Biarkan sekejap

1118 Kata
"Saya memang tidak sedang main-main!" Raja mengusap pipinya Ratu. "Saya suka kamu!" Apa! "Kamu tidak tahu siapa perempuan yang kamu suka ini! Jangan sembarangan Raja!" "Saya tidak sembarangan! Saya lihat seorang perempuan single, dan saya suka. Apa saya salah?" Ratu terdiam, yang Raja lihat adalah seorang gadis dara dengan wajah yang sempurna. Bukan Ratu yang hancur dengan masa lalu yang gelap. Raja hanya menyukai gadis dara, bukan seorang perempuan yang sudah jelas - jelas bekas jamahan orang. "Saya punya satu pertanyaan buat Bapak. Ketika Bapak pergi ke pasar, Bapak melihat buah mangga. Dua - duanya terlihat manis dan menarik." Sejenak ia terdiam, menghela napas pelan untuk sekadar menahan air mata yang akan membendung, "Yang satunya mulus masih segelan. Dan yang satunya ternyata sudah dicoba orang. Mana yang akan Bapak pilih?" "Kamu jangan memberikan pertanyaan yang aneh, semua orang pasti akan memilih yang segelan. Yang sudah jelas terjaga kesehatannya." Ratu tersenyum, "Bapak benar, dan itu yang terbaik." Ting! Lift terbuka, Ratu segera keluar meninggalkan Raja yang mematung, menatap punggung ramping itu menjauh. Aku gak ngerti! *** "Besok ajak Ratu ke Kantor Adreas, mereka ingin bertemu langsung dengan pembuat desainnya." Raja mengangguk, "Iya Pak." Axel sejenak menatap Raja, "Apa kamu pernah bohongi Papah?" Raja mengerjap, "Bohong tentang apa Pah?" Axel berdiri, memasukan kedua tangan ke dalam saku celananya."Mungkin saja kamu pernah bohong sama Papah!" Raja menggigit bibirnya kuat, "Raja gak berani bohong sama Papah, Raja bukan siapa - siapa di sini." Tidak akan pernah melupakan fakta tentang siapa dirinya, keluarga Navendra adalah Malaikat yang sudah menjadikan dirinya seseorang yang terpandang dan dibutuhkan. "Raja bahkan sudah berjanji, bahwa separuh hidup Raja hanya akan dikorbankan untuk keluarga Navendra. Jadi apa yang membuat Papa meragukan Raja?" Axel menatap laki - laki yang sudah beranjak dewasa itu. Perlahan ia berdiri, dan mendekat. Merapikan jas yang digunakan Raja. "Kamu sangat saya harapkan! Perusahaan ini hanya akan saya berikan pada kamu." Dia sejenak menghela napas, mengusap kedua babunya Raja, "Kamu tidak tahu bagaimana bangganya saya sama kamu!" Axel tentu saja tidak akan lupa, bagaimana berbakatnya Raja. Di usia sebelas tahun, dia sudah mampu mengetik sepuluh jari dengan kecepatan di atas rata - rata di usia sesamanya. Raja sanggup melakukan presentasi dan membuat karangan sebuah produk yang tidak pernah dipikirkan oleh anak sesamanya. Bayangkan saja, jika diusia semuda itu. Raja mampu memikirkan hal - hal yang berat. Dari sekadar bermain bola dan basket, maka apa yang akan dipikirkan laki - laki itu. Ketika usianya mulai dewasa seperti sekarang. Tentu saja Axel sudah melihat hasilnya. Raja mampu membawa Navendra Corp menjadi semakin tangguh dan sangat diperhitungkan di dunia bisnis. Navendra Corp adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan sepatu bermerk yang hasilnya langsung di eksport ke luar negri. Selain pembuatan sepatu. Navendra corp juga melebarkan sayapnya di produk elektronik, makanan, perhiasan, bahkan sampai ke produk kecantikan. Ok, balik lagi pada pembicaraan Axel dan Raja. "Saya sangat berterima kasih, karena Papah sudah menginjinkan saya bekerja di sini." Axel menepuk pelan pundaknya Raja, "Semuanya milik kamu." Sebuah ketidak mungkinan untuk Raja, mengingat dirinya hanyalah seorang anak pungut, "Meski itu cuma sebuah acuan, agar saya semangat bekerja. Saya tetap menghargainya, terima kasih." Hampir Axel membuka kedua mulutnya. Terlihat ada yang ingin ia sampaikan pada anak muda di depannya itu. Namun, entah kenapa. Mulut itu kembali berkatup. "Sama-sama, silahkan kembali ke ruangan kamu. Jangan lupa, kalau besok, kamu harus membawa Ratu ke Andreas Corp." Raja mengangguk, "Baik, Pah." *** Raja meletakan tas kerjanya di atas sofa. Kala Lysa datang, membuat Raja menatapnya cemas. Pasalnya, gadis itu pulangnya malam sekali. "Kamu dari mana Lysa?" Gadis itu melirik sekilas, "Main lah! Emang kenapa?" Raja tahu, sampai saat ini, Lysa tidak pernah menganggapnya seorang Kakak. Ia hanya anak angkat dari panti asuhan. Namun meski begitu, Raja merasa wajib tahu apa saja kegiatan gadis itu di luar sana. "Kamu ngomong yang bener, aku tanya, Lysa," Raja terlihat agak serius, menghadirkan kekehan sinis dari Lysa. "Lo itu siapa?! Kenapa berani banget ngatur gue!?" Raja terdengar mendengus kesal,"Aku cuma tanya, Lysa. Ini udah malem banget. Gak baik kamu keluyuran! Apa ka-" Plak! Tamparan kuat membuat Raja kehilangam kalimatnya. "Lo cuma numpang di sini!" Lysa menunjuk wajahnya Raja,"Mau gue pulang jam berapa? Sama siapa? Itu bukan urusan lo! Kenapa ribet amat sih? Seharusnya lo bersyukur, Bokap gue mau nerima lo di sini, dan lo malah seenaknya, lo-" "LYSA!" Teriakan Axel, membuat gadis itu terdiam. Menatap kaget pada sang Ayah. Axel turun dari tangga, dan menghampiri dengan tatapan tajamnya. "Begitu cara kamu menghadapi Kakak kamu?!" Lysa melirik Raja sekilas, "Dia bukan Kakak Lysa! Dia cuma anak pungut, yang beruntung karena bakal jadi pewaris utama! Lysa gak Rela! Dia-" Plak! Axel menampar gadis itu, membuat Raja mengerjap. Dan Lysa mematung dengan airmatanya yang perlahan luruh. "Jaga ucapan kamu, Lysa!" Axel terengah,"dia-" "Siapa?!" Lysa menempas. "Dia siapa?! Papah lebih sayang sama dia, dari pada sama Lysa. Papah selalu belain dia, dari pada Lysa ...." gadis itu menangis pilu, melirik Raja dengan penuh kebencian. "Bahkan Papa jadiin dia pewaris utama Navendra! Kenapa sih Pah? Kalau Papah gak sayang sama Lysa. Kenapa Papah gak bunuh Lysa dari kecil?" "LYSA!" Axel kembali membentak, "Gak kaya gitu, dengerin Papa!" Lysa menggeleng tidak mau tahu,"Lysa benci Papah!" Gadis itu berlari ke kamarnya, meninggalkan Axel yang terlihat menyesal. Dan Raja dengan tatapan kosongnya. "Kamu baik-baik saja?" Axel menatap Raja cemas,"Dia hanya cemburu," Axel menepuk pelan pundaknya Raja. "Suatu saat dia akan mengerti." *** Ratu ke luar dari taksi, gadis juita itu sepertinya datang terlambat. Ia berlari menuju lift, berharap meeting pagi belum dimulai. Sehingga ia tidak perlu mendapatkan teguran dari sang Atasan. Namun sayangnya, lift sepertinya baru saja membawa para karyawan ke atas sana. Terlihat dari nomornya yang berada di lantai paling atas. Duh, masa ia harus jalan tangga darurat! Gadis itu menatap jam yang melingkar dipergelangan indahnya. Terlihat menimang - nimang. Jalan tangga aja deh, Gadis itu segera berlari ke arah tangga darurat, dan mulai menaiki tangga itu satu persatu dengan tergesa. Keringatnya mulai menetes di kedua sisi pelipisnya. Hanya baru berhasil melewati dua tingkat saja. Kala langkahnya malah terhenti, ia melihat seseorang yang hendak turun, di depannya. "Pak Raja?" Laki-laki itu terdiam, menatap teduh Ratu. Menghadirkan kerjapan dari kedua mata cantik itu. Ia bergeser, dan memberikan jalan pada atasannya tersebut. Berharap ia bisa melanjutkan langkahnya. Namun yang terjadi adalah, Raja malah menggeser ke arah ke mana Ratu begeser. Membuat Ratu bingung, "Pak, saya mau-" Kalimatnya serat merta hilang, ketika Raja malah menariknya. Dan memeluk gadis itu erat. "Pak, Pak Raja! Ini-" "Tolong ... biarkan saya seperti ini. Sebentar saja!" Suara Raja terdengar pilu sekali. Membuat Ratu mematung, dan membiarkan dirinya tenggelam dalam kungkungan kedua lengan kokoh itu. Hay! Suka sama story ini? Apa yang membuat kalian suka? Kapan mau up lagi? Dan jangan lupa spam next untuk part selanjutnya. Etnilee
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN