19 - KISAH DUA ALAM

1507 Kata
“Pangeran Arya, ada hal yang ingin saya sampaikan.” Praduga tiba-tiba saja muncul di ruang pribadi milik Arya Sengkali. “Ada apa?” Arya meletakkan pedang laras panjang kesayangannya, lalu berbalik badan menatap Praduga. Ekspresi wajah Praduga terlihat serius, ada bulir-bulir keringat yang menetes dari dahinya. Hal ini semakin membuat Arya penasaran, hasil seperti apa yang telah pria tua itu telusuri? Praduga melangkah mendekat, sebelumnya ia menelisik ke sekitar memastikan bahwa tidak ada orang lain yang mendengar nantinya. “Saya sudah mencari tahu mengenai kecurigaan Anda terhadap Raja Bhanu,” bisik Praduga. “Bagaimana hasilnya?” “Kemarin saya sendiri melihat bahwa Damar diutus oleh Raja Bhanu untuk mendatangi alam manusia, di sana Damar bertemu dengan seorang wanita.” “Wanita seperti apa?” “Saya tidak tahu pasti bagaimana rupanya, karena rumah itu memiliki perlindungan yang ketat. Ajiannya merupakan milik Raja Bhanu sendiri, bahkan sangat sulit untuk ditembus bangsa kita.” Ya, sejak kemarin memang Praduga sudah mencium kecurigaan mengenai Bhanu. Saat itu ia tidak sengaja melintasi area ruang pribadi Bhanu, tepat ketika itu pula samar-samar Praduga mendengar bahwa Bhanu memerintahkan Damar untuk pergi ke dunia manusia. Merasa bahwa itu adalah momen yang pas untuk mengulik informasi, Praduga pun mengikuti Damar melewati portal yang menjadi pembatas dua alam. Di sana ia mendapati rumah Elin, sayang sekali wajah wanita itu tak terlihat jelas di mata Praduga akibat dari ajian penjagaan milik Bhanu. “Bhanu menyuruh Damar pergi ke alam manusia dan bertemu dengan wanita? Bisa dipastikan bahwa wanita ini bukan lah orang sembarangan, pasti mereka memiliki hubungan yang erat.” Celetuk Arya, ia sedang menebak-nebak hubungan macam apa yang Bhanu punya dengan wanita itu. “Pangeran, apakah mungkin Raja Bhanu mencintai gadis dari bangsa manusia?” Praduga mulai menyahut. Ini juga yang ada di pikiran Arya, bisa saja selama ini Bhanu memilih untuk bersembunyi di alam manusia karena mencintai wanita dari golongan sana. Arya terlihat melipat tangannya, sementara otaknya masih terus berpikir panjang. “Jika memang Bhanu mencintai wanita bangsa manusia, bukankah ia termasuk melanggar aturan kerajaan?” Arya tersenyum tipis. Praduga menjentikkan jarinya cepat. “Dengan alasan ini kita bisa membuat nama Raja Bhanu menjadi buruk, ia bisa didakwa atas dasar pelanggaran aturan.” Praduga terlihat sangat bersemangat untuk menceritakan keburukan pemimpinnya. Namun, berbeda dengan pemikiran otak Arya. “Jangan terburu-buru untuk menuduhnya, bisa-bisa ini menjadi boomerang untuk diri sendiri. Lagipula kamu belum tau betul apa hubungan mereka, bagaimana rupa manusia itu.” Arya tidak mau gegabah dengan asal menuduh tanpa adanya bukti. Ia ingin benar-benar mempermalukan Bhanu hingga titik darah penghabisan, maka dari itu perencanaan harus matang. Mendengar jawaban dari Arya membuat Praduga mengangguk paham. “Praduga, antar aku ke rumah wanita itu malam ini juga.” Arya penasaran seperti apa wanita yang memiliki hubungan dengan Bhanu, apakah ia adalah kekasihnya? Jika ya, maka Arya berkesempatan untuk menjatuhkan nama sepupunya itu. Lihat saja nanti, rakyat bangsa gaib tidak akan mentoleransi hubungan cinta dua alam. “Baik, Pangeran.” Sementara itu di waktu yang berbeda, Bhanu akhirnya memutuskan untuk menemui Elin lagi. Ia tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir, Elin harus ia bawa ke alamnya agar tidak didahului oleh Arya dan Praduga. “Bhanu, kenapa kamu ada di sini? Bukankah Damar berkata kamu sibuk mengurus kerajaan.” Elin yang tengah menidurkan Manggala pun terkejut dengan kedatangan suaminya. Bhanu segera menghampiri istrinya dan meraih lengan Elin dengan cepat. “Hei, ada apa?” tanya Elin yang kebingungan ketika Bhanu meraihnya dengan tergesa-gesa. “Kamu harus ikut denganku ke istana, sebelum Arya dan Praduga menemukanmu.” Elin berdiri dari ranjang, kini ia saling berhadapan dengan Bhanu. “Masalahnya menjadi rumit, Arya sudah curiga terhadap keberadaanmu, aku khawatir jika kalian disakiti oleh mereka.” Elin menghela napas pelan. Selanjutnya ia memperlihatkan gelang giok yang terpasang dipergelangan tangannya. “Bukankah ini adalah penjagaan darimu untukku? Aku mempercayaimu, lagipula berat rasanya jika harus meninggalkan rumah ini lagi.” Bhanu mengusap wajahnya dengan kasar, memang benar gelang miliknya sudah mampu menangkal Arya dan Praduga, hanya saja sebagai suami ia tetap khawatir bila suatu saat kedua musuhnya bisa menembus penjagaannya terhadap Elin. Mata Bhanu melirik pada sang putra, ditatapnya bayi itu dengan sorot sayang. Jujur saja ia ingin membawa keduanya ke istananya, hanya saja melihat keengganan Elin membuat Bhanu berpikir ulang. “Jika aku boleh tau, sebesar apa kemampuan Arya dan Praduga itu? Apa mereka berada di atasmu?” Kini Bhanu beralih pada Elin lagi. Untuk sekarang ini memang Arya dan Praduga masih setingkat di bawahnya, ajian milik Bhanu tidak akan bisa ditembus oleh mereka. “Selama beberapa hari ini aku telah merenungi suatu hal.” Elin duduk di pinggir ranjang, sementara Bhanu setia berdiri di dekat sang istri. “Aku terlalu egois jika memaksamu untuk terus bersamaku, sementara dirimu memiliki tanggung jawab yang besar. Jadi, kamu fokus saja terhadap kerajaan dan rakyatmu, aku nggak mau jadi penghalang kepemimpinanmu. Bhanu, sejak awal kita memang berbeda, hubungan kita juga terlarang.” Nampaknya Elin juga sudah lelah dengan semua ini. Di satu sisi ia menginginkan kehadiran suaminya, di sisi lain Bhanu memiliki tanggung jawab besar di kerajaan. Elin juga tidak berminat untuk tinggal di sana, bagaimana pun juga dirinya adalah manusia murni. Di rumah ini juga ia bisa mengenang kenangan bersama orangtuanya dulu, Elin juga sudah memutuskan untuk membuka toko rotinya lagi yang mana ia perlu untuk berkonsisten. Hal-hal seperti ini lah yang membuat permasalahan keduanya selayaknya masalah rumah tangga seperti pada umumnya. Perbedaan pendapat, adanya tekanan dan juga tanggung jawab membuat mereka memiliki sudut pandang masing-masing. Bhanu sudah tidak bisa lagi tinggal di alam manusia, karena ia mempunyai tanggung jawab di alamnya. Begitu juga dengan Elin, ia tidak bisa meninggalkan rumah ini, terlebih lagi istana milik suaminya itu bukan tempat yang aman untuknya tinggal. “El, kenapa kamu bilang seperti itu? Apa kamu ingin menyerah dengan hubungan kita?” Bhanu memperlihatkan sorot terluka, ia tak menyangka bahwa Elin akan mengungkit perbedaan mereka lagi. Elin terkesiap, lidahnya terasa kelu. Jika boleh jujur, ia lelah dengan semua ini. Hatinya menginginkan rumah tangga yang normal seperti pasangan suami istri lainnya, tapi kenyataan membuat Elin harus berpisah jarak dari suaminya. Bayangkan saja, bahkan detik ini keselamatan Elin pun terancam. Bagaimana bila orang bernama Arya dan Praduga itu menangkapnya? Bagaimana jika rakyat kerajaan alam gaib menginginkan ia mati? Bukannya hidup dengan tenang, Elin justru semakin mendulang banyak musuh. “Jawab aku, Elin Mahardika!” Jika Bhanu sudah mengucapkan nama lengkapnya dengan nada yang tak bersahabat, itu adalah pertanda bahwa emosinya sedang tidak stabil. Bhanu mencengkeram kedua bahu istrinya untuk mendapat jawaban. “Aku hanya ingin hidup tenang, memiliki rumah tangga yang normal seperti orang kebanyakan. Tapi kamu nggak bisa kasih itu, bisakah kita hidup sendiri-sendiri saja?” Lirih Elin. Ia sudah sangat frustasi memikirkan masalah rumah tangganya, sejak kedatangan Damar kemarin membuat Elin terus berpikir, apakah pernikahannya ini masih bisa dipertahankan? Bhanu melepaskan cengkeramannya dari tubuh sang istri. Matanya semakin berkali-kali lipat kecewa, tak pernah sekali pun ia ingin berpisah dari Elin. Jika dulu Elin pernah berkata ingin pisah karena emosinya yang tak stabil, tapi sekarang wanita itu terlihat pasrah oleh keadaan. “El, selamanya aku tidak akan melepaskanmu, kamu tahu betul itu. Aku akan berjuang untuk pernikahan kita, tolong lah kamu mendukungku.” Nada suara Bhanu terdengar lirih, untuk saat ini ia tak mau marah-marah pada Elin karena yang dibutuhkan istrinya sekarang adalah kelembutan. Bhanu ikut duduk ditepian ranjang, ia meraih tangan Manggala yang tengah tertidur pulas. “Aku menyayangi kalian, Manggala adalah bukti cinta kita. Ia butuh aku dan dirimu sebagai orangtua lengkap, masalah ini harus kita hadapi bersama-sama. Maaf, jika kamu mengatakan perpisahan maka pemikiranmu belum dewasa.” Bhanu tidak suka dengan cara berpikir Elin yang menurutnya kekanakan, terhitung sudah dua kali ini Elin meminta pisah. Untuk yang pertama, Bhanu memaklumi karena itu adalah kesalahannya. Ini yang kedua, seharusnya Elin lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Berpisah bukan lah satu-satunya jalan untuk menghindar dari masalah, sudah seharusnya mereka mendiskusikan ini secara baik-baik dan mengambil jalan tengahnya. Hati Elin mencelos mendengar kalimat akhir sang suami. Ia terlalu pasrah dengan nasib sehingga mudah sekali putus asa dan mengambil langkah yang gegabah, Elin sendiri tidak menyukai sifatnya yang kekanakan seperti ini. Perlahan-lahan bahu Elin meluruh seketika, ia menangisi semua kenyataan pahit ini. “Maaf, maafkan aku.” Dadanya naik turun sesegukan, ia merutuki mulutnya yang dengan entengnya mengatakan perpisahan. Bhanu menangkup kedua pipi Elin yang sudah basah oleh air mata, ia menghapusnya dengan perlahan. “Jangan menangis, istriku adalah wanita yang tegar. Aku memaafkanmu karena kita sama-sama dalam keadaan yang sulit, perlu kamu ingat bahwa perpisahan bukan jalan terbaik. Kita diskusikan masalah ini, aku akan memperjuangkan kebersamaan kita dan tugasmu adalah mendukungku, ya?” Dengan nada super lembut Bhanu memberi pengertian pada Elin bahwa ia akan memperjuangkan rumah tangganya. Jika berbicara mengenai tersakiti, Bhanu lah tokoh yang paling tersiksa dalam keadaan ini. Ia menerima jabatan yang tak sesuai kehendaknya, berjauhan dari istri dan anak, serta harus bisa menerima konsekuensi atas peraturan yang ia langgar. Bhanu tetap berjuang untuk kebahagiaan Manggala dan Elin. Tak apa jika ia yang terseok-seok membagi otaknya untuk berpikir keras, asalkan anak istrinya masih dalam pelukannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN