Part 47

1201 Kata
Perlahan Fely mulai melangkahkan kakinya menaiki tangga rooftop. Sebelum jam istirahat tadi, Barra mengiriminya pesen jika Barra ingin menghabiskan waktu istirahat bersama Fely. Jadi, disinilah Fely berada sekarang. Dilantai tertinggi gedung sekolahnya, menghampiri Barra yang sedang duduk menunggunya diatas sofa. Fely duduk disebelah Barra yang sedang memejamkan matanya. Perasaan bel istiharat baru berbunyi, tapi suaminya itu sudah menyiapkan makan dan minum untuk mereka berdua. Tidak salah lagi, Barra pasti bolos tadi. "Lo bolos ya?" Tanya Fely. Barra membuka matanya. Menoleh kearah Fely. "Ngga" jawabnya singkat. Tetap saja Fely tidak percaya. "Itu makanan sama minuman? Kan baru aja bel" tanya Fely. Barra melirik kearah makanan dan minuman yang berada disebelahnya. "Gue pesen pas sebelum jam pelajaran kelar" jawab Barra dengan sejujurnya. Karna memang Barra tidak membolos saat jam pelajaran tadi. Alasannya karna saat Barra dkk ingin bolos, guru yang mengajar dikelas mereka sudah datang. Alhasil, dengan sangat terpaksa Barra dkk harus mengikuti jam pelajaran yang sangat membosankan itu. Fely memicingkan matanya. Ia mendekati wajah Barra. Lebih tepatnya ia mentap mata Barra. Mencari kebohongan disana. Tapi, tidak ada. "Apa sih Fel?" Tanya Barra menjauhkan wajah Fely. "Ya takutnya lo boong sama gue" jawab Fely to the point. "Percaya sama laki sendiri kenapa sih?" "Iya in" jawab Fely. Lalu Barra seperti biasa menyiapkan makanan mereka ke dalam piring yang sudah Barra bawa kesini. Fely hanya memperhatikan saja. Lagi pula, tidak setiap hari Barra menyiapkan makanan untuknya. Jika dirumah, Fely yang selalu melakukannya terhadap Barra. "Nih makan" Barra menyerahkan satu sendok yang ada didekatnya untuk Fely. Sepasang suami istri ini pun kini menyantap siomay yang Barra beli sampai tandas. "Huh kenyang" Fely mengelus perutnya sambil ia menyederkan punggungnya pada senderan sofa. Barra menoleh kearah gadis disampingnya itu. Lalu mengelus perut Fely bak Fely tengah mengandung. "Kenyang ya dek?" Tanya Barra. "Kenyang pih" jawab Fely lalu keduanya tertawa terbahak-bahak. "Lo udah siap?" Tanya Barra. "Apanya?". "Jadi nyokap". Fely menggeplak wajah Barra pelan. Bisa-bisanya Barra bertanya seperti barusan. Jelas Fely belum siap. Ia masih ingin sekolah disini. Menyelesaikan pendidikan SMA nya. Lalu melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. "Sialan. Ga lah. Gue masih mau sekolah, mau kuliah juga". Jawab Fely. Barra merah jemari Fely yang masih berada diwajahnya. Barra menggenggam jemari itu diatas pahanya. "Kan lalo kuliah bisa sambil momong anak" ucap Barra. "Lo emang kepengen ya punya anak?" Tanya Fely. Barra menoleh. "Kalo lo mau". Fely menggelengkan kepalanya. Kenapa jadi bahas soal anak sekarang? Tiba-tiba Barra mengingat kejadian sarapan tadi. Dimana Barra dimarahi habis-habisan oleh Lita karna tidak sengaja berkata kasar pada Fely. Yang dimana, Fely lah yang memancing Barra untuk mengatakannya. "Heh, gara-gara lo ya gue jadi dimarahin sama mama" Barra menggerakan tanganya yang sedang menggenggam jemari Fely, sehingga membuat gadis itu menoleh karna kaget. "Bodo amat kan itu tujuan gue hahaha" jawab Fely sambil tertawa terbahak-bahak. "Liat aja ya, gue jamin mommy bakalan marahin lo nanti malem" ancam Barra. Fely fikir, yang menjadi kesayangan mertua itu hanya gadis itu saja? Barra juga merupakan menantu kesayangan mertua sama seperti Fely. Mumpung nanti malam keduanya akan menginap dirumah Winda, maka Barra akan memanfaatkan keadaan yang ada untuk memberikan Fely pelajaran. "Oh, lo ngancem gue?" Tanya Fely sedikit meremehkan. "Itu bukan ancaman" jawab Barra. "Oh ya?" Tanya Fely yang kini mendekatkan wajahnya pada wajah Barra. Deg! Mata keduanya kini bertemu. Ntah siapa yang memulainya, baik Barra maupun Fely mulai semakin mendekatkan jarak diantara keduanya. Saling menutup mata kala bibir mereka bertemu. Perlahan, Barra menggendong Fely dengan bibir mereka yang masih tertaut. Fely hanya mengikuti permainan suaminya itu. Tangan Fely sengaja ia