Part 10

1702 Kata
"Fely, gimana sayang tidurnya nyaman ga?" Tanya Lita pada menantunya saat mereka sedang sarapan pagi ini. "Nyaman ko ma" jawab Fely. "Kalian kalo kesekolah barengan?" Tanya Lita lagi. Dengan cepat keduanya menggeleng. "Kenapa? Kan setujuan?" Tanyanya lagi. "Fely ga mau kalo kita ketauan ada hubungan ma. Ya lagian kaya aneh aja masa tiba-tiba kita deket aja sedangkan Barra ga pernah ngobrol sama Fely disekolah" jawab Barra. Lita mengangguk faham. Ia juga mengerti kenapa anak dan menantunya ini berfikiran seperti ini. Lagian, selama hubungan mereka baik-baik saja, tidak perlu dicemaskan. Toh, hanya sekedar berangkat saja bukan?. "Kenapa kamu ga coba lakuin pendekatan aja ke Fely disekolah Bar?" "Mama aneh-aneh aja. Udah ah Barra mau berangkat dulu. Oh ya Fel, mobil udah gue siapin ya didepan udah dipanasin juga" ucap Barra lalu segera bangkit berdiri, menyalami dan mencium kening ibunya. "Eh eh eh, Barra ko istrinya dilewat?" Tanya Lita yang berhasil membuat Barra menghentikan langkahnya. "Kalian itu udah nikah, udah sepantesnya Fely nyium tangan kamu terus kamu cium juga kening dia". Fely dan Barra membelalakan matanya. Kebiasaan apa ini? "Barra cepet!!!" Titah Lita. Mau tidak mau Barra menuruti ucapan dari ibunya itu. Dengan ogah-ogahan Fely mencium tangan Barra. Barra juga mencium kening istrinya itu. Walaupun mereka sudah pernah berciuman, tapi tetap saja tidak didepan orang lain. "Jangan kebanyakan makan, nanti telat" ucap Barra sambil mengelus rambut Fely. Fely tersipu malu seketika. Ini pertama kalinya Barra mengelus rambutnya. Didepan mertuanya pula. Lita tersenyum melihat tingkah anak dan menantunya. Sepertinya Barra dan Fely sudah menerima takdir yang sedang mereka berdua jalani. "Ma, Fely berangkat dulu ya" pamit Fely setelah Barra pergi. "Iya sayang hati-hati ya". Fely mengangguk lalu mencium tangan Lita sebelum dirinya pergi sekolah. *** Clarin, Nindi, Kai dan Febri menunggu kedatangan Fely diparkiran. Karna hanya Fely saja yang belum datang. Mereka memang sengaja saling menunggu sekarang ini. Biasanya mereka kekelas masing-masing tapi, untuk hari ini tidak. Sebuah mobil jazz warna merah terparkir didekat mobil Barra. Clarin, Nindi, Kai dan Febri terperangah saat melihat Fely turun dari mobil tersebut. Fely memang sengaja meminta mobil jazz saja pada Barra. Padahal banyak sekali Mobil sport milik Barra yang ada digarasi. Karna Fely tidak mau menjadi pusat perhatian, apalagi di depan teman-temannya maka Fely memilih mobil ini saja. "Widih Mobil baru nih?" Tanya Kai. "Iya, dibeliin bokap gue" jawab Fely berbohong. Karna tidak mungkin ia berkata jujur jika itu mobil pemberian Barra. Ya, memang Barra sudah menyerahkan mobil itu kepada Fely sebagai kompensasi mobil Fely yang ditinggal dirumah gadis itu. "Ke kelas ga sih? Udah siang juga ini" jajak Febri. Keempatnya pun memilih untuk pergi kekelas. *** Jam istirhat sudah tiba. Hari ini Fely tidak melakukan latihan. Jadi, Fely mengajak teman-temannya untuk kekantin saja. Kring Sebuah pesan masuk kedalam hp Fely saat ia bersama teman-temannya sedang berjalan ke kantin. Fely menyempatkan untuk membaca pesan itu terlebih dahulu. B Gue tunggu di rooftop. Gue udh beli mkanan buat lo jga Fely menghentikan langkahnya. Ia membalas pesan dari suaminya itu. Cia Gue lgi otw kntin ini B Gue ga terima pnolakan. Lgian sekali² mkn dsklh sm gue Mau tidak mau Fely menuruti apa yang suaminya itu minta. Akhirnya Fely berbicara pada teman-temannya jika ia tidak akan pergi kekantin karna ada urusan yang mendadak. "Guys, gue skip dulu ya ada urusan mendadak nih" ucap Fely menghentikan langkah teman-temannya. "Lah mau kemana?" Tanya Nindi. "Ada urusan. Udah ya bye" setelah berkata itu, Fely pergi meninggalkan teman-temannya yang akan pergi kekantin itu. "Kemana sih dia?" Tanya Kai. "Udah biarin aja. Yu ke kantin" ucap Clarin. *** Dengan langkah hati-hati, Fely menaiki tangga menuju rooftop. Karna ia takut ada orang yang melihat dirinya disini. Setelah sampai, Fely segera mengunci pintu, agar tidak ada yang datang lagi kesini. Fely berjalan menghampiri Barra yang sudah duduk disofa yang ada disana. Benar saja Barra sudah menyiapkan sepiring batagor yang Fely rasa untuk dua porsi. Dua gelas es teh manis, dan sepiring makanan manis untuk penutupnya. "Niat banget lo sediain ini" ucap Fely lalu duduk didepan Barra. "Lama banget sih lo, gue laper tau!!" "Ya lo dadakan, ada apa sih?" "Nih makan dulu" Barra menyerahkan satu sendok kepada Fely. Keduanya kini menyantap makanan sepiring berdua. "Ko ga pedes sih?" Tanya Fely. "Kemarin lo udah makan pedes. Sekarang jangan" jawab Barra. Setelah menjadi suami Fely, memang Barra lah yang sering mengatur apa yang masuk kedalam perut istrinya itu. Barra tidak mau, penyakit lambung Fely kembali kambuh karna ia tidak memperhatikan asupan makanan Fely. "Tapi ga enak". "Makan Fely. Nanti malem baru boleh". "Beneran ya?" Tanya Fely. Barra menganggukan kepalanya. Ia malas untuk menjawab pertanyaan dari istrinya itu. Karna Barra tentu saja tidak akan mengizinkannya. Barra hanya memberi penenang saja pada Fely agar Fely makan sekarang ini. "Tumben lo ngajakin kesini". "Mau makan sama istri emang salah ya?" Tanya Barra. "Ya ngga, heran aja biasanya lo sama temen-temen lo ditambah si Jihan" "Gue lagi mau sama lo aja". Ntah gombalan atau ucapan yang tulus dari hati. Fely tidak mau terlalu GR. Walau ia memang istri dari Barra, tapi Fely tidak mau terbawa perasaan terlebih dahulu sebelum Barra yang menyatakannya terlebih dulu padanya. "Gue mau ketempat basket nanti pulang sekolah. Mungkin pulangnya malem karna ada tanding juga sekalian cek apa yang rusak disana. Kalo lo mau jalan sama temen-temen lo boleh ko, pamit sama mama aja ya terus pas gue balik lo juga harus udah ada dirumah" ucap Barra panjang lebar. Ruapanya Barra ingin meminta izin pada Fely. Padahal, kan Barra bisa mengirim pesan pada gadis itu. Mungkin, memang Barra ingin dengannya saja hari ini. "Beneran lo bolehin gue jalan?" Tanya Fely. Ia hanya takut jika Barra kembali tidak mengizinkannya keluar rumah. "Boleh, mau shopping juga boleh. Tlaktir makan temen-temen lo juga boleh" Barra mengeluarkan dompetnya. Ia memberikan black card pada Fely. Dengan senang hati Fely menerimanya. "Serius??" Tanya Fely kesenangan. Barra menganggukan kepalanya. "Pinnya apa? Percuma dong gue bawa ini ATM". Tanya Fely lagi. "Tanggal pernikahan kita. Gue udah ganti waktu itu". Fely menoleh kearah Barra. "Kenapa? Romantis kan gue?" Tanya Barra yang tidak mendapat jawaban dari Fely. Gadis itu justru kembali memakan makanan yang ada didepannya. Fely mengelus perutnya dengan pelan setelah ia dan Barra menghabiskan makanan mereka. Rasa kenyang yang teramat dirasakan oleh Fely. "Gila kenyang banget". Barra tersenyum. "Kenyang ya de?" Tanya Barra sembari mengelus perut Fely. "Sialan lo". Ucap Fely karna Barra yang memeragakan jika dirinya sedang hamil. "Haha, ntar bikin ya" canda Barra yang tidak dianggap serius oleh Fely. "Sekolah dulu pak" jawab Fely sambil menjauhkan tangan Barra diperutnya. Fely melihat kearlojinya. Sudah waktunya masuk kelas sekarang. Tapi, Barra menahannya. Barra meminta Fely untuk bolos kelas hari ini. Memang suami yang mengajak hal buruk pada istrinya. "Bolos sekali ga akan bikin lo ga naik kelas ko" ucap Barra yang kini memilih rebahan dengan paha Fely menjadi bantalannya. "Sialan lo, gue ga pernah bolos". "Ga papa sekali aja". Barra memejamkan matanya. "Fel, lo udah terima takdir kita?" Tanya Barra tiba-tiba. "Ya mau ga mau harus diterima ga sih?". "Lagian, jadi istri lo ga buruk juga. Lo tajir, lo famuosh, lo dikagumin banyak orang. Kurang apa lagi coba?" Tanya Fely tanpa sadar memuji suaminya itu. "Lagian lo juga beruntung dapet cewek cantik, keren, jago dance jago urusin lo" lanjut Fely. Ternyata masih ada sombongnya disini. "Bar, gue ga suka lo selingkuhin kalopun lo belum Cinta sama gue. Gue ga akan tingal diem ya kalo lo ketauan deketin cewek lain!!" Barra membuka matanya untuk melihat wajah istrinya. "Takut banget lo!!" "Jelas lah, gue takut jadi janda muda. Gila aja lo!!". Barra terkekeh. Ternyata Fely sejauh ini berfikirnya. "Gue ga akan jandain lo pe'a. Ya kecuali kalo gue mati" jawab Barra. "Difikir-fikir kita lucu ya, ga saling kenal, eh giliran kenal langsung dinikahin" lanjut Barra. "Nyokap kita ada-ada kelakuannya. Untung aja gue ga ada perjanjian kaya mereka. Anak kita itu harus nikah sama pilihannya sendiri" jawab Barra. "Anak kita?" "Ya iya lah, masa anak setan!!" Jawab Fely. "Lo siap emang punya anak?". "Ya ngga sekarang lah!! Lulus dulu pe'a". Fely menoyor jidat Barra. "Gue fikir sekarang. Ya gue ga akan jadi keluar kalo lo mau hahahaha". Fely kembali menoyor jidat lelaki dihadapannya. "Buang jauh-jauh fikiran kotor lo itu!!" Kini keduanya terdiam. Barra juga memilih untuk kembali duduk disamping Fely. "Fel liat gue deh" Fely menoleh kearah Barra. Dengan terang-terangan Barra mendekatkan wajahnya pada wajah Fely. Fely hanya diam saja sampai pada akhirnya Barra mendaratkan bibirnya tepat dibibir Fely. Fely memejamkan matanya saat ia merasa Barra menggigit kecil bibir bawahnya, dan memaksa lidahnya untuk melesak masuk kedalam mulut Fely. Hilir angin disiang ini di rooftop menemani ciuman lembut keduanya. Barra sudah melingkarkan tangannya dipinggang Fely, sedangkan Fely melingkarkan tangannya dileher Barra. *** Fely masuk kedalam kelasnya setelah selesai istirahat kedua. Fely menghabiskan waktu kurang lebih dua jam di rooftop bersama Barra dengan mereka yang saling bercerita, dan tentu saja sesekali bibir mereka bertemu. Bahkan, tidak terhitung berapa kali mereka berciuman. Fely terlihat bahagia sekali sekarang. "Eh gila, lo kemana sampe bolos pelajaran Bu Safa?" Tanya Nindi yang duduk satu meja dengan Fely. "Tau lo, abis dari mana sih lama bener?" Tanya Kai yang juga kepo terhadap Fely. "Roman-romannya ada yang lagi happy" ucap Febri. "Berisik ah lo pada. Oh ya gue sore ini free sampe malem, lo pada mau jalan ga biar gue tlaktir makan" ajak Fely. "Mau mau mau" ucap Nindi yang mendapat anggukan dari ketiga temannya. "Tumben lo boleh keluar. Bukannya seminggu ini lo ga bisa keluar ya?" Tanya Clarin yang sedikit curiga. Memang setelah menikah dengan Barra, Fely jarang menghabiskan waktu degan teman-temannya. Bahkan mungkin tidak pernah. "Ya, sekarang mumpung boleh kan, jadi gunain aja ga sih?" Tanya Fely. "Okay, berarti kumpul dirumah lo ya?" Tanya Febri pada Fely. "Ngga lah, di mall biasa kita aja" tolak Fely dengan segera. Tidak mungkin teman-temannya ini kerumah Fely. Kan Fely sudah tidak tinggal disana. Bisa-bisa hubungannya dengan Barra akan terbongkar begitu saja. "Caelah biasanya juga kita semobil" ucap Febri lagi. "Ya udah gue aja yang jemput kalian gimana? Mobil baru" jawab Fely lagi. Beruntung teman-temannya setuju. Paling tidak, posisi Fely aman saat ini. "Oke deh, jadi kita ke rumah buat ganti baju doang kan?" Tanya Kai. Semuanya menganggukan kepalanya. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN