Sesaat hanya kesunyian yang ada di antara Yuda dan Yuki, di dalam mobil yang membawa mereka ke sekolah Yuki.
"Uncle punya anak?" Tanya Yuki tiba-tiba, pertanyaan yang membuat Yuda menolehkan kepalanya.
"Tidak"
"Belum ya, sudah berapa lama Uncle menikah dengan Aunty?"
"Tiga tahun"
"Ehm cukup lama ya. Usia Uncle berapa sih?"
"30 tahun"
"Ehm sudah tua ya, kalau Aunty?"
"25 tahun"
"Ehm.. sudah cocok tuh punya anak, kenapa ditunda-tunda?" Tanya Yuki, matanya menatap wajah Yuda dari samping.
"Bukan ditunda, tapi belum dikasih sama yang di Atas"
"Ooh, punya anak yang banyak Uncle, biar anak Uncle nanti tidak kesepian seperti Yuki"
"Non tidak punya saudara?" Tanya Yuda sembari menolehkan kepalanya untuk melihat wajah Yuki.
Yuki membuang pandangannya ke jendela. Yuda bisa melihat kemuraman di wajah itu, meski hanya terlihat sesaat.
"Aku tidak suka membahas tentang diriku" jawab Yuki ketus.
"Ooh maaf" ujar Yuda cepat.
'Hhh bukannya tadi dia yang memulai bicara soal dirinya'
Keheningan kembali tercipta di antara mereka berdua.
Mata Yuki kini tampak lurus menatap ke depan, entah kenapa Yuda merasa kalau nona majikannya itu pikirannya sedang menerawang.
Mereka masih tetap diam sampai tiba di sekolah Yuki. Yuda membukakan pintu mobil untuk Yuki.
"Kalau Uncle mau pergi, pergi saja. Nanti aku telpon kalau waktunya pulang"
"Tidak Non, saya tunggu Non saja, karena itu adalah tugas saya"
"Terserah Uncle saja"
Yuki masuk ke sekolahnya, Yuda memarkir mobilnya. Menunggu Yuki sambil memejamkan matanya yang terasa mengantuk, karena harus bekerja sejak dini hari tadi. Tapi sebelumnya ia menyalakan alarm ponselnya lima belas menit sebelum waktu Yuki pulang sekolah.
Yuda membuka matanya, saat alarm ponselnya menunjukan sudah waktunya Yuki pulang sekolah. Ia ke luar dari dalam mobil, menegakan pinggangnya yang terasa pegal. Lalu merapikan kemejanya yang sedikit kusut.
Tadinya Bu Fina memintanya memakai seragam supir, seperti saat ia bekerja di kantor. tapi Yuki tidak mengijinkannya memakai seragam. Jadilah terpaksa ia hanya memakai stok kemeja tua dan celana kainnya yang hanya beberapa stel saja.
Yuda melihat Yuki berjalan bersama ketiga temannya yang kemarin ke mall, mereka berpisah di depan gerbang sekolah. Yuki ingin menuju ke arah Yuda, tapi tampak oleh Yuda sebuah mobil menghadang jalan Yuki.
Seorang siswa pria ke luar dari dalam mobil itu, ia berusaha meraih tangan Yuki, tapi Yuki menepiskannya.
Yuda berjalan mendekati mereka, ia merasa marah melihat sikap tidak sopan yang ditunjukan siswa pria itu terhadap nonanya.
Tapi belum lagi Yuda tiba di dekat mereka, siswa pria itu sudah bisa memegang lengan Yuki.
"Aku sudah bilang, aku tidak mau ikut denganmu!" Yuki berusaha menarik lengannya dari genggaman siswa itu.
"Kau tahu Yuki, semua siswi sekolah ini akan merasa bangga jika pergi denganku. Jadi harusnya kau merasa tersanjung karena kau yang aku pilih Yuki!" Geram siswa pria itu.
"Aku bukan mereka, menyingkirlah!" Seru Yuki gusar.
"Pergilah, jangan ganggu Nona Yuki" ujar Yuda pada siswa pria itu. Ditepuknya dengan keras bahu siswa pria itu. Siswa pria itu menolehkan kepalanya, tatapan mata mereka yang sama birunya bertemu.
"Kau siapa? Jangan ikut campur urusanku!"
"Aku supir nona Yuki, urusan nona Yuki, adalah urusanku juga" jawab Yuda.
"Kembalilah ke mobil Uncle, jangan campuri urusanku. Aku bisa mengatasi masalahku sendiri" ujar Yuki tajam pada Yuda. Yuda menatap Yuki dengan tatapan tidak mengerti, kenapa nonanya tidak mau ia bela.
"Uncle, aku bilang kembalilah ke mobil. Tunggu aku di sana!" Seru Yuki mulai tidak sabar karena melihat Yuda yang tidak bergeming dari tempatnya.
Dengan perasaan gamang, Yuda meninggalkan mereka. Yuda masuk dan duduk di dalam mobil. Pandangannya tertuju pada percekcokan antara Yuki dan siswa pria tadi. Cukup lama mereka bicara, sampai akhirnya Yuda melihat Yuki melayangkan tamparan ke pipi siswa itu, lala Yuki segera beranjak meninggalkannya.
Yuda segera ke luar dari mobil, ia membukakan pintu depan untuk nonanya.
"Aku duduk di belakang, aku ingin sendirian!" Ujar Yuki dengan suara ketus. Tanpa bertanya lagi, Yuda membuka pintu belakang. Yuki masuk ke dalam mobil, Yuda menutup pintunya. Baru ia duduk di belakang kemudinya.
"Langsung pulang Nona?"
"Ya" jawab Yuki singkat.
Yuda melirik nonanya dari spion, wajah itu terlihat menyimpan amarah, tapi tatapan matanya seakan menyimpan kepedihan yang mendalam. Dua hal berbeda sedang berada dalam satu jiwa. Dan hari ini, Yuda kembali melihat Yuki dalam sosok berbeda dari yang kemarin dilihatnya.
Hari ini tidak ada keceriaan yang ditunjukan seperti kemarin. Yang terlihat hari ini adalah kemurungan dan kemarahan. Entah besok akan seperti apa lagi bentuk seorang Yuki yang akan dilihatnya.
Tiba di rumah.
"Temani aku makan siang" ujar Yuki saat Yuda membukakan pintu mobil untuknya.
"Baik Nona"
Yuda mengikuti langkah Yuki ke dalam rumah. Yuki naik ke lantai atas menuju kamarnya untuk berganti pakaian, sedang Yuda masuk ke dapur untuk meminta minum.
Yuda sempat mengobrol dengan tiga asisten rumah tangga yang ada di dapur, sebelum terdengar teriakan Yuki memanggilnya.
"Uncle!"
"Ya Non"
Cepat Yuda ke luar dari dapur.
"Ngapain di dapur?"
"Minum Non"
"Duduk, temani aku makan!"
"Baik Non"
Yuda duduk di kursi yang berada di seberang Yuki.
Menatap menu makanan di hadapannya, ia jadi teringat istrinya yang entah hari ini makan dengan lauk apa.
Yuda tidak menyadari kalau Yuki tengah menatapnya.
"Cepat makan Uncle, hari ini aku ada bimbel. Uncle boleh istirahat sebentar setelah makan, setelah itu antar aku ke tempat bimbel"
"Baik Non"
Yuda menyuap makanannya dengan perlahan. Ia tengah bersyukur dalam hatinya untuk rezeki yang ia terima hari ini. Tapi makan enak sendiri membuatnya merasa sudah berdosa pada Ajeng istrinya.
Yuki sudah selesai makan.
"Uncle boleh istirahat sebentar, Bik.." Yuki memanggil Bibik.
"Ya Non" Bik Rah datang mendekati.
"Masukin rantang semuanya, berikan untuk Uncle Yuda! Biar dia bawa pulang untuk istrinya!" Perintahnya. Yuda menatap Yuki dengan tatapan tidak percaya, Bik Rah menganggukan kepalanya.
Tanpa bicara lagi Yuki naik ke lantai atas.
"Tidak usah Mbak" ujar Yuda saat Bik Rah benar-benar memasukan yang ada di atas meja ke dalam rantang.
"Rezeki jangan ditolak Mas Yuda, lagi pula nanti non Yuki marah, bisa ngamuk. Kalau ngamuk, susah membujuknya. Tuan Yamata juga sedang tidak ada. Kasihan Bu Fina nanti, karena harus mencari cara membujuknya" jawab Bik Rah.
"Memangnya Non Yuki suka ngamuk Mbak?"
"Iya, saya juga tidak tahu kenapa Non Yuki bisa ngamuk. Kalau dia sudah ngamuk, tidak akan ada yang bisa membujuknya kecuali kakeknya."
"Memangnya kalau ngamuk non Yuki seperti apa Mbak?"
"Non Yuki kalau maunya tidak dituruti ia pasti ngamuk, ngancam mau bunuh diri. Bawa mobil sendiri sambil ngebut. Haduuuh pokoknya sereem Mas. Jadi jangan sampai menolak keinginannya Mas, bahaya!" Ujar Bik Rah sambil menggedikkan bahunya.
Yuda merasa cemas jadinya, takut kalau ia akan membuat Yuki mengamuk dan melakukan hal-hal bodoh karena keinginannya tidak dituruti. Dan Yuda semakin bingung untuk mendefinisikan sifat seorang Yuki Yurika, nona majikannya.
BERSAMBUNG