Malam memasuki dinihari, para pasukan tentara markas pusat sudah sampai di seluruh pengungsian distrik yang berada di Jakarta. Seluruh pengungsian yang diserang iblis tingkat empat dan lima bisa
dikalahkan. Sementara di pengungsian distrik Batu Apung suara tembakan dari tank dan meriam cannon mengarah ke iblis tingkat tiga. Mereka berdua lengah lalu melepaskan serangan terhadap dua kapten dan para tentara penjaga.
"Duaaaa Rrrrrr.” suara tembakan.
Vio dan Kapten Yogi terlepas segera memukul aspal jalanan mengarah kepada tentara penjaga untuk menjauhkannya supaya tidak terkena serangan yang dilakukan oleh pasukan tentara markas pusat, para tentara penjaga terpental jauh.
"Jedarrr." suara pukulan Vio dan Kapten Yogi.
Vio dan Kapten Yogi menusukan
tangan mereka ke aspal jalanan lalu mengangkat aspal tersebut untuk perisai pertahanan, mereka berdua terkena serangan tank dan meriam tersebut tetapi tidak membuat luka yang sangat parah.
Sedangkan Komori dan Tako juga terkena telak serangan tersebut. Serangan tersebut tidak berdampak kepada mereka berdua, pasukan markas pusat belum berhenti menyerang dilemparkannya granat, tembakan dari tank, dan meriam cannon. Vio dan Kapten Yogi segera berlari menghindari serangan yang dilakukan oleh pasukan tentara markas pusat, sedangkan Komori dan Tako balik menyerang pasukan tentara markas pusat.
Komori dan Tako terbang dengan cepat lalu menyerang pasukan tentara markas pusat. Komori mengendalikan darah membuatnya melayang dan berbentuk jarum yang sangat tajam dilemparkan jarum tersebut mengarah ke leher pasukan tentara markas pusat. Sebagian pasukan tentara markas pusat terkena telak dan mati. Sedangkan Tako menyemburkan tinta hitamnya yang sangat banyak membuat sebagian pasukan tentara markas pusat merasakan kepanasan dan susah bernapas terkena tinta tersebut.
Serangan Tako belum berhenti ia memanjangkan seluruh tangannya mengarah ke tubuh pasukan tentara markas pusat, serangan tersebut membuat badan sebagian pasukan tentara markas pusat terlilit terbelah menjadi dua dan mati. Pasukan tentara markas pusat yang tersisa terus menyerang Komori dan Tako, serangan mereka tidak berdampak apa-apa. Vio dan Kapten Yogi segera kembali untuk membantu pasukan tentara markas pusat.
"Ahhh tidak ada habisnya para manusia bodoh ini." ucap Tako.
Vio mengibaskan tangannya ke arah leher Komori, serangan tersebut berhasil dihentikan. Tangan vio terikat oleh darah yang dikendalikan oleh Komori, Vio belum selesai ia menebaskan satu tangannya lagi ke arah darah tersebut. Darah tersebut terbelah lalu Vio dengan cepat menendang kepala Komori,
dengan cepat menendang kepal. Komori, tendangan tersebut berhasil di blok oleh tangan Komori. Komori balik menyerang menusukan tangannya yang berkuku tajam ke arah perut Vio, serangan tersebut telak terkena perut Vio dan ia berteriak kesakitan.
"Bugg bagg," Suara tendangan Vio.
"Sleeeepppp," suara tusukan Komori.
"Hahaha sampai disini saja kau manusia bodoh, aku akan menghisap habis darahmu," ucap Komori sambil tertawa.
"Arrgghh." suara teriakan Vio.
Ditariknya tangan dari perut Vio lalu Komori menjilat darah yang berada ditangannya, Komori tiba-tiba batuk memegang leher berteriak merasakan sakit di tenggorokan. Komori tidak bisa meminum darah dari bangsanya sendiri.
"Uhuk uhuk uhuk," suara batuk Komori.
"Darah ini tidak enak, aku tidak suka dengan darah ini arghhhhhhhhhhh." ucap
Komori sambil berteriak kesakitan.
Vio yang melihat Komori kesakitan segera lari sambil memegang perutnya. Vio sudah tidak sanggup melawan, penglihatan buram, darah terus menerus keluar dari perutnya lalu ia pun tumbang pingsan. Sedangkan Kapten Yogi berlari menyerang Tako dengan melemparkan banyak batu besar ke arahnya, Tako memukul semua batu tersebut lalu terbang menyerang disemburkannya tinta hitam ke arah Kapten Yogi, tinta tersebut berhasil dihindari oleh Kapten Yogi tapi ia tidak bisa menghindari lilitan tangan Tako. Kapten Yogi terlilit oleh tangan Tako, ia tidak bisa bergerak dan bernapas. Tako mengencangkan lilitannya berniat membunuh Kapten Yogi, beruntungnya Kapten Yogi dari belakang suara tembakan meriam mengarah ke punggung Tako membuatnya kembali melepaskan lilitan terhadap Kapten Yogi.
"Duarrrrrr.” suara tembakan meriam.
Tako dengan sangat marah terbang menghancurkan meriam tersebut dan membunuh tentara yang mengendalikannya. Kapten Yogi susah bernafas ia berlari dengan sempoyongan menyelamatkan diri dan pingsan. Waktu sudah hampir pagi matahari segera terbit, pasukan tentara markas pusat dengan alutsistanya terus bertambah, serangan terus diarahkan ke iblis tingkat tiga. Matahari akan segera terbit Komori dan Tako tidak bisa terus menerus berada disana.
"Hey maniak darah matahari akan segera terbit, lebih baik kita mundur," ucap Tako.
"Arghh jukgkkaa takhukkk." ucap Komori dengan menahan rasa sakit dan suara yang tidak jelas.
Tako dengan cepat terbang melilit Komori yang sedang kesakitan mundur, mereka berdua akan mati jika terkena matahari. Serangan tersebut berakhir pengungsian distrik Batu Apung selamat dan menyebabkan banyak korban. Vio dan Kapten Yogi dibawa keruangan medis, paramedis sangat kaget melihat luka Vio tertutup dengan sendirinya. Vio tersadar bingung ia berada dimana dan merasa tidak percaya apa yang dialaminya.
"Dimana aku?" ucap Vio tersadar.
"Ini diruangan medis kapten,” ucap medis.
"Kenapa aku dibawa kesini, jangan khawatirkan aku selamatkan para tentara
yang terluka dan yang sudah gugur," ucap Vio.
"Tapi luka yang diderita kapten sangat mengkhawatirkan, luka tersebut tembus sampai ke belakang,” ucap medis.
"Ahh iya kenapa sekarang lukanya sudah tidak ada," ucap Vio sambil memegang perut.
"Iya kapten aku melihat luka itu tertutup dengan sendirinya," ucap medis.
"Apa lukaku tertutup sendiri!" ucap Vio terkaget.
"Apa ini kekuatan Iblis yang aku terima, tubuhku bisa beregenerasi,” suara dalam hati Vio.
Keadaan semua distrik sangat sibuk para medis mengevakuasi para korban luka-luka dan yang sudah gugur. Vio dengan cepat bangkit mencari keberadaan Kapten Yogi untuk pergi dari pengungsian distrik Batu Apung. Pasukan tentara markas pusat menghubungi Yelvan untuk melaporkan kejadian yang terjadi di pengungsian distrik Batu Apung, dan memberitahu keberadaan Vio dan Kapten Yogi berada disana.
"Tuuuut tuuuut tuuuut,” suara telepon tersambung.
"Hallo jendral,” ucap tentara markas pusat.
"Iya ada apa?" ucap Yelvan.
"Saya ingin melaporkan keadaan di pengungsian distrik Batu Apung," ucap tentara markas pusat.
"Apa yang terjadi disana?" ucap Yelvan.
"Siap jendral keadaan sudah aman terkendali dan banyak korban berjatuhan,"
ucap tentara markas pusat.
"Apa iblis tingkat atas bisa dikalahkan?" ucap Yelvan.
"Tidak jendral, mereka kabur karena mengetahui matahari akan segera terbit," ucap tentara markas pusat.
"Baiklah apa ada yang ingin dilaporkan lagi?" ucap Yelvan.
"Ada jendral, Vio dan Kapten Yogi berada disini, mereka berdua saat ini sedang pingsan dan berada di ruangan medis," ucap tentara markas pusat.
"Hahaha mereka berdua tidak bisa pergi jauh rupanya, tangkap mereka dan bawa ke markas pusat," ucap Yelvan sambil tertawa.
"Siap laksanakan jendral." ucap tentara markas pusat.
Vio menemukan Kapten Yogi yang sedang terbaring pingsan, dibangunkannya Kapten Yogi. Mereka berdua dengan cepat kabur dari pengungsian distrik Batu Apung dan tidak tahu harus kemana.
"Hey Yogi bangun bangun," Vio membangunkan Kapten Yogi sambil menggoyang-goyangkan badannya.
"Dimana aku?" ucap Kapten Yogi tersadar dan kebingungan.
"Ini diruangan medis, ayo kita pergi dari sini sebelum pasukan tentara markas pusat menemukan kita." ucap Vio.
Mereka berdua dengan cepat lari melalui pintu evakuasi rahasia pengungsian. Pagi hari yang indah damai dan tentram di pengungsian Benteng Pemberontak. Kelima pasukan narapidana berkekuatan iblis berencana ingin menjarah kebutuhan pangan dan bibit yang berada di pengungsian seluruh Jakarta, mereka kehabisan bahan baku untuk bertahan hidup. Mereka berlima tidak tahu apa yang sudah terjadi di pengungsian seluruh Jakarta. Udara pagi hari yang segar di bawah kaki pegunungan Vio, Sargon, dan Lucy sedang duduk santai minum kopi sambil makan ubi. Vio dan Sargon sudah terlalu lama disana mereka berdua berniat ingin melanjutkan perjalanan dan mengajak Lucy ikut serta dengan mereka.
"Val sudah lama kita berada disini, kapan kita melanjutkan perjalanan?" ucap Sargon bertanya.
"Aku sangat damai disini, lebih baik kita tinggal disini saja," ucap Valrey.
"Apa kau lupa dengan misi kita!" ucap Sargon yang jengkel.
"Haha kenapa kamu serius sekali aku hanya bercanda, tapi sehari lagi saja kita disini," ucap Valrey tertawa.
"Kita sudah terlalu lama disini! kita tidak tahu keadaan di kota saat ini!" ucap Sargon dengan suara tinggi yang semakin jengkel.
"Hahahaha kamu serius sekali Sargon," ucap Valrey sambil tertawa.
"Tidak lucu Valrey! apa kamu tidak bisa serius," ucap Sargon semakin jengkel.
"Hahaha iya iya maaf, baiklah hari ini kita lanjutkan perjalanan," ucap Valrey.
"Lucy, kamu ikut tidak?" ucap Sargon bertanya.
"Aku tidak pernah melakukan perjalanan jauh, aku ingin ikut tapi rumah ini akan
terbengkalai," ucap Lucy.
"Bagaimana kalo rumah ini kamu jual saja," ucap Valrey tersenyum lebar.
"Mana ada orang yang mau membeli rumah di luar pengungsian dengan iblis dimana-mana!" ucap Sargon jengkel.
"Hmmmm," Valrey berfikir sambil memiringkan kepala.
"Ah benar juga, jadi biarkan saja rumah ini lagian tidak akan ada orang yang mau mengambilnya," ucap Valrey.
"Rumah ini satu-satunya peninggalan orang tuaku," ucap Lucy.
"Kalo ini peninggalan orang tua, sewaktu-waktu akan hancur juga Jika iblis menguasai bumi ini. Lebih baik kita buat Negeri ini damai, supaya kamu bisa tinggal dengan damai dirumah ini,” ucap Valrey.
"Emhhhhhh benar juga kamu Val, baiklah aku ikut kalian," ucap Lucy.
"Hahh semudah itu Val meyakinkan Lucy?" suara dalam hati Sargon.
"Let's go kita berangkat." ucap Val.
Petualangan dilanjutkan, mereka berdua berhasil menemukan orang yang memiliki kekuatan sama seperti mereka. Lucy bergegas mengemasi barang yang diperlukannya untuk diperjalanan. Mereka bertiga tidak tahu apa yang terjadi saat ini di kota. Pengungsian di seluruh Jakarta mengalami kerusakan sangat parah akibat serangan yang dilakukan oleh iblis. Para masyarakat merasa tidak aman walaupun berada didalam distrik pengungsian.