhasil tidak ada yang menindasnya seperti saat SMP. Namun, ada satu kejadian buruk yang menimpanya saat SMA, ini diakibatkan oleh Listya dan kekasihnya. Tentu Listya tidak takut dengan Zeline karena dia tahu Zeline orang yang seperti apa dan berpenampilan seperti itu hanya untuk menutupi kelemahannya.
Zeline akhirnya meminta penata rias untuk menyetujui usulan Fenny. Dia juga takut calon suami dan calon mertuanya akan menindas dirinya.
Rambut panjang yang disanggul cantik harus kembali digerai lurus, begitu pun lipstik dihapus dan dipakaikan warna pucat. Eyeshadow hitam mengelilingi bagian matanya sekarang.
Fenny yang menyaksikan itu cukup puas. Broto dan Rossy akan semakin percaya kalau Zeline wanita aneh penganut ilmu hitam.
***
"Sah!"
Semua mengucap syukur karena pernikahan Darren berhasil dilakukan. Namun, beberapa tamu bingung karena nama perempuan tidak sama seperti yang tertera dalam undangan.
Mata mereka terbelalak ketika Zeline keluar dengan pakaian putih rambut panjang hampir sampai pinggang yang tergerai menutupi sebelah matanya. Terdapat lingkaran hitam di mata lainnya dan bibirnya pucat.
Inikah istri Darren. Mereka tidak bisa membayangkan bahwa Darren, putra dari pengusaha kelapa sawit dan seorang CEO agensi model memilih wanita seperti ini untuk dijadikan istri. Pernikahan mereka bukan mengusung tema horor mengapa berpenampilan mengerikan seperti itu.
Zeline berusaha tidak memperhatikan tamu. Sebenarnya tangannya gemetar karena takut. Untunglah jika mata kirinya tertutup karena rambut, dia akan susah melihat warna aura.
Di sini Zeline bisa melihat suami dan mertuanya sangat takut dari gerak-gerik mereka. Maaf aku tidak bermaksud membuat kalian takut.
Darren syok berat, tiba-tiba ia merinding. Berarti benar yang dilihatnya saat pertama kali pergi ke rumah Haris adalah Zeline, bukan makhluk halus seperti yang ia kira. Darren melirik ke arah kedua orang tuanya yang berubah pucat. Mereka sepertinya lebih takut, ada apa?
Darren belum tahu Broto dan Rossy mengira kalau Zeline wanita aneh penganut ilmu hitam, penyuka hal-hal mistis, dan mereka tambah mempercayai ucapan Fenny itu karena didukung dengan penampilan Zeline saat ini.
Haris melirik tajam sang istri. Ini pastilah ulah Fenny sehingga Zeline memilih berdandan seperti itu. Padahal dia yakin keluarga Broto baik dan tidak akan menindas keponakannya itu.
Zeline ragu menyalami telapak tangan Darren. Apalagi Darren, yang sudah merinding disko. Pernikahan terasa semakin suram tak ada senyum di kedua mempelai maupun keluarga. Perasaan mereka bercampur aduk. Pernikahan megah itu berakhir begitu saja dengan tamu-tamu yang menganggap aneh sang mempelai wanita.
Zeline sudah berganti dengan baju terusan putih yang ia gunakan saat pergi tadi. Dia tahu Darren dan kedua orang tuanya benar-benar menjaga jarak. Bukankah itu yang ia inginkan? Dirinya ingin hidup damai tanpa penindasan, tapi kenapa ada rasa sedih ketika dia tidak dipedulikan. Perasaan baru lagi yang ia rasakan.
Sekarang mereka berada di rumah Haris. Zeline sedang menyiapkan barang-barangnya untuk pindah ke rumah Darren. Sementara Haris meminta Broto dan Rossy untuk mengobrol berdua dengannya.
"Broto, Rossy, tolong jaga Zeline putri Arga dengan baik. Perlakukanlah dia seperti anak kalian sendiri. Setelah Arga dan Nara meninggal anak itu tidak pernah mendapat kebahagiaannya karena aku tidak bisa memberikannya. Kalau kalian berpikir dia aneh, itu sama sekali tidak benar, jika kalian lebih dekat dengannya kalian akan tahu betapa baik dan tulusnya anak itu." Haris memegang tangan Broto, sahabatnya dan tampak memohon. Broto merasa itu permohonan tulus dari Haris bukan terpengaruh ilmu hitam, dia pun mengangguk begitu juga dengan Rossy menjadi kasihan karena Haris meneteskan air mata.
Haris kemudian memanggil Darren untuk berbicara berdua dengannya. "Om tahu kamu marah akan tindakan Cintya, tapi Om mohon jangan sakiti Zeline karena ini. Meski kamu belum menyukainya perlakukanlah ia dengan baik. Hanya itu yang Om pinta." Darren sebenarnya tidak peduli pada wanita, yang menurutnya sangat menjengkelkan, tapi kalau berperilaku baik saja dia tidak masalah asalkan si Zeline yang keturunan Sadako itu tidak aneh-aneh.
"Iya, Om. Saya akan memperlakukan Zeline dengan baik."
***
Dua mobil pun berangkat dari rumah Haris menuju kediaman Mahaprana. Yang pertama adalah mobil Broto dan Rossy beserta sopir dan yang kedua adalah mobil Darren yang ia sopiri sendiri dan Zeline duduk di belakang. Biarlah Darren dianggap sopir di sini daripada ia harus bersebelahan dengan Zeline. Dia takut? Tentu tidak, tapi berada di dekat Zeline dia merasa tidak nyaman dan sedikit merinding. Hanya sedikit kawan-kawan.
Di perjalanan ke rumah, Darren melirik kepada istrinya agak aneh rasanya menyebut Zeline istri. Ternyata Gadis itu sedang tertidur lelap dengan wajah tertutup rambut. Seketika Darren merasa dia seperti bintang film horor yang sedang menyetir mobil dan tiba-tiba di belakang ada penampakan Sadako. Ngeri juga, tapi tidak mungkin penampakan pada siang hari.
Rumah besar dan megah bergaya klasik, di sanalah tempat tinggal Darren sedari kecil. Papanya sebagai pengusaha kelapa sawit yang membeli rumah ini untuk keluarga mereka. Hanya saja kakek, nenek, dan pamannya sudah tiada sekarang. Agensi model yang ia pegang saat ini, pamannyalah yang menjadi founder, sayangnya sang paman tidak mempunyai anak dan diwariskan perusahaan itu padanya.
Mobil Darren memasuki gerbang besar rumahnya, lalu pria itu memarkirkan mobilnya di depan teras. Darren perhatikan sepertinya kedua orang tuanya sudah tiba di rumah.
Sekarang Darren bingung bagaimana cara membangunkan istrinya yang mirip Sadako ini. "Bangun!" Pria itu mulai bersuara, tapi sang istri sepertinya sangat lelap.
Darren memberanikan diri menoleh ke belakang. Ingat, dia bukan takut, tapi hanya merasa tidak nyaman melihat penampakan Zeline.
"Zeline bangun!" Jari telunjuknya menyentuh lutut Zeline untuk membangunkan gadis itu.
Zeline yang merasa terganggu menggerak-gerakkan kakinya hingga bagian bawah baju terusan putih sampai lututnya terangkat dan terpampanglah paha mulus di depan mata Darren.
Pria itu langsung mengalihkan pandangan. Kenapa mulus sekali?
Apa yang kamu pikirkan, Darr? Mana mungkin kamu mau tidur bareng keturunan Sadako.
"Zeline bangun kalau tidak saya tinggal!" Suara Darren meninggi membuat Zeline tersentak kaget.
"Sudah sampai?" tanya Zeline dengan nada sedikit dingin, biasa dia tujukan kepada orang yang baru dikenalnya. Pertama kali Darren mendengar suara istrinya itu dan sekarang ia kembali merinding disko. Darren pun menjawab iya dengan singkat.
Zeline tiba-tiba terkejut karena pakaiannya tersingkap dan segera ia perbaiki. Apa Mas Darren yang naikin baju aku? Apa Mas Darren tipikal suami genit ya? batin Zeline bertanya-tanya sembari menggigit bibirnya malu.