Awan berarakan di atas sana. Angin pagi itu meniup dengan segar. Sungguh cuaca yang cerah untuk pagi ini.
Di sebuah toko barang antik dan perhiasan, seorang saudagar kaya tengah membersihkan permata antik yang baru ia dapatkan dari hasil memaksa. Raut senang terlihat jelas di wajah pria bertubuh berisi dengan tinggi yang tak mengimbangi tubuhnya. Jelas saja pria itu merasa senang, ia baru saja kejatuhan bulan.
Beberapa menit lalu, ia baru membeli permata berharga dengan harga yang sangat murah. Ia mengatakan si penjual -pemuda yang berusia sekitaran 20 tahun- tidak mungkin memiliki permata langka itu kecuali jika ia mencuri dari keluarga bangsawan atau saudagar kaya. Ia mengancam akan membawa pemuda itu ke pengadilan provinsi dengan tuduhan mencuri. Dengan tidak berperasaan, ia mengambil permata itu lalu memberikan sekantung koin. Harga dari permata itu jauh lebih besar dari sekantung koin, lebih dari 10 kantung koin.
Karena pemuda itu tak ingin dipenjara akhirnya ia merelakan satu-satunya harta berharga milik keluarganya pada saudagar licik tadi. Pemuda itu harus mencari uang lebih untuk pengobatan ibunya.
Ditengah kesenangan pemilik toko, pria gendut itu tidak menyadari bahwa desingan angin yang bertiup dari jendela tokonya bukan desingan angin biasa.
Hanya dalam beberapa detik darah membasahi tubuhnya. Sebilah belati telah menggorok lehernya. Merenggut nyawanya dengan sadis.
Berita kematian saudagar itu menyebar dengan cepat. Sampai ke telinga seorang saudagar lain yang tengah berhadapan dengan seorang wanita bertopeng yang menutupi setengah wajahnya dan juga 4 pria bertubuh tegap yang menggunakan pakaian berwarna hitam tanpa mengenakan topeng.
"Kau memang pembunuh nomor satu di benua ini." Saudagar itu tersenyum puas. Ia begitu memuji hasil kerja pembunuh yang ia bayar untuk membunuh saingan bisnisnya. "Ini bayaranmu, sesuai dengan yang kita sepakati." Pria itu memberikan bayaran atas pekerjaan pembunuh bayaran. Jumlah yang tak bisa dibilang sedikit. Sebuah harga yang memang pantas untuk hasil pekerjaannya.
Satu di antara 4 pria mengambil bayaran itu. Tanpa kata-kata mereka pergi dari kediaman saudagar itu.
Di sebuah gua, dengan penerangan 4 obor yang di letakan di 4 sisi. Beberapa orang tengah menikmati pesta termasuk wanita bertopeng tadi. Mereka baru saja merayakan keberhasilan kerja pemimpin mereka.
Black Eagle, penjahat mana yang tak mengenal kelompok ini. Sekelompok pembunuh yang menempati peringkat pertama di benua West. Mereka membunuh tanpa meninggalkan jejak, bahkan kedatangan mereka saja tak akan diketahui oleh target mereka. Gerakan mereka seringan angin, sehalus kapas dan seakurat bidikan anak panah.
Penelope Alexandra, satu-satunya wanita di kawanan itu. Pemimpin pasukan terkejam yang pernah ada di West. Ia membunuh tanpa ampun, dengan sebilah belati ia memastikan bahwa targetnya tak lagi bernyawa. Menyusup adalah keahliannya, ia bisa membunuh dengan senjata apapun. Bahkan ia bisa menerobos puluhan penjaga untuk menghabisi satu nyawa. Penelope adalah ratu iblis yang tak diragukan lagi kekejamannya. Ia membunuh untuk kesenangannya sendiri, mencari kepuasan dari kosongnya jiwanya saat ini.
Dingin, tanpa ekspresi, begitulah yang tersirat dari sorot mata Penelope. Bibir cherry miliknya tak pernah menunjukan senyuman tulus. Yang terlihat dari sana hanya senyuman keji dan dingin. Tawa yang keluar dari mulutnya bukan tawa riang tapi tawa keji yang mengerikan.
Sejak kecil Penelope telah ditempa hidup keras oleh ayahnya yang merupakan seorang bandit gunung. Di desa tempat Penelope tinggal dulu, sebagian penduduk memang berprofesi sebagai bandit. Kesulitan hidup membuat mereka mengambil jalan itu. Mereka merampok orang-orang kaya. Sebagian dari mereka melakukan hal berlebihan dengan memperkosa wanita-wanita bangsawan yang mereka rampok. Mereka merasa bahwa para bangsawan harus merasakan penderitaan mereka.
Meski ayahnya seorang bandit tapi Penelope sayang menyayangi ayahnya. Pria itu melatihnya dengan keras tapi juga memberikannya kasih sayang yang berlimpah.
Namun sayangnya Penelope harus kehilangan sang ayah karena para penguasa di kerajaan. Desa tempatnya tinggal dibumi hanguskan atas perintah raja. Hal itu terjadi karena penduduk desa menolak kenaikan pajak tanah dan hasil pertanian.
Saat itu Penelope masih remaja, ia tidak ikut menjadi korban karena ia tengah pergi ke gunung untuk berburu. Ia satu-satunya yang selamat dari kekejaman penguasa saat itu.
Ditinggal pergi oleh ayahnya tak membuat Penelope kehilangan arah. Meski ia merasa sangat sedih tapi ia harus tetap melanjutkan hidupnya, terlebih ia harus membalaskan kematian ayahnya. Penelope meninggalkan wilayah kerajaan Apollyon, ia akhirnya menemukan sebuah tempat di wilayah kerajaan Arthyme. Dari tempat itu ia membangun kekuatannya. Dengan beberapa pria yang ia selamatkan dari kematian, akhirnya terbentuklah Black Eagle yang saat ini sudah beranggotakan 30 orang.
Penelope tak pernah merekrut, orang-orang yang ia tolong yang ingin bergabung dengannya. Dengan pelatihan keras yang mempertaruhkan hidup dan mati, anggota Black Eagle memiliki ketangguhan, keahlian dan kecakapan di bidang beladiri. Penelope tak menampung pencundang di kelompoknya, semua yang bertahan dari pelatihan keras yang ia buat adalah petarung sejati.
Dari satu tempat ke tempat lain, Penelope membawa kelompoknya berpindah-pindah tempat. Ia memperkenalkan nama kelompoknya di dunia hitam. Membuat nama kelompok itu menjadi yang terkuat dari semua penjahat.
Mulai dari bangsawan, pejabat kerajaan, saudagar bahkan pangeran, sudah menggunakan jasa mereka untuk menyingkirkan lawan mereka. Orang-orang itu mencapai posisi yang mereka inginkan sementara Black Eagle mendapatkan uang yang mereka butuhkan untuk hidup. Dari hasil membunuh, Penelope memiliki banyak harta. Ia memiliki sebuah gudang harta yang dijaga oleh 5 orangnya.
Ditengah menikmati wine nya, 3 orang masuk ke dalam gua itu. Dua diantaranya adalah orang-orang Black Eagle sementara yang satunya entah siapa.
Penelope tak menghentikan kegiatan minumnya ketika dua orang memberi salam padanya.
"Nona, orang ini mengikuti kami. Dia mengatakan bahwa ia melihat Nona Velove." Troy mendorong orang yang ia bawa ke depan Penelope. Dua orang Penelope ini ditugaskan untuk mencari keberadaan Velove dengan sebuah lukisan berwajahkan Penelope.
Penelope meletakan cawan di tangannya, ia bangkit mendekat ke wanita di depannya. Wanita dengan penampilan seperti habis diterkam serigala. Beberapa luka terlihat di tangan dan wajahnya, serta bajunya yang terkoyak dimana-mana.
"Katakan di mana kau melihat wanita dalam lukisan itu?" Penelope bicara datar namun suaranya menekan orang agar mengikuti perintahnya.
Wanita malang di depan Penelope mengangkat wajahnya, matanya menatap setengah wajah Penelope, "Yang Mulia Ratu sudah mencari Anda kemana-mana, namun tidak disangka hingga akhir hayatnyapun ia tak bertemu dengan Anda."
"Apa maksud kata-katamu?" Penelope tak mengerti. Yang Mulia Ratu? Apa urusannya dengan wanita nomor satu Apollyon.
"Yang Mulia Ratu adalah saudari kembar Anda. Velove Alexandria. Beliau telah tiada." Wajah wanita itu terlihat sangat sedih. Tak ada sandiwara sama sekali di sana. "Saya adalah pelayan utama Yang Mulia Ratu, Pelayan Asley."
"Tidak mungkin." Penelope tak bisa mempercayai ini. Ia tak mungkin telah kehilangan satu-satunya keluarga yang ia milikki.
"Saya akan membawa Anda ke makam Yang Mulia Ratu. Saya akan menceritakan pada Anda apa yang telah terjadi padanya selama ini."
Alasan Penelope datang kembali ke Apollyon setelah belasan tahun lamanya adalah untuk mencari kembarannya bukan makam kembarannya.
Di depan makam kembarannya Penelope tak bisa menangis. Kesedihan yang menghantamnya kalah akan kemarahan yang menguasai dirinya.
