Menit demi menit berlalu dengan menegangkan, sekaligus menyesakkan bagi Olin. Wanita itu bahkan tak berhenti mondar-mandir di depan pintu ruang UGD, sambil sesekali menatap pintu di hadapannya. Ia sudah tidak tahu berapa banyak air matanya tumpah karena dokter yang belum keluar juga sejak setengah jam yang lalu. "Olin...lebih baik kau duduk dulu." Dimitri yang dari tadi menemani Olin pun menyuruh wanita itu agar duduk. Sebenarnya ia juga merasa takut saat ini, tapi ia berusaha menutupi ketakutannya dengan sikap tenang. "Kau bilang apa?! Kau menyuruhku untuk duduk? Apa kau tidak tahu betapa takutnya aku sekarang?!" Bentak Olin marah. "Anakku sedang berjuang di dalam sana dan kau dengan mudahnya menyuruhku untuk duduk. Apa kau gila?!" Ia meluruh ke lantai, melipat kedua kakinya dan meneng