Roy akhirnya pasrah dalam rayuan Miranda dan tak dapat berkutik lagi dengan semua perlakuan Miranda padanya. Kedua mata Roy terpejam mendapat kenikmatan dari permainan mulut Miranda di bawah sana. Ia merasa tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini dari Lisa. Hubungan ranjangnya dengan Lisa memang bisa dikatakan masih dalam tahap baik-baik saja dan semua masih dalam keadaan normal. Roy selalu bisa memuaskan Lisa dan membuat istrinya itu merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia.
Baik dalam segi permainan ranjang, apalagi dalam segi materi. Roy selalu memberikan yang terbaik untuk istrinya itu, karena memang Roy sangat mencintai Lisa dan ingin membuatnya terus bahagia meski nyatanya Roy sendiri jarang sekali mendapatkan pelepasan dalam keadaan yang memuaskan dan membuatnya bahagia. Tidak jarang Roy harus bekerja extra di dalam kamar mandi bersama busa busa sabun yang setia. Namun, semua itu tidak pernah ia keluhkan pada Lisa karena tak ingin membuat Lisa merasa sedih atau pun terbebani.
Karena hal itu pula lah, saat ini ketika Miranda dengan sendirinya berinisiatif memberikan pelayanan terbaiknya pada Roy, ia merasa sangat bernafsu dan merasa bahwa gejolak hasrat di dalam dirinya bangkit secara perlahan pada Miranda. Roy tidak lagi memikirkan Lisa dan ketakutannya karena sudah mengkhianati sang istri tercinta. Apalagi, memang sudah beberapa waktu ini sepertinya Lisa merasa enggan melayaninya saat ia sangat ingin bercinta. Tentu saja Roy tidak pernah memaksa jika Lisa berkata bahwa ia lelah dan mengantuk.
“Sayang, kau pintar sekali memanjakan juniorku,” gumam Roy yang sangat jelas di telinga Miranda.
Miranda masih asik memainkan benda panjang dan besar itu di dalam mulutnya dan sesekali melirik ekspresi Roy yang sedang memejamkan mata menikmati permainannya itu. Miranda merasa sangat puas dan senang karena pada akhirnya ia bisa mendapatkan Roy. Lelaki yang sudah sangat lama menjadi targetnya itu. Miranda tidak pernah peduli bahwa Roy adalah suami sahabatnya sendiri. miranda hanya peduli pada perasaannya yang memang sudah jatuh hati pada suami orang itu. Miranda tidak pernah menyalahkan dirinya karena ia beranggapan cinta tidak pernah salah dan tidak akan bisa dilarang akan datang pada siapa, meski pada suami orang sekali pun.
“Ouhh … kau mahir sekali bermain dengan juniorku. Aku sudah lama tidak mendapatkan service seperti ini dari Lisa,” desah Roy serasa mencurahkan isi hatinya tanpa sengaja pada Miranda.
Mendengar itu, Miranda menghentikan permainannya di bawah sana dan segera beranjak mensejajarkan wajahnya dengan wajah Roy. Tangannya menggenggam benda panjang dan tegang itu dan memainkannya maju mundur setelah memberikan sedikit pelumas rahasia di sana.
“Aku tau kalau kau tak pernah bahagia saat bercinta dengan Lisa, Roy. Dia hanya mementingkan kepuasannya saja. Bukan begitu?” tanya Miranda pada Roy.
Mata Roy terbuka dan menatap wajah Miranda dengan penuh nafsu. “Jika kau bisa membuatku merasa puas saat ini, jangan salahkan aku jika kau akan menjadi wanita pemuas nafsuku di masa yang akan datang.” Roy berkata dengan nada berat dan tegas.
“Aku sangat siap untuk melayanimu, Sayang. Aku bahkan sudah sangat lama menantikan momen ini terjadi, dan saat ini aku sudah sangat siap menyerahkan diri padamu. Aku akan memberikanmu kepuasan yang tidak pernah Lisa berikan padamu, meski kalian saling mencintai.”
“Lakukan dengan baik dan buktikan semua ucapanmu itu padaku!”
“Baik lah. Kalau kau sudah siap, maka aku tidak akan membuang-buang waktu lagi. Akan aku buat kau mengerang nikmat dan tak ingin mengakhiri permainan ini.” Miranda berkata.
Setelah mengatakan itu, Miranda mencuri kecup dari bibir Roy. Namun, dengan cepat Roy menyambar bibirnya dan tak rela melepaskan bibir yang terasa manis baginya itu dengan cepat. Roy melumat bibir Miranda dengan sangat buas, hingga Miranda merasa sangat sulit untuk bernapas. Sekuat tenaga Miranda mencoba untuk menyeimbangi permainan lidah Roy dan saat ini Roy memang terlihat seperti singa yang sangat kelaparan dan siap untuk melahap apa saja yang ada di depan mata kepalanya. Miranda masih menyempatkan bibirnya untuk berseringai puas.
“Aaakhh …,” desah Miranda saat jari Roy sudah melesat ke dalam lubang kenikmatannya.
Sementara itu mulutnya pun sudah asik menikmati melon jumbo yang terhidang di depan mata. Roy melahap dengan sangat rakus seolah itu adalah makanan yang sangat lama ia inginkan dan baru ia dapatkan sekarang. Miranda tak kuasa untuk terus mendesah dan melenguhkan nama Roy di setiap sentuhan dan lumatan yang diberikan Roy, hingga akhirnya ia merasa sudah tidak kuat lagi menahan sesuatu yang akan keluar dari liang senggamanya itu.
“Aaakhhh … yeaahhh!” Miranda mendesah panjang saat cairan cinta meleleh di antara kedua pahanya. Dengan santainya Roy menyapu cairan itu dengan jari lalu menjilati jarinya.
“Manis!” ucapnya dan menatap wajah Miranda yang sudah sampai pada kenikmatan pertamanya itu.
“Kau tidak ingin merasakan sesuatu yang menghasilkan rasa manis itu, Roy?” tanya Miranda dengan senyuman genit dan wajah yang sudah memelas minta segera dimasuki oleh Roy.
“Aku tidak akan memberikan ampun untukmu! Jangan mengeluh dan jangan memintaku berhenti sebelum aku mendapatkan kepuasanku!” ucap Roy yang sudah sangat dikuasi oleh nafsu dan ambisi.
“Aku tidak akan puas sebelum kau puas, Roy.” Miranda menjawab dengan sedikit menggigit bibir bawahnya, memberikan kesan menggoda dan menantang pada Roy.
“Kalau begitu, ayo kita coba!”
Roy berkata sambil menancapkan benda keramatnya itu ke dalam surga dunia Miranda dengan cepat dan hentakkan yang keras.
“Aaaw …,” pekik Miranda yang kaget karena Roy tidak memberinya aba-aba untuk melakukan itu.
“Sudah aku katakan, jangan mengeluh!” ujar Roy dan menunggangi Miranda dengan posisi yang sedikit extrem. Miranda yang mendapat serangan mendadak sebenarnya merasa sakit di bagian kewanitaannya, akan tetapi ia tahan karena tidak ingin membuat Roy kecewa dan beranggapan bahwa dirinya sama saja dengan Lisa.
Dengan posisi menungging di depan Roy, Miranda mencoba memberikan pelayanan terbaiknya pada lelaki itu dengan terus mengikuti irama gerakan Roy. Miranda ikut memaju mundur cantikkan badannya saat pinggang Roy sedang bekerja keras pula dengan gerakan maju mundur. Sesekali Miranda memutar mutarkan goyangan pinggulnya dan itu membuat Roy merasakan sensasi bercinta yang sangat berbeda dari yang biasa ia lakukan dengan Lisa.
Lisa jarang sekali mau jika Roy meminta posisi bercinta dengan doggy style seperti ini. Lisa lebih suka berada di bawah Roy, atau sesekali ia yang berada di atas tubuh Roy. Oleh karena itu Roy merasa permainan dengan Miranda saat ini memang luar biasa.
“Miranda! Kau akan selalu menjadi tempat pelarianku untuk ke depannya!” bisik Roy di telinga Miranda dan menghujamkan kejantanannya lebih dalam lagi.