Dari cerita wanita malang yang tak lain pelayan utama kembarannya, Velove tewas karena konspirasi jahat di istana. Asley menceritakan bahwa di istana tak ada satupun orang yang menyukai Velove. Semua selir berusaha untuk merebut kekuasaannya, ibu suri juga tak menyukainya dan raja sendiri tak pernah menganggap Velove ada.
Kematian Velove telah disusun dengan seksama oleh Ibu Suri dan Selir Elyse, selir yang mengaku sebagai kesayangan raja. Yang lebih menyedihkan lagi, Velove mati di tangan prajurit yang mengantarnya pergi untuk berkunjung ke makam ibu asuh Velove. Prajurit-prajurit yang harusnya melindungi Velove malah menyerang Velove atas perintah ibu suri dan selir Elyse.
Velove tak mati dengan mudah, ia dan Asley sempat berusaha meloloskan diri namun Velove terkena panah oleh prajurit dan mayatnya dibuang di sungai, sementara Asley, wanita itu berhasil selamat karena Velove mengumpan prajurit dengan dirinya untuk menyelamatkan Asley. Satu di antara mereka harus hidup, pesan terakhir Velove pada Asley adalah wanita itu harus hidup dengan bahagia.
Asley tak mungkin lupa pengorbanan Velove untuknya, oleh karena itu ia bertekad untuk mencari kembaran Velove yang selama ini belum ditemukan. Ia hanya ingin mempertemukan kembali majikannya dan orang yang ia cari meskipun itu setelah kematian.
"Yang Mulia Ratu hidup dengan nama Penelope Alexandra." Asley memandangi makam Velove dengan wajah sedih.
Penelope mengingat kembali masa kecilnya. Saudari kembarnya memang suka menggunakan namanya. Gadis periang itu suka mempermainkan orang-orang yang tak bisa membedakan antara dirinya dan Penelope.
"Aku akan menggantikan posisi Velove di istana." Kata-kata Penelope membuat beberapa orang disana melihat ke arahnya bersamaan. Penelope membuka topeng yang ia kenakan. Memperlihatkan wajahnya yang jarang terlihat oleh orang asing. Jika selama ini Velove hidup sebagai dirinya maka ia akan hidup sebagai Velove untuk membalas dendam. Penelope sudah sejak lama membenci penghuni istana. Ini adalah kesempatannya untuk membalaskan dendam orangtua kandungnya, saudari kembarnya dan juga ayah angkatnya. Penelope akan menghancurkan orang-orang yang sudah menghancurkan hidup keluarganya.
"Tidak. Anda tidak bisa." Asley menggeleng tegas. "Yang Mulia Ratu telah tewas karena penghuni istana dan saya tak bisa membiarkan Anda memiliki akhir yang sama dengan Yang Mulia Ratu." Asley menentang keras. Apa yang Penelope katakan tak masuk akal sama sekali. Penelope harus menjauh dari Apollyon bukan malah masuk ke istana yang berbahaya itu.
"Nona, kau terlalu meremehkan pemimpin kami." Dereck, tangan kanan Penelope. Angkat bicara. Dereck tak mengkhawatirkan Penelope karena ia tahu kemampuan pemimpinnya.
"Katakan padaku semua tentang kehidupan Velove. Nyawa harus dibalas nyawa." Penelope tak membutuh persetujuan orang untuk bertindak. Hukum yang Penelope anut adalah mata dibayar dengan mata. Nyawa kembarannya harus dibalas dengan nyawa Ibu Suri dan nyawa selir Elyse.
"Anda tidak akan berhasil balas dendam. Yang Mulia Ratu masuk ke istana dengan alasan yang sama. Ia ingin membalaskan kematian orangtuanya namun yang terjadi ia terjebak di dalam sana. Raja yang harusnya ia bunuh malah tak bisa ia sentuh sama sekali. Yang Mulia Ratu jatuh cinta pada sasaran balas dendamnya sendiri." Asley adalah saksi bagaimana besarnya tekad Velove untuk balas dendam. Asley sudah menjadi pelayan Velove sejak ia kecil.
"Jika kau tak ingin mengatakannya maka aku akan masuk ke sana tanpa bantuanmu." Tak akan ada yang bisa menggoyahkan tekad Penelope. Jika ia sudah berkata akan menggantikan Velove maka itulah yang akan terjadi.
Penelope menyesali kematian saudari kembarnya. Jika saja ingatannya pulih lebih cepat maka ia tak akan terlambat seperti ini. Sebagai anak tertua ia lah yang harusnya menuntut balas atas kematian orangtuanya bukan saudari kembarnya yang memiliki hati lembut.