Roy sedang duduk di kursi kebesarannya dengan sebuah ponsel di tangannya. Pikirannya melayang jauh meninggalkan tubuhnya yang sedang duduk di sana. Roy kembali pada pertemuannya dengan Miranda di lorong toilet saat ia meminta izin pada Lisa untuk ke toilet pada acara peresmian pembukaan cabang restoran baru Lisa tadi. Roy sama sekali tidak menyangka bahwa saat ia keluar dari toilet, Miranda sudah berada di depan pintu dan mendorong tubuhnya ke dalam toilet lagi. Untung saja tidak ada orang lain di dalam toilet laki-laki pada saat itu. Jika tidak, bisa saja hubungannya dengan Lisa berada dalam masalah.
“Roy, aku sudah lama menunggumu ke luar,” ucap Miranda yang mana tubuhnya sudah melekat sempurna pada tubuh Roy saat itu.
“Miranda! Apa yang kau lakukan? Cepat keluar sebelum ada yang masuk dan melihat kita!” titah Roy dengan ekspresi dingin dan suara tegas yang menakutkan.
Namun, Miranda sama sekali tidak gentar mendengar titah Roy itu. Ia justru semakin merapatkan tubuhnya pada Roy sehingga buah d**a Miranda yang sangat besar itu menempel keras pada d**a Roy. Belum lagi batang kemaluan Roy yang entah mengapa bisa on saat menempel pada bagian bawah tubuh Miranda itu membuat Roy menjadi sedikit grogi. Miranda menyadari perubahan sikap Roy karena tahu perubahan sudah terjadi di bawah sana, di balik resleting celana yang dikenakan oleh Roy. Dengan penuh kelembutan dan tatapan genit, tangan Miranda meraba keperkasaan Roy dari balik celana.
Tidak pernah sebelumnya Roy merasakan getaran hebat seperti saat Miranda menyentuh aset berharganya itu. Bahkan saat Lisa menyentuh dan memainkannya pun, rasanya tidak sama seperti ini. meski Roy adalah lelaki yang setia dan mencintai istrinya, menghadapi situasi seperti ini pun berhasil membuatnya merasa bimbang dan kalut. Pasalnya, dalam benak Roy ingin sekali mengeluarkan k*********a dan meminta Miranda untuk menjilati dan mengulumnya. Atau mungkin Roy bisa memasukkannya ke dalam l**************n Miranda. Namun, hati kecilnya berkata bahwa itu adalah perbuatan salah.
Apalagi, Miranda adalah sahabat Lisa selama bertahun-tahun yang juga sudah sangat dikenal oleh Roy. Selama ini, Miranda tidak pernah menunjukkan gelagat aneh atau tanda-tanda tertarik pada Roy. Itu sebabnya Roy sedikit syok saat tiba-tiba Miranda bersikap seperti ini padanya.
“Roy … aku sangat menginginkanmu sejak lama. Apa kau tidak berminat untuk mencoba tubuhku? Aku pasti akan melayanimu dengan sangat baik dan memberikanmu kepuasan yang tak pernah kau dapatkan dari Lisa,” ujar Miranda dengan penuh rasa percaya diri.
Kemudian ia mengecup lembut bibir Roy dan herannya Roy sama sekali tidak menghindar dan tidak berusaha untuk menolak. Bahkan, ingin rasanya Roy menyambar bibir basah dan manis milik Miranda itu dan melumatnya dengan buas. Sungguh keinginan yang sangat manusiawi dan pasti terjadi pada laki-laki normal seperti Roy. Namun, lagi-lagi Roy masih berusaha untuk mempertahankan kewarasannya dengan mengalihkan pikirannya pada siapa dirinya dan siapa diri Miranda.
“Pergi lah sebelum aku membuatmu malu di sini. Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri dengan bersikap seperti ini, Miranda. Aku tidak menyangka kau akan serendah ini!”
“Kau tidak akan pernah tahu, Roy, aku bahkan rela menjadi lebih rendah dari ini asal kau mau mencoba pelayanan yang akan aku berikan.”
“Kau gila, Miranda!”
“Aku memang sudah gila, Roy. Aku gila karna sudah bertahun-tahun berusaha memendam perasaanku padamu. Aku sudah mencoba untuk mengabaikannya, akan tetapi perasaan itu semakin hari semakin kuat dan tak tertahankan. Salahkah aku jika aku mencintai dan menginginkanmu? Kau suami sahabatku dan tentu itu akan sangat salah di mata semua orang. Namun, cinta tentu tak pernah salah dan tak bisa pula disalahkan,” ungkap Miranda dengan mata sayu menatap lekat pada kedua bola mata Roy.
Drrttt … drrttt ….
Suara getaran ponsel yang tadi diletakkan Roy di atas meja membuat kilas balik tentang kejadian dalam bilik toilet itu menjadi buyar. Roy menatap layar ponselnya dan di sana ada nama Miranda yang sedang ingin melakukan video call dengannya. Sejenak Roy ragu untuk menggeser layar untuk mengangkat panggilan itu. Meski sebelumnya mereka sudah biasa melakukan panggilan video seperti itu, tentu saja biasanya ada Lisa bersama mereka. Namun, saat ini hanya aka nada Miranda dan Roy. Terlebih lagi mengingat kejadian yang baru saja terjadi antara mereka tadi.
Roy masih terus mengabaikan panggilan video dari Miranda sampai beberapa kali dan akhirnya ia menyerah. Roy menggeser layar yang memiliki gambar telepon berwarna hijau itu ke atas dan panggilan langsung terhubung. Di seberang sana, terlihat Miranda sedang berbaring di atas ranjang beralaskan seprai berwarna putih. Jika dilihat sekilas, Roy sangat yakin jika saat ini Miranda sedang berada di sebuah kamar hotel. Hidup sendirian tanpa pasangan, tentu saja membuat Miranda bebas melakukan hal apa saja yang diinginkannya. Roy sudah sangat tahu segalanya tentang wanita itu karena Lisa selalu saja bercerita segalanya pada Roy. Tentu saja selain perasaan Miranda padanya yang belum lama ini diutarakan oleh wanita itu.
“Roy, kemari lah. Aku meningingkanmu, Sayang. Kau akan mendapatkan kepuasan yang sudah lama tidak kau dapatkan dari Lisa. Jika kau tidak puas dengan pelayananku, maka aku akan memberitahumu satu rahasia besar tentang Lisa,” ucap Miranda penuh dengan misteri dan membuat kening Roy mengernyit heran.
“Rahasia besar tentang Lisa?” tanya Roy yang tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya lagi.
“Ya. rahasia yang tidak pernah kau ketahui selama ini, Roy. Dan untuk mendapatkan rahasia itu, kau harus datang ke sini dan bersedia untuk menerima pelayanan terbaik dariku.”
“Apa kau tidak menginginkan yang lain sebagai bayarannya? Aku bisa memberikanmu apa saja selain itu, Mira. Kau tahu, aku sangat mencintai dan menjaga kepercayaan Lisa. Aku tidak ingin mengkhianati istriku!” tolak Roy dengan suara yang sengaja dikecilkan karena tidak ingin ada yang mendengar ucapannya itu.
“Tenang saja, Roy. Lisa tidak akan tahu tentang semua hal ini. Bahkan, jika kau ingin tahu lebih banyak tentang Lisa, aku bisa memberitahumu semuanya. Semuanya, Roy!” Miranda memberikan penawaran yang menurut Roy sangat berat.
Berat karena ia harus mau dilayani dan digerayangi oleh Miranda, yang entah sejak kapan Roy bisa merasakan sedikit b*******h dengan wanita itu. Hanya dengan memandang Miranda dari layar ponsel saja, Roy seperti sudah berangan-angan bisa menunggangi Miranda dan membuat wanita itu mendesah kenikmatan di bawah kendalinya. Roy ingin sekali mendengar erangan penuh kenikmatan dari mulut Miranda yang selama ini ia kenal sebagai sahabat Lisa yang sangat baik, kalem, lembut, dan tidak pernah melakukan hal-hal aneh seperti merokok atau minum minuman keras.
“Roy, kesempatanmu hanya satu kali dan kau tidak akan menerimanya lagi setelah kau menolakku kali ini,” ucap Miranda menegaskan.
“Kirim lokasimu saat ini dan nomor kamarmu!” titah Roy dengan suara bass-nya yang khas.
Di seberang sana, Miranda menyunggingkan senyum penuh kemenangan dan rasa tak percaya yang sangat sulit ia ungkapkan meski sedari tadi ucapan itu sangat ia harapkan keluar dari mulut Roy. “Baik, Sayang. aku akan menunggumu,” ucap Miranda dan langsung mematikan panggilan video itu. Setelahnya, Miranda mengirimkan lokasi terkininya pada Roy lengkap dengan nomor kamar hotel tempatnya berada saat ini. Miranda merasa sangat puas karena akhirnya Roy masuk ke dalam perangkapnya dan tak akan ia biarkan Roy lepas dari genggamannya. Miranda memiliki maksud lain selama ini dan diam-diam sudah merencanakan semua ini di belakang Lisa.