Bab 8 - Penghuni Sel Tahanan

1444 Kata
Rian sampai di kantor polisi tak lama setelah Kayla sampai dan dibawa masuk ke dalam. Dia pun membuka helm nya kemudian turun dari motornya dan segera melangkah ke dalam dengan tergesa. Entah berada di mana Kayla sekarang. Yang dia khawatirkan adalah Kayla mendapatkan perlakuan tidak baik mengingat tempat ini tak akan memberi dispensasi untuk orang yang bersalah. Meski dia belum mengetahui secara pasti kesalahan apa yang Kayla perbuat. “Selamat pagi, Pak,” ucap Rian pada salah satu opsir polisi yang sedang duduk di pos penjaga. “saya ingin bertemu dengan wanita yang baru saja dibawa ke tempat ini.” Lanjutnya dengan raut wajah khawatir. Polisi itu mendongak. “Maaf. Anda baru bisa menemui tahanan besok pagi,” jawab Polisi itu membuat pandangan Rian menunduk ke arah lantai dengan sorot mata kecewa. “Tolong izinkan saya bertemu dengan Kayla, Pak. Sebentar saja,” mohon Rian. Namun, lagi-lagi polisi itu menggelengkan kepala pertanda menolak. “Tidak bisa. Kembalilah besok pagi.” Rian menghela napasnya pelan. Dia menyerah. Dia tidak mungkin memaksa yang akhirnya akan memancing keributan di sana. Tetapi, untuk sebuah pertanyaan yang membuatnya penasaran tentang kesalahan yang diperbuat Kayla sehingga ditangkap, rasanya bisa dia dapatkan sekarang. “Maaf, Pak. Jika boleh tau, kasus apa yang menjerat wanita itu?” tanya Rian sekali lagi sebelum pulang. “Ayahnya sudah menipu sebuah perusahaan. Gadis itu kami tangkap sebagai saksi sampai ayahnya ditemukan.” Jawaban polisi itu membuat Rian kembali bertanya, “Jika boleh tau, apa nama perusahaan yang ayah wanita itu tipu, Pak?” Polisi itu menghela napasnya pelan. “Kamu bisa tanyakan pada wanita itu besok pagi. Sekarang pulanglah.” Rian mengatupkan bibirnya rapat. Hanya sekilas informasi itu yang dia dapat. Tapi tak masalah. Yang terpenting dirinya sudah mengetahui jika Kayla ditangkap bukan karena kesalahan yang Kayla perbuat. Tapi, kesalahan ayahnya yang harus Kayla tanggung untuk sementara waktu sampai ayah Kayla ditemukan. Rian pun memutar tubuhnya. Memilih keluar dari kantor polisi untuk pulang dan memberi tahu ibunya. Setelah itu, dia masih harus ke restoran untuk bekerja seperti hari biasa. *** Kayla duduk di sudut sebuah sel tahanan dengan baju yang sudah berganti. Kali ini, bukan baju yang dia pakai tadi pagi. Melainkan baju tahanan yang membuat statusnya berubah menjadi penjahat seperti penghuni sel tahanan lain yang berada di tempat ini karena bermacam alasan. Kayla menelungkupkan wajahnya di atas lengannya yang bertumpu di atas lututnya. Mencoba tegar dan tak menangis karena semuanya akan sia-sia. Yang bisa membuatnya keluar dari sel tahanan ini hanya ditemukannya sang ayah, dan rasa-rasanya dia tidak yakin ayahnya akan segera kembali sehingga tinggal di sel tahanan ini untuk waktu yang lama sudah dia yakini akan terjadi. Selain itu, dia juga memikirkan Rian dan bu Linda sekarang. Mereka pasti berpikir jika dirinya ini penjahat. Tapi, mau bagaimana lagi. Beradanya ia di sel tahanan ini tentu saja membuatnya harus menjadi orang yang dijauhi. Kayla menjatuhkan tubuhnya—memilih berbaring di lantai sel tahanan yang dingin dan sedikit berdebu. Memejamkan matanya dan berharap, mimpi buruk ini tak begitu nyata saat dirinya terlelap dan berpetualang di dunia mimpi. *** Keesokan paginya. “Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu,” Seorang opsir polisi wanita yang membuka pintu sel tahanan Kayla, membuat Kayla meninggalkan piring sarapan yang sejak tadi dia nikmati dengan rasa yang hambar. Ya, walaupun rasa makanan itu memang hambar dan bisa dibilang tak enak. Kayla tak banyak bicara. Begitu pintu itu terbuka, Kayla segera keluar dari sel tahanan kemudian memberikan ke dua tangannya untuk di amankan lagi. Opsir wanita itu menipiskan bibirnya. Dia pun tau jika wanita yang ber status sebagai penghuni sel tahanan baru itu adalah wanita baik-baik. “Kamu tidak akan diborgol, Kayla,” ucap opsir polisi itu kemudian memegang tangan Kayla dan menarik Kayla menuju tempat yang tersedia bagi orang-orang yang mengunjungi para tahanan. “Mas Rian,” cicitan kecil terdengar dari bibir Kayla yang tipis. Dia tak menyangka, Riam dan Bu Linda akan mengunjunginya secepat ini. Sebelum Kayla duduk, Bu Linda sudah lebih dulu mendekat kemudian memberikan Kayla pelukan. “Kayla, kamu baik-baik saja ‘kan?” tanya Bu Linda khawatir. “ibu sangat mengkhawatirkanmu, Kayla.” Kayla mengangguk. Suaranya dihalangi oleh isak tangis yang hampir saja keluar. Dia tidak menyangka, bu Linda yang baru dia kenal selama 2 hari sangat peduli padanya seperti ini. Lalu, kenapa ibu tirinya dan juga saudaranya meninggalkannya begitu saja? Bu Linda melepaskan pelukannya kemudian membingkai wajah Kayla dengan lembut. “Ibu sudah tau dari Rian jika kamu tidak berbuat apa-apa. Kamu di sini, hanya karena kesalahan yang ayahmu lakukan.” Perkataan bu Linda kali ini, membuat Kayla melihat ke arah Rian yang masih terdiam dengan posisi duduknya di seberang kursi yang menjadi tempatnya duduk selama kunjungan. Bagaimana Rian bisa tau tentang permasalahannya? Sedikit pun, dia tidak memberitahu Rian karena takut Rian dan bu Linda akan membencinya karena sudah berbohong selama tinggal di sana. “Dia menyusulmu kemarin. Tetapi tidak diperbolehkan masuk.” Penjelasan bu Linda membuat Kayla tau, jika Rian ternyata sangat peduli dan tak akan membencinya meski dirinya anak seorang penipu. “Waktu berkunjung kalian hanya 30 menit,” ucap opsir polisi wanita itu kemudian meninggalkan Kayla di sana. Kayla yang bahagia karena merasa memiliki keluarga seperti Rian dan bu Linda yang masih begitu peduli padanya. “Ibu membawakanmu makanan, Kayla.” Kayla tersenyum begitu lebar meski dengan mata yang berkaca-kaca. Perhatian ini, bahkan tidak pernah dia dapatkan selama hidupnya. *** 4 hari sudah berlalu Setiap hari, Rian selalu mengunjungi Kayla dan membawakan Kayla makanan. Sampai-sampai, Kayla merasa tidak enak karena merepotkan. Tetapi, dirinya pun tak bisa menolak karena Rian dan bu Linda pasti akan kecewa. Kayla menatap cahaya rembulan yang masuk ke dalam sel tahananya melewati celah dinding seukuran kotak bekal berukuran sidang. Malam ini, terasa begitu dingin sampai-sampai dirinya menggigil. Dan rasanya, dia memang sedang tak enak badan karena meski merasa kedinginan suhu tubuhnya malah panas. “Ayah ... Ayah di mana?” Kayla merintih di sudut ruangan. Saat sakit, ayahnya selalu berada di sampingnya. Menemaninya dan mengingatkannya untuk beristirahat. Tapi, sekarang? Ayahnya tidak ada. Dia sendiri. Kedinginan dan merasa sakit di sudut sel pengap ini. “Mmhh!” Kayla bergumam begitu cahaya dari senter menyorot penuh ke arah wajahnya. Sel tahanan yang semula gelap, kini diterangi oleh cahaya senter yang hanya menyorot ke arahnya. “Bangun!” Suara asing yang tak pernah Kayla dengar selama berada di tahanan, bergema di sana sehingga membuat Kayla menutup sebagian wajahnya yang diterangi oleh senter itu. Berharap bisa melihat seseorang yang datang mengunjungi sel tahanannya. “Bangun! Apa kau tuli hah?!” Suara itu terdengar lagi bahkan kali ini dengan sedikit bentakan. Kayla yang merasa lemah dengan tubuh mengigil kedinginan, tak bisa apa-apa selain tetap meringkuk di sudut sel pengapnya. “Sialan kamu!” Suara yang merupakan milik Geandra Arvyno Setiawan itu terdengar lagi dan kali ini di iringi oleh dentingan gembok sel tahanan yang dibuka. Gean memang sudah pulang dari rumah sakit 2 hari yang lalu karena kondisinya sudah membaik dan Gean mengatakan sudah sehat dan tak perlu dirawat secara intensif lagi di rumah sakit. Akhirnya, Dokter mengizinkan Gean pulang. Tetapi, tentu saja dengan pengawalan ketat seorang dokter yang memeriksa kondisi Gean selama beberapa jam sekali atas permintaan Arvyn. Dan hari ini. Gean yang merasa benar-benar pulih, dan mendapat izin dari Arvyn untuk menemui putri Elliot yang sudah dipenjarakan selama 4 hari, benar-benar mengunjungi sel tahanan dengan memegang sebuah senter yang dia dapatkan dari salah satu polisi karena pencahayaan di dalam sel tahanan sudah mulai gelap. “Bangun!” ucap Gean begitu melihat seorang wanita yang meringkuk di sudut ruangan sel. Bersamaan dengan itu, dia menekan tombol senter sehingga menerangi wajah putri Elliot yang wajahnya hanya dia kenal lewat foto dan identitas wanita bernama Nesya itu. Melihat wanita itu tak bergeming sedikit pun bahkan setelah Gean menyuruhnya untuk bangun beberapa kali, akhirnya Gean meminta salah satu polisi untuk membuka pintu tahanan kemudian masuk ke dalamnya. Gean melangkah mendekat, kemudian menarik selimut berwarna coklat yang menutupi tubuh Kayla. “Kenapa kamu tak mendengarkan perintahku?! Apa pendengaranmu sudah tidak bisa mendengar dengan baik?!” Gean geram. Baru kali ini, dia bertemu wanita seperti di depannya saat ini yang berstatus sebagai anak penipu. “ternyata, kamu sama saja dengan ayahmu yang penipu itu. Sama-sama berengsek!” Tangan Gean terulur kemudian memegang lengan Kayla dan menariknya dengan kuat sehingga tubuh Kayla yang lemah terangkat dan membentur d**a bidang Gean yang berdebar karena menahan kemarahannya. “Maaf, Tuan,” cicit Kayla pelan sebelum kesadarannya benar-benar dijemput oleh kegelapan. Gean memejamkan matanya sejenak. Sebelah tangannya yang tadinya memegang senter, membiarkan senter itu terjatuh begitu saja demi menangkap kepala Kayla yang jatuh lemas karena tak sadarkan diri. “Sial! Wanita ini demam,” gumam Gean kemudian mengangkat Kayla ke dalam dekapannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN