Bab 3. Dihakimi dan Dinikahkan Paksa

1503 Kata
“Bahkan p*****r saja memiliki alasan kenapa mereka jual diri. Nah kamu!” ucap Fathan meledak-ledak. Suaranya jadi sumbang karena ia sampai berteriak. Setelah menampar bolak-balik wajah Violita, tangan kanan Fathan juga tak segan menjambak Violita sekuat tenaga. Fathan sungguh meluapkan semua emosinya. Di lain sisi, Violita yang dibangunkan paksa dalam keadaan tak berbusana dan itu disaksikan oleh banyak orang, membuat wanita sangat cantik itu kena mental. Malu dan ketakutan terus Violita rasakan. Selain air matanya yang jadi kerap berlinang, d**a Violita juga jadi berdebar kacau dan berakhir kebas. Fatalnya, untuk sekadar bicara bahkan berpikir saja, Violita juga jadi tidak bisa melakukannya. Kini, Violita memang mendadak tidak bisa membedakan mana kenyataan maupun mana halusinasi. Wanita berusia dua puluh delapan tahun itu mendadak hilang arah. Penghakiman yang ia alami dirasanya terlalu mengerikan. Tak pernah terbayang oleh Violita dirinya akan ada di posisi seperti sekarang. Terlebih sejauh ini, Violita selalu menjalani hidupnya dengan selurus mungkin. Andai yang Violita hanya kata-k********r dan agenda main tangan dari Fathan, mungkin Violita masih bisa menerima. Namun kini, Violita benar-benar telanjang. Dirinya yang biasanya tampil tertutup tengah menjadi bahan tontonan tanpa tanda-tanda akan ada pertolongan yang ia dapatkan. Padahal hal terakhir yang Violita ingat, dirinya tengah mengobati si pria asing. Pria asing yang memang terluka parah dan kini malah sama-sama telanjang di sebelahnya. Pria itu bahkan masih kesulitan untuk sekadar duduk akibat luka parahnya. “Ya Allah … ini kenapa bisa begini ya Allah?!” Dalam hatinya, akhirnya Violita bisa menangis meronta-ronta. Bersamaan dengan itu, dadanya terasa sesak luar biasa. Violita yang hanya bisa mengurai isi hati sekaligus perasaannya lewat air mata, mendadak ditarik paksa oleh tangan kanan Fathan. Tubuh Violita yang polos langsung jatuh terbanting ke lantai keramik putih dan terasa sangat dingin. Tak kalah dingin dari penghakiman yang masih saja ia dapatkan. Yang membuat Violita terpuruk, tak lain lantaran ketika dirinya menatap ayah, ibu sambung, maupun adik sambungnya. Ketiganya kompak memalingkan wajah. Ketiganya tampak terlihat sangat malu, kecewa, dan sekadar menolongnya pun tampak tidak sudi. “Sudah cukup! Kalau kamu enggak mau nikah sama aku setelah apa yang terjadi, ya sudah enggak apa-apa!” raung Violita. “Bila caramu seperti ini, aku enggak segan lapor polisi!” Violita sadar, hanya dirinya yang bisa meredam keadaan. Karena semua yang ada di sana. Termasuk ayah, ibu, dan juga adiknya, tetap membiarkan Fathan main hakim sendiri. Rasa kecewa sekaligus sakit hati mendalam yang melahirkan dendam, memang membuat Fathan berlaku seenaknya kepada Violita. Statusnya sebagai calon suami Violita membuat Fathan merasa berhak melakukan apa pun bahkan itu membuat wanita itu merasakan neraka sebelum kematian. Ditambah lagi, dirinya yang notabene anak kades dan juga merangkap sebagai juragan tanah. Sebagai orang berpengaruh, Fathan merasa dirinya memiliki kuasa lebih dari kebanyakan orang. Hingga yang ada, Fathan tak segan menggunakan kaki kanannya yang hanya memakai kaus kaki hitam, untuk menendang mulut kemudian wajah Violita. Tetangga dan anggota keluarga yang masih menonton langsung histeris. Mereka kompak meminta Fathan untuk menyudahi main kasarnya. Lain dengan orang tua Violita maupun Rindu yang menjadi alasan kejadian kini ada. Ketiganya menunduk malu, tetap membiarkan semuanya terjadi. Daniel yang masih terluka parah, juga jadi tersentak. Daniel melihat apa yang Fathan lakukan dan itu menginjak kepala Violita menggunakan kaki kanan! Fathan sungguh memperlakukan Violita layaknya tengah menghakimi binatang! Tak peduli meski kini ia sama sekali tidak memakai busana, Daniel yang memang sengaja mengerahkan seluruh tenaganya. Apalagi meski ia belum sempat melihat wajah Violita, Daniel mengenali suara Violita sebagai suara dari penyelamatnya. Berbekal emosi yang tersulut, Daniel membanting tubuh Fathan. Daniel melakukannya dengan menindih tubuh Fathan. Kebersamaan di sana makin diwarnai istighfar akibat ulah Daniel. Dengan napas terengah-engah, tangan kanan kekar Daniel yang penuh luka meraih selimut di sebelahnya. Gemetaran di tengah keringat dingin akibat luka-lukanya, Daniel menyelimutkan selimutnya ke tubuh Violita. Violita yang memiliki kulit putih sangat mulut, meringkuk sambil membenamkan wajah ke lantai. Selain tetap tidak melihat wajah Violita, Daniel juga tak tega menatap Violita terang-terangan. Daniel merasa sangat bersalah. Violita yang telah menolongnya dan di awal pertemuan mereka bercadar, justru menjadi tontonan dalam keadaan telanjang bahkan itu bersamanya! ••• “Aku akan menikahinya!” Daniel sadar mengatakannya. Ia sungguh-sungguh demi menjaga martabat wanita yang telah menyelamatkannya. Kini, Daniel tengah menjadi bagian dari sidang dadakan atas apa yang terjadi antara dirinya dan Violita. Selain dipaksa menikahi Violita detik itu juga, Daniel juga dikenai denda oleh Fathan. Fathan melakukannya karena Daniel telah meniduri wanita yang harusnya Fathan nikahi. Fatalnya, kejadian itu terjadi tepat di hari yang harusnya menjadi hari pernikahan Fathan dengan Violita. Denda yang Fathan minta berupa uang sebesar seratus juta. Masalahnya, Daniel yang baru saja mengalami kecelakaan fatal, tak mungkin bisa menebusnya. Disaksikan warga, ketua RT, ketua RW, maupun orang tua Fathan, sidang itu berlangsung. “Kamu tidak perlu menikahiku! Sementara urusan denda,” ucap Violita yang sudah memakai pakaian lengkap dengan cadar. Ia duduk di sebelah Daniel yang juga sudah memakai pakaian. Daniel kembali memakai kemeja lengan pendek warna putihnya yang penuh noda darah. Sementara untuk bawahannya, Daniel memakai sarung. Ia dan Violita duduk di kursi plastik dan masih menjadi bagian dari sewa tenda hajatan. Kini, tatapan Violita tertuju kepada kedua mata Fathan. Di sofa pelaminan, pria itu bergaya layaknya bos besar. Fathan masih menatapnya tajam. “Tidak usah menuntut denda apa pun karena semuanya tidak seperti yang kamu pikirkan. Jika kamu tidak mau melanjutkan pernikahan, dengan senang hati aku menerimanya!” “Cukup sekali aku kamu pukuli, tidak dengan setelah ini!” lanjut Violita. “Tentu! Siapa juga yang sudi menikah dengan lontai sepertimu! Bagusnya kamu enggak usah pakai pakaian sekalian biar semuanya tahu kamu siapa! Merusak agama saja!” sergah Fathan benar-benar sombong. Violita yang tidak tahan dengan sikap Fathan, memilih bergegas pergi dari sana. “Tetap duduk dan menikahlah dengan laki-laki yang telah menidurimu! Jangan bikin malu apalagi bikin aib lagi!” tegas pak Nendar dengan suara bergetar akibat emosi yang ia tahan. Pak Nendar yang sengaja menahan kepergian Violita menatap kedua mata sang putri dengan amarah menyala. Kini, kedua mata Violita bergetar sekaligus basah sambil terus menatapnya. “Setelah menikah, cepatlah angkat kaki dari rumah ini! Saya tidak sudi punya anak perempuan sepertimu!” lanjut pak Nendar. “Karena setelah saya menikahkanmu, mulai detik itu juga kamu bukan anak saya lagi! Hubungan kita sekaligus tugas saya ke kamu benar-benar sudah selesai!” pak Nendar mantap dengan keputusannya. Bahkan sekadar melirik Violita saja, ia jadi tak sudi melakukannya. Violita tidak bisa untuk tidak menangis. Dadanya langsung terasa sangat sakit. Beberapa menit lalu, hidupnya sudah sepenuhnya hancur hanya karena ia terbangun tanpa busana bersama pria asing dan langsung menjadi tontonan. Namun kini, ayah yang juga menjadi satu-satunya orang tua yang tersisa, dengan begitu keji meruntuhkan langit kehidupannya. “Andai Ayah percaya kepadaku, … pasti rasanya enggak akan sesakit ini, Yah!” lirih Violita sampai sesenggukan. Kenyataan Violita dan Daniel yang benar-benar fatal memang membuat keduanya tidak bisa membela diri. Hingga mau tidak mau, keduanya harus mau diadili. Daniel dan Violita tetap dinikahkan paksa. Keduanya menjadikan uang lima puluh ribu sebagai emas kawin dan itu saja dibayar hutang. Violita terpaksa mengambil uang miliknya yang ada di dompet. Karena selain tak sampai memiliki kartu identitas, pria asing yang menikahinya juga sama sekali tidak memiliki uang maupun benda berharga lainnya. “Dasar wanita bloon! Dikasih jodoh baik-baik, malah milih pria enggak jelas yang sekadar emas kawin saja dibayar hutang! Iya kalau dia bukan suami orang. Bayangkan kalau dia suami orang bahkan fatalnya, buronan!” ucap Fathan dengan sombongnya. Kemudian, ia yang berangsur berdiri juga berkata. “Karena kamu sudah menikah dengan laki-laki lain, sekarang aku juga akan menikah!” “Loh … si Lita sudah aku jebak sama laki-laki lain, kok iya mas Fathan masih mau nikah sama yang lain!” batin Rindu benar-benar kecewa. Di sebelah sang ibu yang duduk di sebelah pak Nendar dan itu tak jauh dari Violita, ia mendadak terperanjat. Sebab setelah mengabarkan rencana pernikahannya dan membuat Rindu kecewa berat Fathan justru berdalih bahwa Rindu merupakan wanita yang pria itu pilih. Rindu nyaris pingsan saking girangnya.Namun, ia yang didukung penuh oleh sang ibu, langsung memeluk ibu Rianty sangat erat. “Mereka terlihat sangat bahagia,” batin Daniel diam-diam mengawasi ekspresi Rindu dan juga ekspresi ibu Rianty. Bagi Daniel, tanggapan ibu Rianty dan Rindu sangat berlebihan terlebih Violita saja sedang berduka. Setiap gerak maupun perubahan ekspresi rindu dan ibu Rianty terus Daniel awasi. Perubahan yang sangat mengundang kecurigaan bos mafia itu. Terlebih sebagai bos mafia, Daniel sangat paham apa itu jebak menjebak seperti yang ia curigai telah Rindu lakukan kepadanya dan Violita. “Wanita yang bernama Rindu, dia yang semalam bikin tehnya. Dia menyuapiku minum, selain dia yang juga sangat berisik meminta Vio buru-buru minum. Sementara setelah itu, aku tidak ingat apa pun. Sepertinya ini memang kelakuan Rindu! Matilah kalian dengan mengenaskan jika kecurigaanku ini, benar-benar terbukti!” batin Daniel lagi kali ini benar-benar dendam. Daniel berniat melakukan pembalasan mengerikan. Pembalasan mengerikan yang tidak akan pernah bisa Rindu apalagi ibu Rianty lupakan. Daniel bersumpah akan melakukannya secepatnya. Setelah keadaannya membaik, dan ia mendapatkan pertolongan dari anak buahnya. Sungguh, Daniel tak sabar menunggu saat-saat itu tiba!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN