Sore harinya, Barra mengajak Fely untuk jalan-jalan sore sampai tibanya malam hari. Katanya, agar Fely dan Barra tidak memikirkan masalah disekolah tadi. Belum lagi, tujuan Barra kali ini agar Fely tidak terus memikirkan cara untuk balas dendam pada Febri. Karna, hal itu tidak patut Fely lakukan. Walau, Barra juga ikut kesal pada Febri.
"Jalan yu?" Ajak Barra pada Fely yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Kemana?".
"Lo mau kemana?" Tanya Barra balik lalu menghampiri Fely yang sedang mengeringkan rambutnya.
Ditengah tangannya yang tidak henti mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Fely sedang memikirkan harus pergi kemana sore ini. Karna, ia juga merasa suntuk dengan kejadian hari ini. Ia butuh udara segar agar dirinya bisa berfikir apa yang harus dilakukan untuk membuat Febri jera dan kapok berurusan dengan Fely.
"Mau ice cream" Jawab Fely. Barra tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
"Ya udah, lo make up gue mau mandi. Tapi, jangan cantik banget. Gue ga suka kalo banyak yang liatin lo" Ucap Barra.
Sejak Barra mengutarakan perasaan pria itu kemarin, Barra selalu terang-terangan jika Barra tidak suka adanya pria yang mendekati Fely. Bahkan, Barra juga berkata jika Barra kesal pada Kamal yang terus saja berusaha untuk mendekati Fely.
"Gue ga akan kegoda kali sama cowok lain. Kan belum tentu dia setajir lo". Jawab Fely sambil terkekeh.
"Apapun itu, nurut sama suami" Ucap Barra sedikit berteriak karna dirinya yang sudah masuk kedalam kamar mandi.
***
Sebelum mencari ice cream, Barra dan Fely menyempatkan untuk pergi ke danau sebentar. Mengambil beberapa jepretan foto berdua lalu di postnya ke dalam insta story mereka. Mungkin, lebih tepatnya hanya Barra yang melakukannya. Mereka memang meminta salah satu pengunjung untuk membantu mereka mengabadikan momen ini.
Setelah puas melihat pemandangan di depan mata mereka, hari juga sudah semakin malam. Fely dan Barra memutuskan untuk mencari masjid terlebih dahulu sebelum keduanya membeli ice cream sesuai permintaan Fely tadi.
Setelah keliling dan selesai menunaikan sholat magrib dimasjid dekat taman, Fely dan Barra sudah berhasil menemukan penjual ice cream yang Fely inginkan sedari tadi.
"Bar, liburan semester kalo gue sama temen-temen gue boleh ga?" Tanya Fely saat keduanya sudah berada didalam mobil. Tentu saja dengan Fely yang memotret terlebih dahulu ice cream keduanya dan di post nya kedalam instastory nya.
"Bukannya lo mau ke Bandung ya? Kan mau ke braga lagi kita" Tanya Barra.
Saat di Bandung kemarin, mereka kan sudah sepakat jika akan menghabiskan libur semester ini di Bandung. Dan Barra juga sudah terlanjur berkata pada sepupu-sepupunya. Terutama pada Oma Ratu yang sangat mendukung liburan keduanya saat ini. Karna, sudah lama juga Barra tidak liburan semester di Bandung.
"Iya, kan liburnya ada 1 bulan juga kan kurang lebih, nah kita jangan ke Bandung lagsung. Gue ga enak sama Clarin, Kai sama Nindi juga. Mereka ngajakin gue liburan, cuman 2-3 hari doang sih" Jawab Fely.
Kemarin, memang mereka merencanakan liburan bersama. Tapi, karna Fely yang kesal pada Barra kemarin, jadi Fely tidak memberi tahu pria itu langsung tentang rencananya dengan ketiga temannya. Berhubung mereka sudah baik-baik saja hari ini, maka Fely mengatakannya sekarang. Mungkin, lebih tepatnya Fely meminta izin pada Barra agar suaminya itu mengizinkan Fely untuk liburan bersama ketiga temannya.
"Kemana emang?"
"Mau sewa villa di puncak" Jawab Fely. Barra menganggukan kepalanya.
"Berempat?". Fely menganggukan kepalanya.
"Iya, ga ada cowoknya ko. Kecuali penjaga Villa. Itu juga dia kasih kunci doang nanti" Jawab Fely.
"Boleh".
"Serius?" Tanya Fely yang tidak percaya jika Barra mengizinkannya. Barra menganggukan kepalanya sambil menyuapkan ice cream kedalam mulutnya.
"Tapi, gue ikut. Enak aja ninggalin suami dirumah"
Fely memanyunkan bibirnya. Ia fikir Barra memang mengizinkannya pergi. Tapi, ada syaratnya juga rupanya.
"Ini cewek doang Bar".
"Ya terus? Lo fikir gue bakal izinin lo buat keluar kota tanpa cowok? Ya minimal ada yang jagain kalian lah. Dan kalopun ada cowok itu harus gue. Karna gue suami lo. Ga akan timbul fitnah deh kalo berangkatnya sama gue" jawab Barra.
"Lo seriusan mau ikut?" tanya Fely. Barra menganggukan kepalanya antusias.
"Iya, enak aja lo mau pergi". Fely menghela nafasnya.
"Ya udah, gue omongin dulu ke temen-temen gue" jawab Fely pada akhirnya.
Barra tersenyum lalu mengecup pipi Fely. "Gitu dong, nurut sama suami" ucapnya.
***
Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, Fely dan Barra memutuskan untuk pulang setelah mereka makan malam ditempat nasi goreng langganan Barra. Karna, mereka juga tidak ada tujuan lain setelah ini.
Ntah keberanian dari mana, Fely menggeser duduknya lebih merapat pada Barra yang sedang fokus menyetir mobil. Ia melingkarkan tangannya pada tangan kiri Barra. Tidak lupa ia menyandarkan kepalanya pada bahu pria itu.
Barra tersenyum melihat tingkah Fely sekarang. Karna, ini kali pertamanya Fely melakukan ini. Biasanya, Fely hanya duduk manis saja disebelah Barra. Untuk memegang tangan Barra saja jika Fely ingin memotret dan dijadikan gadis itu insta story di akun gadis itu.
"Gue ngantuk, tapi kalo gue tidur lo ga ada yang nemenin" ucap Fely yang ntah kenapa rasa kantuknya datang sekarang.
"Tidur aja, ga papa. Lagian deket juga ke rumah ini" jawab Barra.
"Ngga ah, kasian. Ntar dibilang tega ninggalin tidur lakinya".
Barra terkekeh. Ada ada saja pemikiran Fely kali ini. Mana ada Barra berkata tega jika Fely sudah mengantuk. Yang ada, Barra heran saja pada Fely yang paling anti tidur sebentar. Karna memang perjalanan ke rumah hanya tinggal 15 menit saja dari tempat mereka sekarang.
"Ngga lah gila".
"Bar, lo seriusan sayang sama gue? Lo cinta gitu sama gue?" tanya Fely yang masih belum yakin pada perasaan suaminya itu.
"Menurut lo?" tanya Barra balik.
"Ya iya sih, wajar juga kalo lo cinta sama gue. Gue kan cantik, montok, sexy. Masa iya lo ga cinta sama gue dengan semua yang gue punya". Barra menggelengkan kepalanya. Ia merasa heran pada dirinya sendiri, kenapa harus Fely yang begitu super duper PD nya ini menjadi istri Barra? Bahkan plusnya Barra malah tergila-gila dengan gadis ini.
"PD gila lo, anjir bisa-bisanya gue cinta sama cewek kaya lo" ucap Barra lalu terkekeh.
"Gini, gini gue yang urus semua kebutuhan lo Barra" jawab Fely kesal.
"Iya, iya".
Fely dan Barra kini bergelut dengan fikiran mereka masing-masing. Sampai keduanya tiba dirumah. Tidak ada obrolan lagi saat ini selain keduanya yang bernyanyi mengikuti lirik lagu yang sengaja Fely putar dimobil Barra.
***
Keesokan harinya disekolah, beruntung sekali tidak ada drama disini. Secara dua hari berturut-turut Fely masuk keruangan BK karna ulah Febri yang mengadukan semuanya. Tapi, kali ini Fely harus melihat Jihan yang duduk diantara Barra dkk dikantin. Hanya saja tidak ada Febri disana.
Beruntungnya, Barra sangat menghindari Jihan. Terlihat dari posisi duduk Barra yang memilih untuk berpindah saat Jihan duduk disebelahnya tadi. Dengan mengalasankan memesan makanan terlebih dahulu tadi, lalu duduk kembali di bangku paling sisi yang Barra dkk duduki.
"Tumben si curut ga ikut ke si Jihan. Biasanya ngintil mulu" komentar Kai.
"Lah, bukannya tadi dikelas juga ga ada? Dia ga masuk kali" jawab Nindi.
"Iya gitu? Maklum kan gue ga ada anggep dia idup di kelas" kini Fely yang menjawab lalu keempatnya tertawa cukup keras. Sehingga membuat pengunjung kantin melihat kearah mereka. Termasuk Barra dkk tentunya.
"Sorry, sorry, lanjut" Nindi menyatukan kedua tangannya sambil cengengesan karna merasa malu menjadi pusat perhatian seisi kantin. Sedangkan Fely, Clarin dan Kai hanya bisa menahan tawa mereka.
"Eh, yang ke puncak itu, laki gue mau ikut katanya" ucap Fely yang mengingat tentang permintaan Barra semalam.
"Anjir ngapain?" tanya Clarin.
"Biar ada yang jagain katanya. Ya kalo dia ga ikut gue ga boleh ikut juga anjir" jawab Fely.
"Tapi bener juga sih, kita perlu cowok buat bawa mobilnya" sahut Nindi karna mengingat perjalanan mereka cukup jauh.
"Iya juga ya. Ya udah ajak aja dari pada ga jadi sama lo liburannya. Kita panasin si Febri tuh biar dia nyesel udah tinggalin kita" sahut Clarin yang sedikit menggebu diakhir kalimatnya. Fely tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
Vino tidak akan pernah bisa diam jika Fely sudah memesan makanan. Saat melihat penjual kantin menuju ke meja Fely dkk dengan membawa nampan isi pesanan ke empat gadis itu, Vino segera beranjak dari duduknya dan menghampiri bahkan sampai duduk disebelah Fely. Tepat saat makanan keempatnya sudah berada diatas meja.
"Fely oh Fely.." ucap Vino dengan cengengesan.
"Diem anjir lah gue mau makan enak ini" jawab Fely yang sangat khatam tujuan Vino datang padanya saat ini untuk apa.
"Ya elah dikit aja Fel, pelit amat sih lo sama gue" jawab Vino sambil cemberut.
"Lagian, heran ya sama lo. Lo ga modal banget jadi cowok. Gimana cewek betah pacaran sama lo kalo lo ga modal gitu" cibir Nindi.
"Hemat anjir bukan ga modal" jawab Vino.
"Sebelas dua belas anjir hahaha" jawab Fely lalu tertawa, diikuti oleh tiga temannya.
Tapi, Fely tetaplah Fely yang tidak akan pernah perhitungan pada teman. Dengan senang hati Fely berbagi makanan dengan Vino. Bahkan, keduanya makan sepiring berdua karna Fely yang mengambilkan sendok untuk Vino agar Vino bisa memakan makananya.
"Nih" ucap Fely sambil menyodorkan satu sendok makan dan disambut baik oleh Vino. Dengan cepat juga mereka menyantap makanannya.
"Terbaik emang sahabat gue satu ini" ucap Vino.
Kring...
Sebuah pesan masuk kedalam hp Fely. Dengan cepat Fely membacanya karna pesan itu ia terima dari Barra. Fely memang sengaja menstel notifikasi berbeda untuk pesan dan telfon yang ia terima dari suaminya itu. Fely juga dengan segera membalasnya.
Barra
Beres makan keatas gue mau ngomong
Fely Cantik
Harus banget ya?
Barra
Harus karna ini kata suami lo
Fely Cantik
Iya iya. Masih mau gosip gue
Tidak ada balasan dari Barra membuat Fely kembali menyantap makanannya. Karna ia tadi menghentikan suapannya demi membalas pesan dari Barra. Makanannya juga sudah hampir habis karna dibantu oleh Vino.
***
Fely berjalan menghampiri Barra yang sedang berdiri dengan terhalang tembok besar setinggi d**a pria itu. Barra juga sedang asyik melihat hiruk pikuk jalanan kota Jakarta siang ini di atas gedung sekolah mereka.
"Kenapa?" tanya Fely langsung saat dirinya sudah berdiri disebelah Barra. Barra menoleh sebentar sebelum ia kembali fokus pada jalanan dan menjawab pertanyaan dari Fely.
"Fel, gue tau lo deket banget sama si Vino. Tapi, gue rasa lo berlebihan ga sih sama dia kalo lo makan sepiring kaya tadi?" tanya Barra.
Barra memang sedikit cemburu tadi. Tapi, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Fely juga terlihat nyaman tadi. Walau Fely sudah pernah menjelaskan jika Vino sudah gadis itu anggap sebagai kakaknya. Hati kecil Barra tidak bisa menerima jika Fely terlalu dekat dengan Vino.
Fely terkekeh sebelum menjawab pertanyaan suaminya itu.
"Lo cemburu?" tanyanya.
"Iya" jawab Barra langsung. Seketika Fely bungkam. Tadinya ia ingin meledeki Barra.
"Fel, gue tau segede gimana si Vino peduli sama lo. Dan lo juga pernah bilang kalo lo udah anggep dia kaya kakak lo. Ya, sama lah kaya lo ke si Ansell juga. Tapi, ga tau ya hati gue ga bisa aja terima itu" lanjut Barra.
"Tapi, dia garda terdepan gue selama ini Bar" jawab Fely.
Tidak bisa dipungkiri, selama ini Vino dan Ansell lah yang selalu membela Fely jika Fely terlibat masalah. Saat Fely salahpun kedua pria itu, terutama Vino selalu membela Fely habis-habisan. Apa lagi jika Fely benar, maka Vino tidak akan pernah tinggal diam jika ada orang yang berani berbuat masalah pada Fely.
Bahkan, Barra juga bisa membuktikan sendiri tentang kepedulian Vino yang teramat besar pada Fely. Terbukti saat Febri yang Vino usir dikelasnya karna ketahuan jika gadis itu berani membuat hal yang membahayakan Fely. Belum lagi, saat Fely dituduh mencoret mobil Febri dan juga Jihan. Vino yang dulu sering mendekatkan Jihan pada Barra pun seketika mengancam Jihan saat Jihan hampir melabrak Fely.
"Tapi ada gue sekarang".
"Kalopun ada lo, lo ga bisa berbuat apa-apa. Kita itu masih rahasiain hubungan kita"
"Kenapa ga bilang aja sih kalo kita pacaran? Gue ga ada keberatan sama sekali Fel kalo semua orang tau soal itu" Selama ini Barra tidak merasa keberatan jika Fely mau mengakui Barra sebagai pacarnya. Seperti yang Lita sering sarankan pada mereka berdua selama ini.
"Tapi, kemarin kita baru aja bikin geger sekolah Bar". Barra mendecih. Sebenarnya hal apa yang harus ditakutkan oleh Fely jika mereka mengaku pacaran.
"Tunggu semuanya reda. Gue yakin satu sekolah masih ada yang gosipin kita. Lo ga tau aja kalo fans lo sama si Jihan banyak yang gosipin gue sekarang" jawab Fely. Barra menghela nafasnya sebentar.
"Fel, anjir lah gue aja ga pernah anggep mereka ada".
"Ya, iya sih. Tapi, biarin semuanya dingin dulu ya?" pinta Fely.
Selama ini Fely bukannya tidak mau mengakui Barra sebagai pacarnya, hanya saja Fely menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan itu semua. Hubungannya yang diketahui oleh Febri dan dengan entengnya Febri mengatakannya pada pihak sekolah. Dan parahnya itu menjadi bahan gosip mayoritas siswa Palm High School.
"Oke, tapi bisa ga kurangin kaya tadi? Gue ga suka liat lo deket sama cowok. Sekalipun itu Vino sama Ansell". Fely menarik nafasnya pelan. Lalu menganggukan kepalanya.
Fely kini berhambur memeluk Barra. Ntah kenapa ia ingin memeluk suaminya itu. Antara menenangkan Barra, atau menenangkan dirinya sendiri. Yang jelas, ia merasa Barra membalas pelukannya. Barra juga mengecup puncak kepalanya berkali-kali.
"Maaf" ucap Fely.
"Its okay. Gue yang harusnya minta maaf" jawab Barra.
"Jangan beda ke si Vino sama Ansell ya. Kalian harus berteman baik. Mereka sahabat gue. Mereka baik sama gue. Lo harus baik juga ke mereka" pinta Fely yang mendapat anggukan dari Barra.
"Iya, ga lo minta juga gue ga akan berubah sama mereka berdua".
Fely menarik wajahnya agar bisa melihat wajah Barra. Lalu, ia mendekati wajah itu dan melumat bibir suaminya. Ya, kali ini Fely yang melakukannya terlebih dulu. Biasanya Barra lah yang melakukannya. Tapi, kali ini Fely yang menginginkannya. Walau begitu, Barra juga menginginkannya. Terbukti, kini Barra yang memimpin permainan mereka berdua.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part