Don't say sorry

1217 Kata
Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, namun Nathan sama sekali tidak bisa untuk terlelap barang sedikit pun. Bagaimana dia bisa terlelap di sana, sedangkan dia mengetahui bahwa nyawa teman-temannya dan dirinya terancam karena rupa dari Nathan sendiri yang katanya menyerupai target pemerintahan Abm. “Hei, kau belum tertidur?” sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Julio sang manager yang berada di samping kasur sana membuat Nathan kini menoleh menatapnya dan kemudian mengangguk menjawab pertanyaan tersebut, “Ya, sulit bagiku untuk tertidur di saat yang seperti ini” jawab Nathan kepada Julio yang kini mengerti dengan hal itu, dan terlihat ketika Nathan menundukkan kepalanya, Julio tahu bahwa ia merasa bersalah saat ini. “Maafkan aku, seharusnya aku tidak membawa kalian kemari” sambung Nathan merasa bersalah karena hal itu, namun dengan segera Julio bangkit dari tidurnya dan duduk tepat dihadapan sang artis dan kemudian menggelengkan kepala, “Jangan mengatakannya … tak ada yang salah di sini, tidak … maksudku, kau tidak salah … yang salah adalah pemerintahan bodoh ini” terang Julio seraya menepuk bahu Nathan dengan pelan sebanyak dua kali, dan hal itu membuat Nathan mengangguk mengiakan ucapan dari sang manager yang kini kembali naik ke atas tempat tidurnya. “Tidurlah Nathan … besok hari kita akan membicarakan ini lagi dengan jelas” ucap Julio kepada Nathan yang kala itu pun naik ke atas kasur miliknya dan merebahkan diri di kasur empuk itu, ia terus saja memikirkan ucapan-ucapan yang dikatakan oleh Lud dan Cora hingga pada akhirnya memunculkan sebuah pertanyaan kunci di sana, apa yang dilakukan orang itu sehingga menjadi target dari pemerintahan selama ini? Apakah dia melakukan sebuah tindakan kriminal yang sangat merugikan negara? Dan siapa wanita yang mereka sebut dengan Nona itu? Apakah dia adik dari sang target? Ataukah dia kekasih nya?? semua pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh dirinya sendiri saat itu lah yang pada akhirnya membuatnya tertidur karena lelah berpikir. … Malam hari itu tergantikan oleh pagi dengan begitu cepatnya, bahkan bagi Nathan, Julio dan yang lainnya, pergantian hari terasa hanya seperti satu detik ketika mereka memjamkan mata. Mereka membutuhkan istirahat lebih, namun mereka tahu bahwa mereka harus menemui sang Nona yang katanya akan menjelaskan secara terperinci mengenai masalah salah target yang kala itu menyasar kepada Nathan Lee, seorang penyanyi berdarah Inggris-korea. Nathan kini membuka matanya dan terduduk di kasur itu, menoleh menatap mereka yang satu persatu dibangunkan oleh Lud yang kala itu menepuk-nepuk tangannya dan membuka jendela yang ada di sana dengan cukup lebar. “Dua puluh menit lagi, kalian akan bertemu dengan Nona di ruang makan … jadi bersiaplah dan mandi, karena air panas sudah di siapkan oleh para maid beberapa menit yang lalu” terang Lud kepada mereka yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Terima kasih, Lud” ucap Nathan, dan hal itu membuat Lud mengangguk dan segera meninggalkan ruang kamar tersebut, “Hoaaaaaammmm” kedua pandang Nathan kini menoleh menatap Saint yang baru saja menguap, dan pandangannya kini teralih menatap Josh yang melenggang begitu saja masuk ke dalam kamar mandi untuk memulai harinya, seperti biasa … dia tetap melaksanakan taraf kebersihan dirinya di sana. Itulah yang ada di dalam hati Nathan saat ini. “Tidurmu nyenyak?” sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh Julio saat itu membuat Nathan menoleh menatapnya dan kemudian mengangguk untuk menjawab hal itu, “Yah … lumayan” jawab Nathan dengan jujur, dan hal itu membuat Julio menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Syukurlah” sambung Julio menanggapi jawaban tersebut, dan hal itu pun  membuat Nathan ikut menganggukkan kepalanya tanpa sadar. … Dua puluh menit setelah mereka bersiap, sama seperti kemarin, seorang maid menunggu mereka di aula ruangan dan kemudian berjalan mendahului mereka untuk menjadi petunjuk arah menuju ruang makan. Langkah kaki mereka kini memasuki sebuah ruang makan yang luar biasa mewahnya, dengan warna merah yang mendominasi tirai, serta kursi, karpet abu yang mendominasi lantai, warna hijau toska yang mendominasi dinding di sana serta warna emas yang kala itu mendominasi dekorasi lainnya benar-benar enak untuk di pandang mata. “Silahkan Domine, madam … duduklah, karena Nona akan datang sebentar lagi” jelas maid yang baru saja mengantarkan mereka ke ruang makan itu, dan hal itu membuat mereka bertujuh menganggukkan kepalanya. Dan tidak lupa, Nathan masih mengenakan topeng itu di sana. Mereka secara bersamaan saling bertukar pandang satu sama lain, dan kemudian akhirnya mereka pun menghampiri kursi yang ada di sana dan duduk di hadapan meja yang kala itu membentuk oval sempurna. “Kɑλημξρα (Kaliméra : good morning)” ucapan yang dilontarkan oleh Cora saat itu membuat mereka yang terduduk di sana pun menolehkan pandangannya kepada Cora yang kini tersenyum kepada mereka dan kemudian duduk di salah satu kursi yang kosong di sana. Merasa bahwa mereka tidak membalas sapaan Cora, membuatnya kini terkekeh dan kemudian berucap, “Aku baru saja menyapa kalian … Kɑλημξρα adalah sapaan selamat pagi di Negara ini” jelas Cora kepada mereka yang kini ber’o’ria dan kemudian mengangguk seraya membalas pandangan satu sama lain, mereka kebingungan untuk menjawab sapaan dari Cora, dan hal itu membuat Cora tertawa dan kemudian berucap, “Kalian bisa balas dengan kata yang sama, atau bahasa inggris saja agar mudah” jelasnya lagi dan hal itu membuat mereka menganggukkan kepala di sana, merasa garing dengan apa yang baru saja terjadi pagi itu. “Kɑλημξρα Cora,και όλους εσάς (Kaliméra Cora, kai ólous esás : good morning Cora, and all of you)”  sapaan yang dilontarkan oleh Lud saat itu langsung diberi tanggapan oleh tujuh orang itu dengan kata yang sama meski waktu bersahutan yang berbeda, “Good morning” Dan hal itu mengejutkan Lud yang kini menolehkan pandangnya menatap Cora yang tersenyum dengan geli, “Kau yang mengajari mereka??” tanya Lud kepada Cora yang kini mengangguk di sana, “Setidaknya mereka harus belajar bahasa kita” ucap Cora kepada Lud yang kini terkekeh seraya berucap, “Meski keadaannya sedang memanas??” tanya Lud dan hal itu membuat Cora memutar bola matanya dan kemudian berucap, “Oh, come on!! kita pasti bisa menanganinya … santai saja, kita bisa mengirim mereka kembali ke amerika” jelas Cora dan hal itu mengejutkan ketujuh orang yang kini dengan serempak menoleh menatapnya, “Are you sure??!” tanya Julio di sana, dan hal itu membuat Cora mengangguk dengan pasti dan kemudian berucap, “Semoga saja” jelasnya lagi, mendengar hal itu membuat mereka bertujuh menghela kan nafas dengan senang, dan baru saja mereka berbahagia sebuah suara pintu yang terbuka saat itu pun membuat seluruh mata kini tertuju pada pintu tersebut. Seorang gadis yang kala itu mengenakan dress tidur yang memiliki pendek sebatas lutut serta memakai sebuah jubah tidur yang tidak begitu tipis berwarna hitam yang panjang menjuntai hingga ke lantai. Rambut dari gadis itu kini sudah tergelung rapih di sana. “Kɑλημξρα Nona, sepertinya anda melupakan sesuatu” ucapan yang dilontarkan oleh Lud saat itu membuatnya menghentikan langkah kakinya dan kemudian menoleh menatap mereka semua yang kini memperhatikan kedatangannya, dan hal itu membuat gadis tersebut menghela nafas cukup kencang dan mulai menggumam di sana, “Aku lupa jika ada tamu di sini” itulah yang ia gumamkan, dan hal itu membuat sang gadis segera berbalik untuk berganti pakaian di sana yang membuat Lud terkekeh dan Cora tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.  To be continue. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN