Noah terbangun karena sebuah mimpi aneh yang akhir - akhir ini sering ia alami. Noah sulit untuk menjelaskan mimpi macam apa itu. Yang jelas ia seperti berada dalam hutan gelap, dengan titik - titik cahaya di setiap sudut. Ada sesuatu yang membuatnya ketakutan. Namun setiap terbangun, Noah sudah lupa apa itu.
Noah terengah - engah seperti baru saja melakukan pekerjaan berat. Selalu seperti ini tiap kali mimpi itu muncul. Keringatnya bercucuran di dalam ruangan ber - ac yang sedingin ini. Noah sampai bergidik kedinginan karena tidak terbiasa berada dalam ruangan ber - ac. Diperparah oleh rasa lapar yang membuat perutnya perih.
Rasa lapar itu membuat hidung Noah jadi lebih peka dengan segala aroma makanan. Aroma makanan itu begitu kuat tercium. Sampai matanya melihat ada dua potong sandwhich di atas meja.
Noah yang sangat lapar, berhasil mengendalikan diri untuk tidak langsung makan. Pemberi makanan itu pasti adalah Eva yang merasa kasihan setelah membaca tulisan tangannya.
Tapi Noah tak bisa mempercayai Eva begitu saja. Bisa jadi Eva telah meletakkan racun dalam makanan itu.
Noah melihat ada secarik kertas memo yang menempel di pinggiran piring. Noah langsung mengambilnya, kemudian membacanya.
'Buruan dimakan. Jangan takut, nggak ada racunnya. Cobain dikit dulu kalau nggak percaya. Oke, gue ngerasa bersalah karena udah bikin lo kehilangan pekerjaan. Gue akan tanggung jawab. Nanti kita diskusi, karena gue juga masih bingung solusinya gimana. Ketuk kamar gue kalau lo udah siap.'
Selepas membaca memo itu, Noah secara otomatis langsung menatap pintu kamar Eve yang sampai saat ini masih tertutup rapat.
Noah melakukan gigitan kecil pada bagian pinggiran sandwhich, sembari mengunyah, tanpa sadar ia menyadari makanan ini begitu enak. Setelah ia telan, ingin rasanya ia langsung melakukan satu gigitan lagi, dan gigitan - gigitan yang lain sampai kedua roti lapis itu habis.
Tapi ia tahan. Karena ia masih ingin membuktikan apakah roti lapis ini aman atau tidak.
Noah menunggu. Dan menunggu. Roti lapis nya seakan - akan melambai - lambai untuk langsung dimakan saja oleh Noah. Tapi Noah tetap menahan sebisanya.
Dan ... tidak terjadi apa - apa padanya. Ia baik - baik saja. Perutnya tidak sakit, justru makin lapar karena tak kunjung terisi.
Baik ... baik ... sepertinya Eve memang tulus memberikan makanan ini pada Noah.
Noah pun segera menyikat dua porsi roti lapis itu. Setiap gigitan begitu ia nikmati. Entah karena lapar, atau karena memang enak, Noah benar - benar memuji setiap gigitan, sampai merasa sayang ketika menelan. Sampai akhirnya roti lapis itu kini telah habis tak bersisa.
Ada satu helai kecil selada yang terjatuh di piring, Noah tak mau rugi. Ia langsung memakan daun itu juga.
Noah memandangi piring yang kini telah kosong itu. Akhirnya ia makan setelah dua hari berlalu. Ya, meskipun sebenarnya ia masih lapar. Tapi sudah jauh lebih baik lah dari pada tidak makan sama sekali.
Merasa perlu air, Noah segera mengambil air mineral gelasan yang ditata rapi di atas meja. Menenggak setiap temukan air itu, rasanya begitu menyegarkan. Ternyata setelah lumayan kenyang, tubuhnya tidak lagi menggigil seperti tadi.
Merasa sudah siap, Noah kembali menatap pintu kamar Eve. Apakah cewek itu masih terjaga, atau sudah tertidur?
Noah beranjak. Ia melangkah perlahan menuju pintu kayu itu. Ia terdiam beberapa saat. Sebelum akhirnya benar - benar mengayunkan jemarinya untuk membuat ketukan tiga kali.
Noah menunggu dulu. Eve pasti butuh untuk mempersiapkan diri. Nanti jika tak kunjung dibuka, baru Noah akan mengetuk lagi. Dan jika tak kunjung dibuka, bisa jadi Eve sedang tidur nyenyak. Maka Noah akan pergi, menunggu sampai Eve bangun nanti.
~~~ Sepasang Sayap Untukmu - Sheilanda Khoirunnisa ~~~
.
Kedua mata Eve membulat begitu mendengar ketukan. Oh ... apakah itu Noah? Oh ... jadi cowok itu sudah bangun? Sudah makan roti lapis? Dan sekarang sudah siap untuk berdiskusi dengannya?
Detal jantung Eve langsung terpacu, seakan - akan ia akan menghadapi kiamat, padahal hanya sedang akan berdiskusi dengan seorang mantan driver Rojek.
Eve yang tadinya hanya rebahan di kasur, sambil mencoba peruntungan siapa tahu bisa tidur, ternyata tidak. Cewek itu langsung turun, memagut dirinya di depan cermin. Astaga ... kenapa baju tidurnya terlihat sangat kumal?
Eve buru - buru menuju ke lemari. Mengambil baju tidur yang lain. Kemudian mengganti baju tidurnya yang sekarang dengan yang baru diambil itu.
Eve kembali memagut diri di depan cermin. Astaga ... kenapa mukanya kucel begini. Mana matanya belekan pula.
Eve segera membersihkan wajahnya di kamar mandi dalam kamarnya ini. Ia menggunakan facial wash cepat - cepat. Kemudian mengeringkan wajahnya dengan handuk.
Ia menatap wajahnya dalam cermin di atas wastafel kamar mandi itu. Astaga ... mukanya tanpa make up terlihat sangat pucat. Eve buru - buru keluar dari kamar mandi. Ia kini duduk di depan meja rias.
Eve mengambil bb cream kesayangannya. Ia mengenakan bb cream itu sangat tipis supaya tampak natural. Supaya terlihat tanpa make up.
Eve juga mengambil satu pensil alis yang ia gunakan untuk sedikit menebalkan alisnya yang tipis. Ia sangat berhati - hati supaya tidak terlalu tebal. Pensil alis itu ia gunakan sebagai eye liner juga. Sekali lagi, ia menggunakan dengan sangat tipis.
Terakhir, Eve mengambil salah satu koleksi lipstiknya. Ia mengambil yang memiliki warna coral nude. Sehingga ia akan terlihat tidak menggunakan lipstik. Pasti tengsin lah jika ia kepergok Noah dan dan dulu sebelum bertemu dengannya.
Oh ... tidak ... tidak .... jangan salah sangka. Eve dandan bukan karena ia terpesona pada Noah lho ya. Ia hanya sedang menyelamatkan harkat martabatnya sendiri. Noah saja yang cowok begitu bersih dan mulus kulitnya. Juga bersinar dan glowing alami. Ya kali Eve yang jelas - jelas cewek justru tampak kucel. Malu dong.
Eve tak lupa membubuhkan sedikit solid parfum di bagian pergelangan tangan bagian dalam, di siku bagian dalam, dan juga di leher. Sekali lagi ia melakukan itu untuk mengimbangi aroma tubuh Noah yang selalu wangi.
Pasti karena ia terlalu lama mempersiapkan diri, suara ketukan baru saja terdengar lagi. Noah sudah tidak sabar ingin bicara dengannya rupanya.
"Iya ... iya ... bentar!"
Merasa sudah siap, Eve pun dengan percaya diri beranjak dan melangkah menuju pintu.
Eve menarik napas dalam terlebih dahulu sebelum membuka pintu. Dan ceklek ....
Akhirnya Eve dan Noah kembali bertemu, saling bertatao muka, tapi tidak dengan drama seperti saat Noah datang semalam.
~~~ Sepasang Sayap Untukmu - Sheilanda Khoirunnisa ~~~
-- T B C --