Aku tertidur setelah apa yang dilakukan Bima namun rasanya baru beberapa saat dimana aku merasakan sesuatu yang bergetar di v****a, aku tidak bisa melihat yang aku yakini jika mataku ditutup. Rambutku ditarik dan sepertinya posisiku sekarang menungging, kedua pipiku ditekan sehingga aku merasakan ada benda panjang dan lunak yang masuk dengan segera aku mencoba untuk adaptasi lalu dipegangnya rambutku agar dapat bergerak untuk mengulum benda tersebut, aku merasakan benda ini di dorong sampai tenggorokan yang hampir membuatku nyaris tersedak. Gerakan menarik rambutku diikuti getaran di v****a yang semakin cepat aku hanya bisa mendesah dengan mulut penuh.
"Akhhh" suara desahan Bima "mulutmu enak sekali jalang akhhhh" semakin mempercepat gerakan dirambutku "s**t ahhh" tarikan di rambutku semakin cepat dan semakin ditekan masuk ke dalam hingga tenggorokan yang selalu hampir membuatku tersedak.
Aku hanya bisa mencoba menikmati benda ini yang aku yakini penisnya berada di mulut dan tidak semua bisa masuk kedalam mulut karena ukuran penisnya sangat besar, getaran di v****a semakin cepat membuatku mencengkram paha Bima karena akan mendapatkan pelepasan namun Bima semakin mempercepat gerakan dalam v****a ini.
"Oughhhh jalang kecilku" desah Bima menarik rambutku mengikuti irama dari gerakan di v****a.
Bima tidak menghiraukan keadaanku dengan segera aku menarik p****t Bima hingga penisnya masuk makin dalam ke dalam mulut dan aku mencapai o*****e, aku merasakan cairan yang keluar banyak pada vaginaku dan aku hanya bertumpu pada paha Bima karena tidak ada pegangan lain selain pahanya Bima. Bima langsung melepaskan penisnya dari dalam mulut dapat kurasakan ditariknya dildo dari v****a membuatku sedikit bernafas lega, namun hal itu tidak lama ketika aku merasakan lidah Bima masuk ke dalam v****a membersihkan cairan yang keluar bahkan yang menetes di paha ikut dibersihkannya membuatku tidak tahan atas apa yang dilakukan apalagi kondisiku saat ini dengan mata tertutup.
"Ehhhh om" desahku keras menikmati apa yang dilakukan Bima
Aku merasakan jari Bima masuk kedalam bersamaan dengan dildo dan tidak lama aku merasakan getaran dari v****a dan jari. Dimana serasa vaginaku penuh dengan dildo dan jari Bima lalu aku merasakan lidah Bima bermain di sekitar pantatku yang aku lakukan hanya meremas kedua p******a yang bahkan belum disentuh oleh Bima sejak tadi. Remasan di p******a mengikuti dengan gerakan dildo dan jari pada v****a, aku menikmati sensasi yang Bima berikan dalam setiap bagian tubuhku.
"Ough om" desahku saat gerakannya semakin cepat "fast" pintaku sambil menggigit bibir menahan semuanya.
Bima mengeluarkan jari dan dildo yang digantikan p***s Bima langsung masuk ke dalam v****a dapat aku rasakan beda antara p***s Bima dan dildo yang tadi masuk dalam v****a. Bima langsung menggerakkan pinggulnya mengikuti gerakan pada pantatku yang keluar masuk dalam vaginaku sambil sesekali memukul pantatku bergantian.
"Oughhhh masih sempit saja kamu jalang" ucap Bima sambil memukul pantatku keras "oughhh v****a kamu menyedot penisku” ucap Bima dalam gerakan kami semakin cepat “s**t" erang Bima ketika melepaskan penutup mata sambil meremas kedua payudaraku. Ditariknya bibirku agar kami bisa menikmati ciuman yang semenjak tadi aku menunggu tindakannya mencium bibirku ini.
"Akkhhhhh" ketika p***s Bima masuk semua ke v****a akibat di dorongnya semakin dalam namun Bima meraup bibirku diciumnya dengan rakus memasukkan air liurnya dalam mulutku yang aku terima dengan senang hati.
Bima menghentikan gerakannya dengan mendiamkannya membuatku langsung menggerakkan pinggul namun Bima memukul pantatku keras dan akhirnya aku hanya diam menunggu, namun tidak lama kemudian Bima menggerakkan perlahan dengan segera aku mengikuti gerakannya dan kemudian kami mulai bergerak mencari kenikmatan, ruangan hanya terdengar suara alat kelamin dan desahan kami. Bima menarik daguku dan kami berciuman dalam sambil menggerakkan penisnya keluar dan masuk, gerakan kami semakin cepat dan aku tahu ini tanda bahwa Bima akan mencapai orgasmenya tidak lama kemudian.
"Kamu memang jalang kecil" ucap Bima setelah melepaskan ciuman namun aku tidak peduli dengan perkataannya.
Gerakan semakin dipercepat oleh Bima membuatku semakin tidak kuat menghadapi serangan dari Bima dan aku hanya bisa mengikuti apa yang Bima lakukan seolah aku pasrah atas perlakuan Bima.
"Om aku mau keluar" ucapku ketika merasakan mencapai orgasme
"Bersama" ucap Bima
Kami semakin mempercepat gerakan dapat kurasakan p***s Bima semakin ditarik kedalam oleh vaginaku, p***s Bima masuk lebih dalam hingga rahim. Gerakan semakin cepat yang kami lakukan membuatku tidak bertahan lama, namun aku merasakan kedutan di p***s Bima menandakan akan keluar
"Akhhhhhh" teriakku ketika mendapatkan pelepasan
"Akkhhhhh" desah Bima tidak lama kemudian dapat kurasakan semprotan s****a beberapa kali di dalam
Bima melepaskan penisnya setelah mendiamkan beberapa saat menarikku masuk kedalam pelukannya, mencium seluruh wajahku dengan lembut dan aku merasakan perasaan sayang dari ciuman Bima, apa aku boleh berharap atas apa yang Bima perbuat sebagai suatu bentuk perasaan sayang atau bahkan mungkin cinta.
"Maafkan semalam menyiksamu" ucap Bima lembut menatap wajahku "aku sangat merindukanmu" mencium hidungku pelan “aku takut ketika kamu mempunyai rencana dengan pria tua itu karena hanya aku yang bisa menjadikanmu b***k jangan ada pria lain”
"Om datang kapan memangnya?" tanyaku penasaran mengalihkan pembicaraan
"Kamu melihatku dengan Wijaya itu baru datang dan langsung kesini karena terlalu merindukanmu" jawabnya “jangan berbuat yang berhubungan dengan pria tua itu” aku hanya mengangguk atas apa yang diminta.
"Tante gak tahu om pulang?" Bima menggelengkan kepala "om gak ngabarin?"
"Lebih baik menghabiskan waktu denganmu" jawab Bima "setelah ini aku kembali ke Kalimantan masih ada yang harus diurus dan hubungi aku kapanpun kamu menginginkan" aku mengangguk "aku dengar kamu mulai proyek yang di Bandung bersama Rifat jangan nakal dan belajar dengan benar jangan sampai ada kesalahan sedikit saja" aku mengangguk “Rifat sudah tahu apa yang akan dilakukan karena Devan dan Lila sudah menjelaskan semuanya sedangkan tugasmu hanya mengawasi dengan benar” mencubit hidungku pelan.
"Gak janji" godaku sambil membelai dadanya
Bima menatapku tajam "aku akan menyiksamu melebihi kemarin"
"Asal om selalu ada buatku aku gak akan macam-macam" ucapku sambil membelai wajahnya
"Jangan bermain dengan pria tua itu" ucap Bima emosi dan menatapku tajam seketika aku mengangguk "gadis pintar" sambil menepuk bahu telanjangku "bersiaplah kamu berangkat pagi ini bukan?" aku mengangguk
“Berapa lama om di Kalimantan?” tanyaku sebelum kami melepaskan pelukan
“Belum tahu jadi jangan nakal” ucap Bima menatapku lembut “karena aku ingin kamu bisa tangguh bukan seperti cewek lain yang ada di kehidupanku”
Bima menarik tengkukku mencium bibirku lembut bahkan sangat lembut membuat aku terbuai atas perlakuannya, seakan dia memiliki dua sisi dan yang tahu hanya aku. Apakah aku spesial atau tidak seketika aku tidak peduli yang penting aku bisa menikmatinya bersama Bima dan menghabiskan waktu bersama bahkan mungkin jika nanti menyakiti hati sang istri.