kalungkan pada leher Barra karna ia tidak ingin terjatuh saat Barra mulai menciumi lehernya, dengan tangan pria itu yang sudah melepaskan semua kancing kemeja sekolah Fely. Fely tidak mau kalah, satu persatu kancing kemeja sekolah Barra pun ia lepas. Rasanya tidak adil jika hanya Fely saja yang bertelanjang d*da disini. Apalagi, Barra sudah berhasil melepaskan bra yang sedari tadi menutupi d*da kembarnya yang cukup besar itu. Fely terus mengerang kala tak hentinya Barra menciumi lehernya dengan tangan pria itu yang lihai bermain dikedua d*danya. Belum lagi, saat ciuman Barra mulai turun kebawah. Ya, Barra melumat p*yudara Fely bak bayi yang sedang menyusu pada ibunya. "Diem Fel, gue bisa gila kalo lo gerak mulu. Adik gue udah bangun" ucap Barra saat ia merasakan nafsunya semakin bertambah kala Fely terus bergerak dibagian adiknya yang kini sudah terbangun. "Lo juga ga bisa diem Barra" jawab Fely. Barra tidak menjawabnya, ia justru memilih untuk melanjutkan kegiatannya yang terhenti sebentar. Dengan sekuat tenanga, Barra menahan hasratnya meronta-ronta ingin meminta jatah pada Fely. *** "Abis dari mana lo?" Tanya Haykal saat Barra menghampiri teman-temannya yang sedang duduk didepan kelas mereka. Ntah apa yang dilakukan oleh keenam temannya ini duduk didepan kelas memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang. "Kepo" jawab Barra yang memilih duduk didekat Ansell. "Eh anying abis ngapain lo? Liat leher si Barra merah lagi" tanya dan sahut Ansell dengan keras sehingga membuat teman-temannya yang lain menoleh kearahnya. Dengan segera Barra menutupi lehernya. "Anjir lah si Fely bener-bener" ucap Barra dalam hati. "Apa sih lo?" Tanya Barra. "Anying balik-balik udah dicupang aja" timpal Kamal tanpa Bismillah. "Abis ngapain lo Barra?" Tanya Vino. "Ngga, gue ga ngapa-ngapain" jawab Barra berdusta. "Boong banget gila. Lo udah itu ya?" Tanya Vino lagi. "Itu apa?" "Ini nih" Vino mengisyaratkan jemarinya tentang hubungan badan. Dengan segera Barra menggeplak kepala Vino yang asal bicara itu. "Anying ngga" jawab Barra. Karna memang tadi Barra tidak melakukannya bersama Fely. Permainan mereka hanya sebatas bagian atas tubuh saja, tidak lebih. Mengingat, waktu sholat dzuhur belum tiba. Jadi, mereka tidak bisa mendi besar disekolah. Bisa-bisa menjadi gosip disekolah jika mereka berdua sampai mandi disekolah. "Terus kenapa merah-merah gitu? Abis ketemu sama siapa sih lo?" Tanya Nizam mendesak Barra. "Kepo ah, udah gue mau ke toilet" Barra menghindari pertanyaan-pertanyaan yang akan teman-temannya ini lontarkan lagi padanya. Menghindari mereka adalah solusi terbaik kali ini. Dengan begitu, Barra tidak bisa memikirkan cara untuk berbohong pada ke enam temannya. "Anying malah kabur dia" ucap Luthfi saat melihat tubuh Barra yang semakin menjauh dari pandangan mereka. "Gue yakin sih, dia abis lakuin sesuatu sama cewek" komentar Kamal yang mendapat anggukan dari teman-temannya. "Ga bisa ini, harus dicari tau nih" sahut Ansell. "Santai kawan-kawan. Kita cari tau dengan ganteng ya" jawab Kamal yang mendapat tatapan dari kelima temannya, karna tidak mengerti apa yang Kamal maksud kan. "Ya, ya, kan kita cowok, ya bermain ganteng lah masa bermain cantik" ucap Kamal saat menyadari jika teman-temannya ini tidak mengerti akan apa yang ia ucapkan. "Serah lo" Nizam mengucek rambut Kamal yang sudah pria itu tata serapi mungkin. Membuat Kamal menjadi kesal pada temannya itu. "Anying gue udah rapihin ini rambut buat ketemu Fely. Lo seenak jidat aja rusakin" protes Kamal sambil mengaca pada layar hp nya. "Sampe kapan lo kejar si Fely?" Tanya Vino. "Sampe janur kuning melengkung, dan gue yang pasang janur itu didepan rumahnya" jawab Kamal dengan pd nya. Semua teman-temannya kini meledeki Kamal yang masih saja mengharapkan Fely yang jelas-jelas gadis itu selalu menolaknya secara mentah-mentah. Tekad Kamal yang sangat kuat justru menancing teman-temannya untuk membuly dirinya dari pada mendukung Kamal untuk bisa mendapatkan cintanya dari Fely. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN