bc

Ratu

book_age16+
1.4K
IKUTI
13.3K
BACA
possessive
arrogant
CEO
billionairess
heir/heiress
drama
sweet
virgin
office lady
like
intro-logo
Uraian

Ketika kesucian dipertanyakan?

Ratu hanya bisa terdiam. Ia tidak pernah mengakui dirinya adalah gadis suci, namun hatinya sakit bila ada yang bilang bahwa ia gadis ceroboh yang tidak bisa mempertahankan kesuciannya.

Ratu pernah dicintai,

Namun juga pernah disakiti, lalu dicampakan layaknya sampah.

Cinta bagi Ratu tidak ubahnya sebuah racun yang bisa membunuh secara perlahan. Namun anehnya Ratu masih saja berharap.

Kala ia bertemu seorang laki - laki sempurna yang justru mengagungkan ikatan suci dengan seorang gadis yang masih dara.

"Apa artinya kesucian seorang perempuan bagimu?" __Ratu__

"Mahkota yang harus dijaga. Dan saya sangat memimpikan perempuan yang mampu menjaga mahkota itu, hingga sampai ketangan Suaminya!" __Raja__

Lalu pada saat itu pun Ratu patah hati. Karena dia tahu, Raja tidak akan pernah memilihnya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Ratu
"Itu bukan anak gue! Masa itu anak gue? Waktu itu kita ngelakuinnya cuma sekali. Jadi sampe kapanpun gue enggak akan pernah percaya kalau anak yang lo kandung itu adalah anak gue!" Jatuhlah airmatanya Ratu, kala mendengar apa yang dikatakan Ramon. Setelah sekian lama mereka berpacaran. Ramon dengan teganya berkata, bahwa janin yang dikandung Ratu bukanlah miliknya. Padahal siapa yang pertama membuat Ratu mau melakukan itu? Ramon dengan segala caranya terus merayu Ratu, agar mau diajak melakukan hubungan yang dilarang itu. "Gue berani bersumpah, Ramon! Kalau ini cuma anak lo! Gue bersumpah kalau selama ini cuma lo yang berani kaya gitu ke gue!" Raung Ratu, dengan airmatanya yang bercucuran seolah tidak lagi bisa dibendung. Tubuhnya gemetar menahan sakit yang seolah akan sekarat. "Gue bersumpah bakal mati saat ini juga kalau ini bukan anak lo!" Ratu meraih tangannya Ramon, begitu memohon agar laki - laki itu mau bertanggung jawab dan menerima diri dan janin yang ia kandung. "Gue berani sumpah Ram ...." gadis itu menunduk pilu, bersimpuh di hadapan laki - laki yang pernah mencintainya sepenuh hati. Ramon tidak pernah absen datang menjemputnya saat kuliah atau pun jalan. Ramon yang selalu memberikan kisah manis yang seolah tidak akan habis, tak seperti yang terjadi saat ini. Ratu tidak pernah menyangkanya. "Cuma lo yang gue cinta, Ramon ...." Berharap dengan kalimat itu Ramon akan luluh dan menerima janin yang tidak bersalah. Genggaman erat tangan Ratu yang gemetar adalah sebuah bukti bahwa ia sangat takut kehilangan. "Tolong Ramon ...." Namun bagaimana jika cinta yang di damba hanyalah sebuah nafsu belaka? Ramon perlahan melepaskan pegangan Ratu, menatapnya datar tanpa perasaan. "Maaf!" Seolah ditarik paksa semua jiwanya, Ratu mematung. Terasa sakit menyiksa dadanya. Napasnya tercekat, karena isak yang tertahan. Menyesalkah ia? Ramon .... Kedua mata buram tak mampu membuat hati laki-laki itu luluh. Karena menit berikutnya terlihat bagaimana Ramon memutar diri dengan ringan, seolah dirinya tiada arti. Gue bakal tanggung jawab. Gue sayang lo, jadi jangan takut. Kalau cinta itu perlu bukti. Dan malam ini gue mau bukti dari lo, bahwa cinta lo cuma buat gue! Semuanya dusta! Ramon tidak lebih dari seekor buaya! Malam itu Ratu bahkan rela menahan sakit hanya karena rasa cintanya yang dalam untuk Ramon. Malam itu dia bahkan rela menahan tangis, hanya untuk kekasih yang sedang meminta bukti sebuah kata agung, yang ternyata tidak lebih dari seorang penipu. Ramon berkata bahwa apa pun yang terjadi padanya ia akan tanggung jawab. Namun nyatanya Ramon menganggapnya tidak lebih dari seonggok sampah. Ramon telah membuangnya. Ramon .... Gadis itu menutup mulutnya kuat, menahan raungan pilu yang seolah akan menarik nyawanya ke luar tanpa henti. Sakit! Aku tak percaya ini, Tuhan .... Baru ingat pada sang pencipta kala rasa sakit itu ada. Berbeda jika sedang bahagia dan dimadu asmara. Maafkan aku, Tuhan .... Iya, hanya Tuhan yang akan tetap mencintaimu meski di dalam dirimu hanyalah ada dosa dan dosa. Memejamkan kedua matanya erat, demi bisa menahan diri agar tetap bisa bernapas dan memulai sebuah awal pahit untuk dijadikan pelajaran. *** Setahun kemudian ... "Jangan ngelamun aja!" Raja menepuk pelan pundaknya Ratu, yang masih saja betah melamun. Saat ini gadis itu sedang duduk di kursi kebanggaannya sebagai karyawan dibagian desain perkantoran disebuah pabrik sepatu di Kotanya. Ratu tersenyum tipis, "Eh, maaf. Jadi ada apa?" Ratu bertanya. Raja sejenak terdiam, meneliti wajah gadis di depannya. "Saya rasa, kamu sedang enggak baik-baik saja!" Ratu menggeleng, "Aku baik-baik aja. Meski akhir - akhir ini, yaa ... ada sedikit problem sih." Raja mengangguk, laki - laki berusia 23 tahun yang bernama lengkap Raja Putra Navendra itu, adalah anak dari pemilik perusahaan yang menaungi Ratu. Apakah mereka punya hubungan? Tidak! Dan sepertinya tidak akan pernah. Raja mengangguk, "Saya dikasih lembaran ini sama Pak Presdir, katanya kamu harus datang ke acara meeting besok, pihak Andreas ingin kamu membuat desain untuk produk mereka." Ratu menautkan alisnya, "Produk apa?" Raja menagakan diri, "Sama, cuma mereka beda merk. Sebenernya itu masih anak Navendra corp. Cuma ya, yang ngurus Adiknya Papa." Ungkap Raja lagi, menghadirkan anggukan mengerti dari Ratu, "Tapi kan aku belum se-keren itu, kenapa harus aku? Kan masih banyak desain yang lebih baik dari aku?" Raja menggeleng, "Kalau itu, saya kurang tahu." Dan sekali lagi Ratu hanya mengangguk saja, "Akan saya coba, Pak." Raja mengedikan bahunya, "Sama-sama, saya cuma menyampaikan amanah saja." Itu dia, Raja. Laki - laki sopan dengan segala pribadinya yang begitu menawan. Ratu merasa rendah diri sejak pertama kali melihatnya. Raja yang ternyata begitu dikagumi oleh para gadis di kantornya, mempunyai sikap yang dingin namun sopan. Bersikap sewajarnya dan tidak neko - neko. Tapi justru hal itulah yang membuat Ratu ingin sekali menjerit dan mempertanyakan apa yang ada di kepalanya. Apakah Raja masih bisa menerima gadis bekas jamahan orang? Bukan! Bukan Ratu berharap pada Raja. Tapi hanya ingin bertanya saja. Hanya ingin tahu saja, meski hal yang dibilang 'cuma' itu bisa menyesakan dadanya luar biasa. Raja bersikap pada Ratu, bisa dibilang paling akrab. Karena dengan karyawan lainnya, Raja terlihat cuek bahkan sepertinya malas untuk sekadar menyapa. Dari itu, tidak akan salah rasanya kalau Ratu mempertanyakan hal se-berat itu padanya? Lagi pula, mereka sudah saling mengenal satu sama lain selama satu bulan. Dan sebagai teman yang saling bertukar pikiran, rasanya itu tidak ada salahnya. Raja juga kadang meminta pendapat padanya tentang laki - laki seperti apa yang diinginkan para perempuan. Jadi, sebelum pemilik punggung tegap itu menghilang. Ratu segera memanggilnya. Dia menoleh, "Iya, Rat. Ada yang bisa saya bantu?" Deg! Jantung Ratu mulai berpacu dengan begitu cepat, rasa cemas dan takut mendadak menguasai. Dia terlihat menghela napasnya berat sekali. "Aku mau tanya," Sikap Ratu yang berbeda dari biasanya, menghadirkan kerutan dari kening Raja, "Iya," Ratu mendekat, "Dulu, waktu aku baru seminggu kerja di sini. Bapak pernah tanya, seperti apa laki - laki yang diinginkan perempuan?" Dan Raja mengangguk. Ia jelas ingat pertanyaan itu. Dia tidak akan melupakan bagaimana cara Ratu menjawabnya. Dia terlihat letih dan muram. "Apa yang ingin kamu tanyakan?" Ratu terlihat menggigit bibirnya kuat, "Apa arti kesucian seorang perempuan bagi laki - laki?" Raja sejenak menatap lekat gadis di depannya, lalu mengalihkannya ke arah lain. Terlihat menghela napas, lalu ... "Mahkota yang harus dijaga. Dan saya sangat memimpikan perempuan yang mampu menjaga mahkota itu, hingga sampai ketangan yang Suaminya!" Deg! Ratu terdiam dengan mengerjap pilu. "Kenapa?" Raja bertanya dengan menatap agak lekat. Ratu menggeleng dengan senyumannya. "Ah, enggak. Cuma mau tau aja. Kan Kakak pernah tanya sama aku, dulu." "Jadi mau balas dendam, nih?" Goda Raja, dan Ratu hanya terkekeh pelan dengan menahan sesak di dalam sana. "Enggak juga." Raja menghela napas, "Saya baru tahu, kalau perempuan cantik juga ternyata pendendam." Ratu mengerjap cepat dengan senyuman kaku, entah kenapa airmatanya agak sulit untuk dikontrol, "Yang tampan juga belum tentu baik, kan?" Ratu tentu saja bermaksud pada mantannya, mempunyai wajah tampan tapi seorang penipu. Bukan pada manusia Malaikat seperti di depannya. Raja terkekeh, "Ok, kalau gitu saya pamit." Menanggapi sikap manis laki-laki tampan itu dengan sebuah senyuman. Namun berubah isakan pelan, kala punggung itu menjauh.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

The Don's Father

read
12.9K
bc

Give Love

read
23.1K
bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
75.4K
bc

Growing Pains || Indonesia

read
34.1K
bc

Sean and Sonia: Deceitfullness (Bahasa Indonesia)

read
40.1K
bc

(Not) Sweet Revenge || Indonesia

read
44.6K
bc

Billionaire's Baby

read
283.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook