Mimpi Zahra

1023 Kata
Awan hitam pekat nampak mewarnai seluruh cakrawala dengan begitu menyeramkan. Dentuman gemuruh, sambaran demi sambaran petir dan guntur saling bersahutan bergantian. Terlihat seorang wanita sedang memandang ke arah atas. Tak pernah wanita itu melihat atau menemui mendung semengerikan itu di hari-hari sebelumnya. Atraksi mendung gelap yang mencekam tersebut benar-benar membuatnya merinding dan bergidik takut. Anehnya, wanita itu tidak merasakan sama sekali ada desiran angin yang menyapa kulit-kulitnya. Bukankah dengan panorama mendung sedahsyat ini harusnya angin berhembus dengan kencang? Wanita yang memakai hijab atau tudung kepala itu sedang kebingungan. Tatkala ia menatap ke bawah, kedua tangannya ternyata sedang mendekap sesuatu begitu erat. Dengan sangat hati-hati, perlahan ia singkap kain-kain yang menutupi benda berharga, yang sedang wanita itu dekap saat ini oleh kedua tangannya. Wanita itu menatap dalam, ternyata secercah lukisan indah Tuhan pada wajah seorang balita laki-laki mungil terlihat manakala wanita itu menyingkap kain-kainnya. "Anakku sayang," Ia bergumam. Ternyata ia sedang mendekap putranya sendiri. Suasana seketika berganti. Wanita itu kemudian ditampakkan sesuatu yang jauh lebih mengerikan daripada cuaca mendung yang baru saja dihadirkan. Sebuah kehancuran terjadi dimana-mana. Wanita itu melihat berbagai macam jenis kehancuran di depan matanya. Runtuhnya kehidupan dan peradaban, disuguhkan tepat di hadapan kedua bola mata wanita itu. Wanita tersebut kemudian tertunduk, meringis dan terjongkok ketakutan, ia coba menutupi kedua telinganya dari teriakan-teriakan manusia yang begitu mengerikan dan memilukan. Tubuhnya bergerak menjauhi semua kekacauan itu. Namun kemana pun wanita tersebut coba berlari, menghindari setiap penampakan dari kehancuran banyak manusia di sekitarnya, ia tetap bisa melihat kesedihan dan penderitaan mereka. Wanita itu kemudian menyadari, bahwa ia sedang berada di tengah-tengah kemelut kehancuran bagi seluruh kehidupan manusia di bumi. Asap-asap hitam kemudian mulai bertebaran, mengepung dan mengelilingi sang wanita serta balita yang sedang digendongnya. Asap apa ini? Pikir sang wanita heran. Dia kemudian menatap ke sekelilingnya, dan alangkah terkejutnya ia tatkala mendapati semua manusia satu persatu menghembuskan napas terakhir mereka saat asap itu mulai menjamah dan menghampiri tubuh masing-masing manusia. Wanita itu tentu saja tak tinggal diam. Dia berlari sejauh mungkin menjauhi asap hitam mematikan untuk menyelamatkan dirinya beserta anak yang sedang didekapnya. Wanita itu sempat menoleh, kemudian ia mendapati sesosok hitam berjubah, memegang sebilah sabit yang begitu panjang dan tajam, seakan siap menuai apa yang ingin sosok itu tuai. Cerminan malaikat kematian kini juga muncul di hadapan wanita tersebut. Wanita itu lalu melanjutkan berlari sejauh yang ia bisa, kesana kemari tak tentu arah. Hingga ia akhirnya sampai di suatu bukit yang ia sendiri tak tahu apa namanya dan dimana. Wanita itu lalu naik ke atas menaiki bukit. Sekarang ia telah berada di puncaknya. Sedang berdiri. Sang wanita menoleh ke bawah, lalu melihat sebuah bangunan persegi yang sangat indah. Bercahaya dengan amat terang menyilaukan mata. Hal terindah yang pernah ia lihat sejauh ini. Berbeda dengan kolase kehancuran yang tadi ia lihat ada dimana-mana. Pemandangan yang satu ini berbeda, benar-benar menyejukkan hatinya. Ia merasa tenang ketika memandangi bangunan persegi tersebut. Wanita itu pun kemudian memutuskan untuk turun ke bawah bukit, berjalan menghampiri bangunan yang memancarkan kilauan cahaya indah. Sebuah bangunan mulia yang ditutup oleh kain hitam bernama Kiswah. Semakin dekat wanita itu menghampiri bangunan berbentuk persegi yang tertutup rapat tersebut. Semakin ia mengenalinya. "Rumah Tuhanku." Gumamnya. Kedua matanya tiba-tiba meneteskan air mata. Kegetiran dan rasa haru seketika menguasai seluruh batang tubuh dan setiap seluk sanubari jiwa sang wanita. Sang wanita memandangi bangunan persegi dengan tutupan sebuah kain hitam menjuntai itu dengan begitu khidmat. Menggunakan sebelah tangannya ia menjamah lembut kain hitam tersebut. Ia jalankan tangan kirinya sembari merasakan jamahan halus dari kain yang menutupi rumah suci itu. Namun entah kenapa, sang wanita tiba-tiba ingin menyingkap kain hitam yang menutupinya, hingga ia menariknya dengan keras untuk mencoba membuka seluruh kain. Tatkala ia menarik seluruh kain hitam yang menutupi bangunan suci tersebut, ia tidak lagi mendapati bentuk persegi sebagaimana tadi bangunan itu tertutupi, melainkan sang wanita melihat seorang laki-laki yang dikenalinya. Seseorang yang sangat ia cintai. Suaminya sendiri! Wanita berkerudung itu langsung terheran. Sang suami menatapnya dengan tatapan yang kosong, ekspresinya begitu dingin. Bahkan sang suami dilihatnya sedang ditemani oleh seorang wanita cantik tak dikenal berambut panjang lebat. Berdiri berpegangan tangan erat tepat di sebelah sang suami yang ia cintai. Wanita tak dikenal itu hanya menatapnya sambil tersenyum lebar. Begitu mesra berada di dekat sang suami tercinta dari sang wanita. Dengan penuh amarah sang wanita meminta suaminya menjauh dari wanita tak dikenal yang dilihatnya. Tak digubris. Sang suami hanya diam bahkan semakin lekat menempel pada wanita cantik yang tak dikenali itu. Sang wanita lantas berteriak, memaki, dan memanggil sang suami. Namun tak ada yang bisa wanita itu lakukan. Seakan suaminya itu tak terjangkau lagi olehnya. "Siapa dia...? Siapa wanita yang ada di sampingmu itu...!?" tanya sang wanita semakin pilu, sambil berteriak keras menanyakan pada sang suami yang terdiam membisu. Sang suami tetap tak menjawab. Pria itu malah merangkul tangan wanita yang berada di sampingnya semakin erat kemudian beranjak pergi. Meninggalkan sang wanita berkerudung dengan rasa sakit hebat di rongga tengah tulang rusuk. Sesak dan tak percaya, wanita itu menyaksikan sendiri bagaimana sang suami tercinta meninggalkan dirinya pergi bersama dengan wanita lain. Sang wanita masih mencoba untuk mengejarnya, akan tetapi kaki-kakinya ternyata sedang terjerat oleh kepulan asap yang sama sebagaimana yang tadi sebelumnya pernah dilihatnya menghancurkan banyak peradaban manusia. "Sayang, kenapa kau pergi," lirih sang wanita. "Tidakkah kau ingin melindungi kami saat ini? Dunia sedang diambang kehancurannya. Kenapa kau malah bersama dengan dia? Kenapa kau mengabaikan kami, istri dan anakmu. Kenapa kau tidak bersama dengan kami saat ini? Suamiku, jawab aku! Kenapa kau ikut dengannya? Kami membutuhkanmu." Suaminya menoleh padanya sebentar, lalu kembali tak memperdulikan panggilan istrinya. Dia tetap berjalan bersama wanita asing tak dikenal itu, meninggalkan istri dan anak yang sedang digendongnya. Sang wanita lalu menoleh ke bawah, ke arah sang putra kecil yang sedari tadi ia dekap erat dengan kedua tangannya. Alangkah terkejutnya sang wanita mendapati anaknya itu perlahan menghilang, berubah menjadi debu, lalu pupus dari dekapan tangannya. Menyisakan sejuntai kain kosong biru tua yang tadi membungkus hangat tubuh sang putra. "Anakku," gumam sang wanita tak percaya. Tak lama kemudian wanita itu juga melihat bagian demi bagian tubuhnya ikut berubah menjadi debu, menghilang perlahan, lalu disapu oleh kencangnya hembusan angin lalu. Dia lalu terbangun. Terpaku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN