Membasmi Iblis

2085 Kata
Valrey adalah salah satu Kapten Prajurit Bayangan. Kecepatan dan keahliannya menyembunyikan diri sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena itu bantuan dari Valrey akan sangat membantu. "Bagaimana keadaannya?" Vargas bertanya kepada Lucky dan Vio. "Beruntunglah pendarahannya sudah berhenti dan dia sudah melewati masa kritisnya," “Baguslah kalau begitu, maaf untuk sekarang aku tidak bisa membantu. Apakah nona Vio sudah menceritakan semuanya?" "Sudah, memangnya apa yang anda inginkan? Selama kami bisa mengabulkannya kami akan berusaha," Lucky menjawab dengan tenang karena dia merasa berhutang budi. "Aku hanya ingin kau menerima sebagian kemampuanku!!" "Tuan apa yang anda lakukan, saya harap anda jangan gegabah," Valrey memotong pembicaraan Vargas. "Keputusanku sudah bulat, itu pun kalau dia bersedia menerima itu semua,” "Baiklah saya akan menerima keputusan anda. Tapi apakah anda sudah mengetahui asal usulnya terlebih dahulu?" "Bagiku itu tidak perlu, nanti kau sendiri akan tau kenapa alasanku memilihnya," Walaupun di dalam hati Valrey tidak terima semua itu, tapi tetap saja dia harus menerima keputusan tuannya itu. "Bagaimana apakah kau sudah memutuskannya? Ini semua demi keamanan dan teman-temanmu," "Mengapa harus aku yang menerimanya? Bukannya Raph lebih pantas mendapatkan kekuatan seperti itu," "Aku hanya memilihmu, ada satu penilaianku yang menurutku kau pantas mendapatkannya. Aku tidak akan memaksamu, aku berikan kamu waktu untuk memikirkannya," Setelah memberi pilihan kepada Lucky, Vargas bergegas keluar. "Valrey kumpulkan tulang-tulang mereka!! Kita harus membuat senjata yang bisa menembus kulit para Core itu,“ "Baik tuan." Valrey bergegas memisahkan tulang-tulang para Core tersebut. Lalu membuatnya menjadi senjata. Sementara di kediaman Vio mereka merundingkan apa yang harus Lucky putuskan. "Kak Lucky sebaiknya terima penawarannya, karena senjata biasa tidak bisa menembus kulit mereka. Sementara itu dengan kekuatannya akan lebih mudah mengalahkannya," "Tapi aku belum bisa percaya padanya, mengapa dia mau membantu manusia. Apalagi dia adalah seorang Jendral dan anak dari pemimpin mereka," terlihat jelas raut muka Lucky yang dimulai dengan keputusannya. Raph yang dari awal pertemuan sudah mendengarkan pembicaraan mereka angkat bicara. "Sebaiknya kau terima tawaran tersebut, aku sudah pernah melawan salah satu dari mereka. Mereka bukan mahluk yang mudah dihadapi." Raph terbatuk karena masih merasakan sakit. Walaupun hanya menghadapi Core tingkat rendah tapi manusia biasa tidak akan bisa melawan satu Core dengan senjata biasa saja. "Sebaiknya kau jangan banyak bicara dulu, untuk sekarang keselamatan adalah prioritasku." wajah Lucky terlihat cemas karena khawatir dengan keadaan Raph. "Kalau kau ingin aku selamat sebaiknya kau terima tawarannya, memang pertamanya aku juga tidak percaya kepadanya. Akan tetapi setelah melihat ketulusannya untuk menyembuhkanmu aku yakin dia ikhlas membantu kita," "Baiklah aku akan menerimanya, kau memang benar semua ini untuk keselamatan kita semua." Di luar. “Tuan semua sudah saya kumpulkan," "Baiklah, terima kasih. Sekarang tinggal kita proses menjadi senjata." Sebenarnya tulang Core tersebut terlihat seperti tulang pada umumnya, akan tetapi memiliki kandungan dan keunikan yang memungkinkan menembus kulit mereka sendiri kalau diproses sebagai senjata. Tidak berbeda jauh dengan besi ataupun baja. "Sekarang kau carilah cetakan pedang di desa terdekat, aku yakin desa tersebut tidak akan selamat," "Baik tuan, karena sebelum kesini saya melihat ada tempat pandai besi. Saya yakin disana pasti ada cetakan pedang tersebut." Valrey bergegas pergi dengan kecepatan penuh. Valrey menuju Desa di balik Gunung Pukane. Sesampainya Valrey di Desa Gibson dia menemukan lautan darah dan mayat yang berhamburan di berbagai penjuru desa tersebut. "Memang keji apa yang dilakukan kaumnya, tanpa belas kasihan mereka membunuh mereka semua tanpa sisa. Pantas saja Tuan Vargas tidak setuju dengan p*********n inl." Setelah Valrey berjalan cukup jauh dia melihat sosok remaja dan anak kecil yang sedang menangis. Mereka terlihat menangisi seseorang yang mereka anggap berharga. Mereka berdua menyadari kedatangan Valrey langsung mengacungkan pedang ke arah Valrey. "Tenanglah aku tidak berniat jahat kepada kalian, aku kemari hanya berniat mencari cetakan pedang," Karena penjelas tersebut mereka menurunkan kewaspadaannya. "Percuma saja paman membuat senjata setajam apapun tidak akan bisa menembus tubuh mereka. Aku melihatnya sendiri, semua tidak mempan," "Oleh karena itu paman ingin membuat senjata yang bisa menembus tubuh mereka, makanya paman mencari cetakan pedang dan senjata lainnya," "Benarkah? Bila benar paman bisa membuat senjata yang bisa menembus tubuh mereka apakah aku bisa mendapatkannya? Aku akan menukarkannya dengan cetakan pedang dan senjata lainnya sebagai gantinya," Anak tersebut berharap bisa membalas kematian orang tua mereka. "Kau terlalu kecil untuk menggunakan senjata, lebih baik tunjukan paman dimana paman bisa menemukannya," "Aku tau paman!! Tapi setidaknya aku bisa melindungi adikku. Karena hanya dia keluarga yang aku miliki saat ini," anak tersebut memasang wajah kecewa. "Baiklah, tapi aku tidak berjanji Tuanku akan mengizinkannya. Dan nanti kalian ikut denganku, di sana lebih aman." Wajah anak tersebut langsung sumringah dengan ajakan Varley. "Iya paman kami akan ikut, tapi paman bawalah dulu adikku. Sebaiknya aku disini dulu untuk menguburkan jasad orang tua dan warga disini. Mereka sangat baik pada kami, tapi paman tenang saja karena aku akan memberikan apa yang paman mau," "Anak ini sungguh berbeda dia masih memikirkan kebaikan orang yang sudah tiada," "Baiklah kalau begitu, paman akan menemanimu dulu disini menguburkan warga desa. Setelah itu kita pergi sama-sama," "Terima kasih paman, perkenalkan nama saya Sargon dan ini adik saya Lisa," "Nama paman Valrey, sebaiknya kita mulai menguburkan mereka." Sementara itu di tempat Lucky berada. Setelah berunding dengan Raph dan Vio, Lucky bergegas keluar mencari Vargas. Lucky melihat Vargas yang sedang duduk bersila seperti seseorang yang sedang bersemedi. "Tuan Vargas terima kasih telah menolong saya." Vargas yang sedang mengumpulkan energi di dalam tubuhnya langsung membuka matanya. "Kamu tidak perlu sungkan, apakah kamu telah memutuskannya?" "Ya tentu, sepertinya aku membutuhkan kekuatan tersebut untuk melindungi orang-orang di dekatku dan semua orang di bumi ini,itu pun bila aku mampu menghadapinya," "Tapi ada resiko yang harus kamu hadapi saat pemberian sebagian kekuatanku. Apakah kamu akan sanggup menerimanya?" Lucky memasang wajah serius. "Resiko apa yang harus aku hadapi?" "Kematian!! Karena prosesnya akan memakan waktu yang tidak sebentar. Butuh waktu berhari-hari sampai berminggu-minggu untuk mendapatkannya. Kalau tubuhmu dapat menerimanya kekuatan yang akan kamu dapatkan tapi bila tidak dapat menerimanya kau akan kehilangan nyawamu." Vargas mengingatkan Lucky mengingatkan resiko transfer kekuatan tersebut. Lucky berpikir keras dengan resiko yang akan dia hadapi, akan tetapi di satu sisi dia ingin melindungi teman-temannya. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya dia memutuskan untuk menerima resiko tersebut. "Baiklah aku akan menerima semua resiko yang akan terjadi, tapi dengan syarat anda tidak akan memberitahu mereka bahwa resiko transfer kekuatan ini bisa mengambil nyawaku," "Baiklah kalau kamu setuju, kita akan mulai saat Valrey sudah tiba disini." Setelah menguburkan semua warga desa Valrey beserta Sargon dan Lisa berjalan kaki menuju tempat Vargas berada. Valrey sebenarnya bisa sampai beberapa menit saja ke tempat tujuannya harus berjalan kaki karena membawa Sargon dan Lisa serta barang bawaan yang lain. "Baiklah semua sudah selesai sekarang kita akan berangkat, karena paman takut sudah di tunggu terlalu lama," Sargon dan Lisa mengangguk bersamaan. "Baiklah paman, semoga saja di perjalanan tidak bertemu dengan monster itu lagi," "Ya, semoga saja tidak bertemu, karena kalau tidak pasti sangat merepotkan dengan barang bawaan seberat ini," Mereka pun bergegas pergi. "Tuan mengapa anda mengumpulkan semua tulang itu?" Lucky heran karena melihat banyak tulang di galian tanah di dekatnya. "Tulang itu akan aku leburkan untuk di buat pedang dan senjata lainnya. Makanya aku menyuruh Valrey mencari cetakan pedang di desa terdekat sini," "Memangnya bisa? Bukannya tulang akan hancur bila dipanaskan seperti besi," “Baiklah akan aku jelaskan sedikit-sedikit tentang dunia kami. Monster tersebut disebut Core dan Core dibagi menjadi dua Core Warrior dan Core Magic. Struktur tulang Core seperti besi atau baja di dunia ini dan berkat struktur tulang tersebut tulang tersebut bisa dileburkan dan di jadikan senjata yang bisa menembus kulit para Core. Akan tetapi tulang Core Magic tidak bisa di buat pedang, tombak dan lain-lain dan berlaku sebaliknya. Dan tulang di hadapan kita semuanya tulang Core Warrior jadi kita akan membuat pedang saja," Lucky menyimak dengan baik apa yang dijelaskan oleh Vargas. "Kalau begitu kita harus membuat api dari sekarang untuk meleburkan tulang tersebut." Hahaha ... Vargas tertawa dengan lantang karena pernyataan Lucky. "Mengapa anda tertawa? Memangnya ada yang lucu?" Lucky memasang wajah kebingungan karena dia merasa tidak berbicara yang lucu. "Kalau kita membakarnya dengan api biasa 100 tahun pun tulang tersebut tidak akan lebur," "Lalu apa yang harus kita lakukan?" Lucky bertanya polos. Vargas mengeluarkan api di tangannya membuat Lucky terkejut dan terjawab sudah pertanyaan Lucky. "Apa kau sudah tahu jawabannya? Kamu nanti akan bisa melakukannya," "Ya ... ya ... benarkah aku akan bisa melakukannya?" "Tentu saja." Tak terasa Valrey beserta Sargon dan Lisa sudah berjalan 2 jam lamanya. "Kakak aku capek, bisakah kakak menggendongku?" Lisa memelas karena capek. "Lebih baik kita istirahat disini saja. " Valrey memotong pembicaraan adik dan kakak tersebut. Kalian tunggu disini paman akan cari makanan di sekitar sini!!" "Baik paman," jawab mereka dengan serempak. Valrey pun pergi mencari ayam atau kelinci untuk dimakan. Sargon dan Lisa antusias menunggu kedatangan Valrey dikarenakan mereka memang sudah lapar dan capek. Tanpa mereka sadari ada sesosok Core yang mengintai mereka. "Kakak aku takut,p" Lisa mendekap tubuh Sargon dengan erat. "Sssttt ... tenanglah sebentar lagi paman Valrey akan datang membawa makanan untuk kita." Sargon mencoba menenangkan adiknya. Dan benar saja apa yang di takutkan Lisa sekarang terjadi, sesosok Core Magic muncul di hadapan mereka berdua. Mereka berdua menggigil ketakutan, akan tetapi Sargon yang memiliki tanggung jawab untuk melindungi adiknya mencoba memberanikan diri untuk melawan Core tersebut. "Lisa berlindunglah di belakang pohon itu, kakak akan menahannya disini." Sargon mencoba melindungi adiknya, walaupun dia tau pedang yang sekarang dia pegang tidak akan berguna melawan Core tersebut. Dalam pikiran Sargon yang terpenting dia bisa menahan serangan Core tersebut selama mungkin untuk memberi waktu Sean menyelamatkan mereka. Perlahan-lahan Core tersebut membuka mulutnya, sedikit demi sedikit terkumpul energi menyerupai bola dan Core tersebut menyemburkan bola api tersebut ke arah Sargon. Sargon terperanjat karena dia tidak tau Core yang di hadapannya bisa mengeluarkan api. Karena hal tersebut tubuh Sargon terkena api dari serangan Core tersebut. Sargon meringis kesakitan setelah terkena api tersebut, dia mencoba berdiri dengan tenaga yang tersisa. "Sial monster ini berbeda dengan monster yang menyerang desa.“ gumam Sargon dalam hati. Sementara itu dari kejauhan Valrey mendengar sebuah ledakan di arah Sargon dan Lisa beristirahat. "Sial pasti mereka bertemu dengan Core Magic, karena hanya Core Magic yang bisa mengeluarkan sihir." Valrey bergegas ke arah ledakan dengan kecepatan penuh. Dan dari kejauhan Valrey melihat Sargon yang tergolek lemah tak berdaya, tubuhnya dipenuhi luka bakar. "Ternyata daya juang anak itu besar juga." Valrey bergumam dan bergegas menuju Core itu dengan kecepatan penuh. Sreng ... sreng .... Suara pedang Valrey membelah tubuh Core itu. "Syukurlah paman datang, kita berdua selamat." Lisa berbicara dengan suara lemah namun tetap bisa di dengar oleh Valrey. "Diamlah kau bocah jangan banyak bicara!! Sepertinya aku harus mengantarkan kalian terlebih dahulu agar kau mendapatkan perawatan," Sargon tersenyum senang. "Tapi paman, bagaimana dengan cetakan pedang nya bukannya paman membutuhkannya untuk membuat senjata? " "Itu masalah mudah lebih baik sekarang aku membawamu dulu untuk disembuhkan. Lisa!! Kemarilah sekarang sudah aman, ayo kita pergi dari sini." Valrey Melambaikan tangannya ke arah Lisa memberi tanda agar Lisa menghampirinya. Lisa bergegas berlari ke arah mereka berdua. Dan menangis karena melihat kakaknya yang terluka. "Hiks ... hiks ... Kakak maafkan Lisa, karena Lisa kakak jadi terluka. Lisa berjanji akan lebih kuat agar kakak tidak perlu melindungi Lisa," "Sssttt ... walaupun kamu jadi kuat kamu tetap menjadi adik kecilku dan tugasku adalah melindungimu," "Ternyata ikatan mereka begitu kuat." Valrey melihat mereka dengan rasa bangga. "Sebaiknya kita berangkat sekarang," "Rick apakah kamu bisa berpegangan di pundak paman?" "Sepertinya bisa paman," "Baguslah, paman akan membawa kalian dengan cepat kemudian balik lagi kesini membawa barang bawaan ini." Val menggendong Rick di punggungnya sedangkan Lisa di pangku di depan. Untuk ukuran orang normal ini bukan bebas yang biasa, tapi untuk kaumnya ini sesuatu yang mudah. "Tuan Vargas bukannya ini sudah terlalu lama bagi Valrey untuk pergi?" Lucky penasaran. "Ya memang seharusnya dia sudah kembali dari tadi, apakah terjadi sesuatu di desa tersebut? Dengan kecepatannya untuk bolak balik ke desa di belakang Gunung adalah sesuatu yang mudah, hanya butuh waktu beberapa menit saja." Setelah beberapa lama. Valrey yang berlari dengan kekuatannya akhirnya sampai di tempat Vargas berada. "Valrey, siapa yang kamu bawa?" Vargas bertanya karena membawa dua anak kecil. "Maaf tuan untuk itu nanti akan hamba jelaskan," Vio membungkukan badannya. "Baiklah nanti aku akan meminta penjelasannya kepadamu, sebaiknya kita mengobati anak tersebut. Karena sepertinya dia sedang terluka." Setelah beberapa lama Vargas mencoba menyembuhkan anak tersebut akhirnya selesai. "Baiklah sudah selesai sebaiknya biarkan anak itu istirahat," “Nona Vio bisakah saya meminta tolong untuk memberikan mereka berdua makanan? Mereka belum makan apapun dari tadi," "Dengan senang hati tuan Valrey." Vio pun bergegas ke arah dapur untuk membawa makanan. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN